0

Nida Amalia

06 Feb 2020 - 2 min read

Review Film Birds of Prey: Emansipasi yang Mengagumkan Dari Harley Quinn

Sebuah ulasan film dari Cenayang Film

Akhir-akhir ini film-film DC seperti kembali menemukan jati diri. Menemukan jalan yang tepat buat dilalui dan tentu saja menemukan sutradara yang pas buat masing-masing film. Sutradara Birds of Prey sendiri, yakni Cathy Yan bisa dibilang sangat paham gimana membungkus film action pasukan Gotham ini tanpa perlu banyak joke, sexy-sexy gak jelas atau testosteron bertebaran sepanjang film. Cathy Yan bisa membagi porsi-porsi cerita yang pas dan ditambah dengan editing yang asik banget.

Ketika nonton ini Birds of Prey ini kalian akan merasakan nuansa Sucker Punch, Deadpool, dan Charlie’s Angels jadi satu dengan naskah lebih keren dari Sucker Punch, joke lebih dikit dari Deadpool, dan kombinasi karakternya lebih dahsyat dari Charlie’s Angels. Intinya pas banget. Porsi joke, drama, dan action pas, gak ada yang dilebay-lebayin. Jadi, gak ada itu tiap scene selalu berusaha melucu, dan gak ada juga itu didramain biar penonton sedih. Nggak perlu lebay yang penting cerita terkirim dengan baik ke penonton. Kudos buat Cathy Yan yang sudah mendirigen dengan baik!

Harley Quinn tetap menjadi Harley Quinn. Cuma less sok asik dan less mengganggu dari di Suicide Squad. Bisa dibilang, Harley udah lebih dewasa. Renee Montoya, The Huntress, Black Canary, dan Cassandra Cain mengisi peran dengan keren.

Hal yang paling mencuri perhatian di sini adalah The Huntress. Gemas banget tiap liat dia mulai ngomong karena berbanding terbalik dengan tampilannya yang gahar abis. Sementara Black Mask dan Victor Zsasz benar-benar dibuat untuk bukan menjadi pusat perhatian, hanya sebagai penjahat lalim tanpa perlu dijelasin sebab dan kenapa mereka jadi jahat banget.

Jalan cerita maju mundur di Birds of Prey ini sama sekali nggak bikin bingung. Narasi yang langsung disampaikan Harley Quinn sungguh memudahkan dan bikin asik nontonnya. Harley Quinn membuka film ini dengan cerita ke mana perginya Joker, kenapa mereka putus, dan kenapa dia jadi kayak sekarang.

Karena di film ini dominan cewek, maka baju-bajunya juga spektakuler. Penuh padu padan dan ditambah glitter-glitter tapi ya ga lebay sih.

Walau ini film penuh warna dan dari komik yang selalu dianggap komik anak-anak, film ini cukup sadis. Benar-benar 17 tahun ke atas karena banyak adegan patah tulang, tusuk-tusukan, dan beset-besetan. Belum masuk ke wilayah gore, tapi lumayan bikin ngilu nontonnya. Sepasukan cewek keren gebuk-gebukan sama cowok-cowok gahar, diiringi soundtrack-soundtrack yang oke banget. Lagu-lagu yang masuk pas banget dengan scene-scenenya.

Birds of Prey mungkin nggak banyak yang tau. Atau mungkin juga fansnya gak banyak kalo dibandingin fans MCU. Jadi ibarat kata, Birds of Prey ini kayak klub yang fansnya gak banyak tapi ada di peringkat 2, bukan yang fansnya banyak koar-koar tapi klubnya di papan tengah gitu.

Birds of Prey asik ditonton, sebuah warna baru lagi dari DC. Tapi kalo kalian nonton karena mencari wajah-wajah ganteng ya mendingan jangan dipaksain nonton, lebih baik nonton ulang Endgame lagi. Lagu di closing title luar biasa. Bukan lagu baru sih. Tapi ya pas banget dipasang di sini.

Oia, ada scene tambahan di credit title, jadi jangan langsung balik yak. Satu ingat buang sampahnya di luar, jangan ditinggal di bangku.

Buat yang penasaran gimana aksi Harleyy Quinn, kamu bisa pesan tiketnya di Traveloka Xperience di bawah ini!

Birds of Prey

Movie Traveloka Xperience

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan