Sebanyak 1900 ekor hewan yang dirawat di lembaga konservasi Taman Safari Prigen merasakan dampak dari penyebaran virus COVID-19. Setelah kurang lebih 2 bulan tutup, Taman Safari Prigen harus berusaha menyediakan 12 ton rerumputan dan 300kg daging untuk hewan-hewan tersebut tanpa omset sama sekali.

Dalam keadaan normal, Taman Safari Prigendikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya. Kini, hanya ada beberapa keeper dan dokter hewan yang berkeliling untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan-hewan yang dirawat di sana. Dalam wawancara dengan Traveloka Xperience, Drh. Ivan Chandra yang bertugas sebagai Head of Lifescience Taman Safari Prigen mengakui bahwa pihaknya hanya dapat bertahan merawat hewan-hewan tersebut hingga Juni 2020.

Berbagai cara dilakukan Taman Safari Prigen untuk tetap menjaga komitmen melestarikan kehidupan hewan yang dirawat di sana, mulai dari memanen rumput yang tumbuh di area taman hingga beternak kambing sendiri. Bersama PerhimpunanKebun BinatangSe-Indonesia (PKBSI), Taman Safari Prigen berjuang menggalang dana dengan membuka berbagai donasi dari masyarakat dan pemerintah.

Lantas, bagaimana keadaan hewan-hewan yang ada di sana? Traveloka Xperierience mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan beberapa hewan paling populer di Taman Safari Prigen.

Sebelum pandemi melanda, Shinta adalah bintang utama utama di Taman Safari Prigen. Harimau benggala putih yang berasal dari India ini selalu menghibur pengunjung dengan memamerkan ketangkasannya memanjat pohon dan melompat-lompat ke sana kemari sambil memamerkan taringnya yang menakjubkan. Biasanya, Shinta harus memakan daging kuda dan kangguru yang diimpor dari Australia agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Kini, tanpa pemasukan dari tiket pengunjung, pihak Taman Safari Prigen harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pakan hewan pemakan daging ini dengan memberinya daging ayam dan kambing. Shinta dan banyak hewan pemakan daging yang dirawat oleh Taman Safari Prigen kini membutuhkan uluran tangan Anda untuk tetap bertahan hidup.

Siapa sangka ternyata raksasa yang berasal dari pulau Sumatera ini ternyata jago akting dan melukis. Dalam sesi pertunjukan pada pengunjung, Lena dengan semangat melakukan berbagai macam trik, mulai dari berpura-pura mati hingga menghindari tembakan dari pemburu. Lena juga suka melukis. Dengan belalainya, ia luwes memainkan kuas dan mencoretkan cat di kanvas. Kini, Lena sedang belajar untuk melukis bentuk virus COVID-19 di baju kaos. Dengan ukurannya yang besar, gajah ini membutuhkan 300kg rumput setiap harinya. Yuk, bantu beri makan Lena agar ia tetap semangat belajar melukis!

Dalam masa sulit ini, ternyata Taman Safari Prigen dihadiahi dengan kelahiran seekor bayi jerapah yang lucu. Bayi jerapah ini kini masih bergantung pada air susu induknya. Meski begitu, sesekali ia juga suka mencoba untuk memamah rumput yang diberikan oleh para keeper. Meskipun masih bayi, bayi ini tingginya sudah hampir 2 meter, lho! Dengan ukuran yang sebegitu besarnya, pasti bayi ini membutuhkan air susu dan rumput yang banyak untuk bertahan hidup, apalagi ia masih berada dalam masa yang krusial dalam pertumbuhan hewan. Induk bayi jerapah ini sangat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup agar tetap bisa memberi air susu pada bayinya. Bantuan Anda sangat dibutuhkan agar bayi ini bisa tumbuh besar dan sehat.

Mudah saja untuk membayangkan bahwa pandemi COVID-19 hanya memengaruhi kehidupan manusia. Padahal, ada ribuan binatang dalam penangkaran yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda untuk tetap dapat bertahan hidup. Saat diwawancarai oleh Traveloka Xperience, Drh. Ivan mengatakan, “Dengan atau tanpa Corona, mereka harus tetap bertahan agar dapat dilihat oleh anak cucu kita.”

Traveloka Xperience membuka kesempatan bagi Anda untuk dapat turut serta menyelamatkan hidup hewan-hewan ini dengan menghadirkan Jendela Xeru. Dengan menonton video di Jendela Xeru, Anda diberi sebuah pilihan untuk berdonasi melalui Traveloka Tanggap, yang berkolaborasi dengan Kitabisa.com, guna membantu hewan-hewan yang tengah berjuang melewati pandemi.