Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat, atau yang dikenal juga sebagai Museum Perjuangan Bandung, merupakan salah satu destinasi edukatif yang menghadirkan nuansa sejarah perjuangan rakyat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat. Terletak tepat di bawah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Monju), museum ini menjadi saksi bisu perjuangan rakyat dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan.
Begitu memasuki area museum, pengunjung akan disambut suasana yang membawa kembali ke masa-masa perjuangan. Koleksi yang ditampilkan sangat beragam, mulai dari diorama peristiwa Bandung Lautan Api, senjata tradisional dan modern yang digunakan para pejuang, hingga dokumentasi foto-foto yang menggambarkan semangat rakyat dalam melawan penjajah. Beberapa sudut museum juga dilengkapi dengan panel informasi dan infografis yang memudahkan pengunjung memahami konteks sejarah yang dipamerkan.
Museum ini tidak hanya menarik bagi pencinta sejarah, tetapi juga cocok sebagai tempat kunjungan edukatif bagi pelajar dan keluarga. Selain itu, arsitektur bangunan museum dan monumen yang megah turut menjadi daya tarik visual tersendiri bagi pengunjung. Fasilitas di sekitar museum juga mendukung kenyamanan, seperti area parkir, ruang istirahat, dan area terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk bersantai.
Dengan lokasinya yang strategis di pusat kota Bandung, Museum Perjuangan menjadi pilihan tepat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermakna. Baik untuk memperdalam pengetahuan sejarah maupun sekadar mengenang jasa para pahlawan, museum ini menawarkan pengalaman yang mendalam dan inspiratif.
Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat berada di Jalan Dipati Ukur No. 48, Kelurahan Lebak Gede dan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Lokasinya super strategis, di kawasan terbuka antara Gedung Sate dan Lapangan Gasibu, dekat dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) dan kampus-kampus lain. Museum ini adalah bagian dari Monumen Perjuangan, bangunan berbentuk bambu runcing yang jadi simbol perlawanan rakyat Indonesia. Dengan desain megah dan lokasi di pusat kota, museum ini nggak cuma menarik wisatawan, tapi juga warga lokal dan akademisi yang ingin memahami identitas budaya Jawa Barat.
Diresmikan pada 23 Agustus 1995, museum ini bertujuan mengabadikan perjuangan rakyat Jawa Barat dari masa kerajaan, kolonial, hingga kemerdekaan. Koleksinya mencakup diorama, relief, foto, dan artefak yang menceritakan peristiwa penting seperti Bandung Lautan Api atau perlawanan melawan Belanda. Tiket masuk gratis, membuatnya ramah untuk pelajar, keluarga, atau turis dengan budget terbatas. Dikelola oleh UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, museum ini terjaga baik dan jadi pusat edukasi sejarah yang penting. Selain itu, lokasinya yang dekat dengan Museum Geologi, Museum Pos, dan Alun-alun Bandung membuat museum ini bagian dari petualangan sejarah seru di Kota Kembang!
Museum Perjuangan Bandung adalah destinasi impian buat pelajar yang ingin belajar sejarah dengan cara seru dan interaktif. Perpustakaan di museum ini menyediakan koleksi buku, jurnal, dan dokumen tentang perjuangan Jawa Barat, dari buku pelajaran sampai referensi akademis, cocok untuk riset tugas atau skripsi. Ruang audiovisual menayangkan film dokumenter tentang peristiwa bersejarah, seperti Bandung Lautan Api, perlawanan melawan Jepang, atau pertempuran Bojong Kokosan. Filmnya dibuat ramah untuk anak-anak hingga dewasa, dengan durasi 15–30 menit, sehingga nggak bikin bosan.
Buat rombongan sekolah, ada jasa pemandu gratis yang siap menjelaskan setiap koleksi dengan bahasa yang mudah dipahami, dari anak SD sampai SMA. Pemandu ini juga bisa ceritain anekdot menarik, seperti kisah keberanian pejuang lokal. Sembilan diorama di ruang pameran jadi media visual yang bikin sejarah hidup, menampilkan adegan-adegan dramatis dengan patung dan latar realistis. Museum juga sering mengadakan workshop sejarah atau lomba karya tulis untuk pelajar, seperti esai tentang pahlawan Jawa Barat, biasanya diadakan menjelang Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan.
Fasilitas lain termasuk auditorium berkapasitas 150 orang untuk presentasi, diskusi, atau seminar, dilengkapi proyektor dan tempat duduk nyaman. Untuk pelajar dengan kebutuhan khusus, museum menyediakan jalur ramah kursi roda dan papan informasi dengan teks besar.
Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat diresmikan pada 23 Agustus 1995 oleh Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, sebagai bagian dari Monumen Perjuangan. Pembangunannya dimulai pada era 1990-an, saat Indonesia sedang menggiatkan pelestarian sejarah lokal di tengah transisi menuju Reformasi. Bandung dipilih sebagai lokasi karena perannya sebagai pusat perjuangan kemerdekaan, terutama peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946, ketika rakyat membakar kota demi mencegah penjajah menguasainya. Monumen ini dirancang oleh arsitek Slamet Wirasonjaya dan perupa Sunaryo, menggabungkan elemen modern dengan simbol tradisional.
Desain monumen penuh makna: bentuk bambu runcing melambangkan perlawanan rakyat, 17 tangga, 8 pilar, dan diameter 45 meter mewakili tanggal kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), serta lima puncak monumen mencerminkan Pancasila. Bentuk bambu juga mencerminkan budaya Sunda yang erat dengan alam, sementara desain terbuka monumen melambangkan nilai persatuan dan demokrasi. Museum di bawah monumen dibangun untuk menyimpan dan memamerkan sejarah perjuangan, dari era kerajaan seperti Pajajaran, penjajahan Belanda dan Jepang, hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan DI/TII.
Pendirian museum ini juga didorong oleh keinginan untuk mengedukasi generasi muda tentang nilai keberanian dan persatuan. Lokasinya di kawasan Dipati Ukur, dekat pusat pemerintahan dan pendidikan, menjadikannya simbol budaya dan intelektual Bandung. Hingga kini, museum ini tetap relevan sebagai pengingat sejarah dan inspirasi untuk menjaga identitas nasional.
Museum Perjuangan Bandung buka Senin sampai Jumat, pukul 08:00–16:00 WIB, dan tutup pada akhir pekan serta hari libur nasional. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari (08:00–10:00 WIB), saat museum masih sepi dan udara Bandung masih segar. Pagi juga ideal untuk rombongan pelajar, karena pemandu lebih leluasa menjelaskan. Hindari jam 12:00–13:00, karena sering ada rombongan sekolah yang bikin ramai, apalagi di musim study tour (Mei–Juni).
Durasi kunjungan ideal adalah 1,5–2,5 jam, cukup untuk menjelajahi diorama, menonton film dokumenter (15–30 menit), dan membaca materi di perpustakaan. Kalau bawa rombongan (maksimal 50 orang), reservasi seminggu sebelumnya ke UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat di nomor (022) 2502890 sangat disarankan. Untuk musim hujan (Oktober–Maret), bawa payung atau jas hujan, karena area parkir ke pintu masuk agak terbuka. Parkir tersedia untuk motor (Rp 2.000) dan mobil (Rp 5.000), tapi terbatas, jadi datang lebih awal kalau bawa kendaraan.
Untuk wisatawan, kombinasikan kunjungan dengan Museum Geologi (5 menit jalan kaki), Gedung Sate (10 menit), atau Museum Pos (15 menit) untuk tur sejarah seharian. Dekat museum, ada warung makan lokal di Jalan Dipati Ukur yang jual nasi timbel, soto Bandung, atau bakso (harga mulai Rp 15.000). Kalau pengen suasana modern, mampir ke kafe di sekitar Dago atau Cihampelas setelahnya. Bawa botol air dan buku catatan untuk mencatat fakta sejarah menarik, apalagi kalau kamu pelajar atau penikmat sejarah!
Lengkapi kunjunganmu di Bandung dengan mengikuti tur rekomendasi dari Traveloka, berikut ini!
Museum Perjuangan Bandung adalah lebih dari sekadar museum—ini adalah ruang untuk mengenang keberanian dan persatuan rakyat Jawa Barat dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dengan tiket gratis, fasilitas edukasi seperti diorama, film dokumenter, dan perpustakaan, serta koleksi yang bikin merinding seperti bendera Merah Putih pertama, tempat ini wajib masuk daftar kunjunganmu di Bandung.
Datang pagi, ajak keluarga atau temen, dan rasakan semangat pahlawan di setiap sudutnya. Dukung pelestarian sejarah dengan berkunjung, berbagi cerita museum di media sosial, atau ikut kegiatan seperti workshop sejarah. Jangan lupa jelajahi Gedung Sate atau Museum Geologi untuk lengkapi petualangan seharian!