Jayawijaya, Indonesia · 2 hotel tersedia
Download GRATIS Traveloka - Aplikasi Booking Tiket Pesawat dan Hotel sekarang juga!
Papua sangat terkenal dengan penduduk aslinya yang mempunyai kulit gelap, oleh karna itu Papua dijuluki “Mutiara Hitam”. Jika Raja Ampat dikenal dengan keindahan lautnya, maka Wamena dikenal dengan budaya, alam, dan penduduknya. Kota yang berada di Negara Indonesia bagian Timur ini memiliki pemandangan alam yang begitu indah dan eksotis.
Kota Wamena adalah ibu kota dari Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Indonesia. Kota ini memiliki sebuah lapangan terbang yang menjadi penghubung antara wilayah Jayawijaya dan Jayapura. Selain itu, juga menjadi penghubung dengan kabupaten lain seperti Lanny Jaya, Yahukimo dan Tolikara. Kota Wamena juga mempunyai berbagai macam destinasi wisata, dari alam, budaya hingga sejarah.
Kota terbesar yang berada di pegunungan tengah papua ini berada di lembah Baliem yang dialiri oleh air dari Sungai Baliem dan dikelilingi dengan pegunungan Jayawijaya yang ketinggiannya mencapai 1800 meter. Kota ini merupakan surganya Provinsi Papua karna kondisi alam yang begitu alami dan udara yang segar serta menyejukan. Sehingga, kota ini menjadi salah satu kota yang banyak di kunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Suku terbesar yang tersebar di Papua adalah suku Dani, suku Dani juga berada di sekitar kota Wamena, terutama lembah Baliem. Suku Dani sangat terkenal dengan keterampilannya menggunakan berbagai macam perkakas yang mereka buat sendiri, seperti kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu dan tombak.
Expedisi Lorentz adalah eksplorasi pertama di Papua, pada tahun 1909-1910 oleh Netherlands. Kemudian orang asal Amerika yang bernama Richard Archold bersama dengan tim nya melakukan kontak dengan warga sekitar pertama kali, hal ini terjadi tahun 1935 dan yang mendirikan Kota Wamena adalah Bangsa Belanda.
Letak Geografi Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20' Lintang Selatan dan 1370.19' sampai 141 Bujur Timur. Pemerintah Daerah Tingkat II Jayawijaya, telah memutuskan bahwa hari jadi Kota Wamena adalah tanggal 10 Desember tahun 1956, hal ini terdapat di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya nomor 4 tahun 1998. Keputusan ini telah memalui berbagai macam pertimbangan dan seminar, yang di adakan pada tanggal 4 November 1996, 5 Maret 1997, dan 10 Febuari 1998.
Wamena memiliki arti Babi Jinak, yang terdiri dari dua kata yaitu Wa dan Mena, kata tersebut berasal dari bahasa suku Dani. Penduduk asli Wamena memeluk agama Kristen dan agama Islam, tetapi penduduk yang tinggal di tempat terpencil masih memeluk kepercayaan yang mereka yakini dan yang di tinggalkan oleh para pendahulu/ nenek moyang mereka.
Binatang Babi sangat berperan penting bagi penduduk Wamena, hewan ini merupan simbol bagi status sosial, juga digunakan sebagai mas kawin. Penduduk asli Wamena masih menggunakan baju tradisional Koteka (Penutup Kemaluan laki-laki) yang terbuat dari kunden kuning. Untuk wanita menggunakan pakaian yang berasal dari rumput/serat, mereka tinggal di Honai-honai ( gubuk yang beratapkan Jerami/ilalang). Perang antar suku dan juga upacara adat masih mereka lakukan.
Bahasa asli penduduk Wamena adalah bahasa Dani, bahasa yang di gunakan di setiap daerah pun berbeda. Bahasa Dani terdiri dari tiga bahasa, yaitu bahasa Dani Lembah (Daerah sekitar kota Wamena) Kabupaten Jayawijaya, Bahasa Dani Barat (Daerah bagian barat kota Wamena) misalnya Kabupaten Lany Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Tolikara. Dan Bahasa Dani Timur /Bahasa Yali (Kabupaten Yahokimo dan Kabupaten Yalimo). Walau begitu, penduduk Wamena tetap dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan dialek dari Papua/Wamena.
Kota Wamena memiliki iklim tropis. Kota ini memiliki curah hujan yang cukup banyak, bahkan pada saat terkering sekalipun masih ada hujan.
Kota Wamena dengan ketinggian 2000-3000 meter diatas permukaan laut merupakan kota tertinggi dan terdingin di Papua. Suhu di kota Wamena sekitar 14,5 derajat Celcius sampai 24,5 derajat Celcius. Rata-rata curah hujan dalam setahun adalah sekitar 1.900 mm. Pada bulan Maret curah hujan di kota ini cukup lebat, sedangkan di bulan Juli adalah bulan dengan curah hujan terendah.
Transportasi utama di Kota Wamena memiliki memalui jalur udara karena daerah ini dikelilingi oleh pegunungan tinggi. Jika menggunakan jalur darat butuh waktu yang sangat lama untuk sampai dan juga jalan nya yang masih kurang baik atau belum layak digunakan.
Untuk menuju ke Kota Wamena pertama Anda harus mendarat di Jayapura, perjalanan antara Jakarta menuju Jayapura sekitar 12 jam. Selanjutnya Anda dapat meneruskan perjalanan menggunakan beberapa penerbangan yang telah di sediakan yaitu dengan menggunakan Manunggal Air, Trigana, Yajasi, Pesawat Hercules, AMA, atau MAF.
Air terjun ini terdiri dari dua tingkatan dan untuk sampai ke air terjun ini dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dari pusat kota Wamena. Air terjun ini memiliki tinggi kira-kira 7 meter. Hal pertama yang dapat dilihat bukanlah air terjun melainkan Honai (rumah adat Papua yang berbentuk bundar), Honai ini biasanya di gunakan oleh pengunjung sebagai tempat peristirahatan. Dikarenakan pemerintah daerah belum memperhatikan air terjun ini, sehingga tempat ini tidak begitu banyak diketahui oleh para wisatawan. Air terjun ini sering sekali di kunjungi oleh masyarakat Jayawijaya.
Pasar ini adalah satu-satunya pasar tradisional yang ada di Wamena, Papua. Pasar ini menjual berbagai macam kebutuhan mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, topi, daging, bahkan koteka (pakaian khas penduduk Papua untuk menutupi kemaluan laki-laki).
Wisata Budaya
Wisata Kuliner
Dikarenakan pendistribusian barang ke Papua masih menggunakan jalur udara, maka harga di Papua masih terbilang mahal. Oleh karna itu disarankan agar Anda membawa lebih banyak pembekalan makanan ketika ingin berkunjung ke Kota Wamena, Papua.