Haruskah Melakukan Tes COVID-19?

Traveloka Editorial
15 Oct 2020 - Waktu baca 4 menit

Dalam masa pandemi ini, timbul banyak keresahan mengenai gejala coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang seringkali tidak dapat diprediksi. Tanda-tanda infeksi COVID-19 memang sangat bervariasi. Pada umumnya, orang yang tertular akan menunjukkan gejala seperti batuk, demam, atau kesulitan bernapas. Namun, banyak pula orang yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Hal ini menyulitkan penekanan angka infeksi, karena orang tertular seringkali tidak menyadari adanya infeksi dan dapat terus menyebarkan virus ke orang lain. Hingga vaksin yang efektif ditemukan, hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko penyebaran adalah mempraktikkan langkah-langkah pencegahan dan tentunya dengan tes.

Tidak semua orang harus menjalani tes. Sebelum berbicara tentang pentingnya tes sebagai langkah pencegahan penularan COVID-19 serta perlu tidaknya melakukan tes, ada baiknya untuk terlebih dahulu mengerti tentang penyebaran, gejala, dan bagaimana pengaruh virus ini pada kehidupan kita.

Bagaimana cara penyebaran COVID-19?

Menurut WHO, SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 dapat menyebar melalui partikel air yang ditimbulkan saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Anda juga dapat terinfeksi karena menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah menyentuhpermukaan yang terkontaminasi sebelum mencuci tangan.

Selain itu, penelitian terbaru juga menemukan kemungkinan bahwa virus COVID-19 dapat menyebar melalui udara. Hal ini berarti terdapat kemungkinan bagi Anda untuk tertular karena menghirup partikel-partikel virus di udara, terutama jika berada di ruangan dengan sistem ventilasi yang buruk.

Apa saja gejala COVID-19?

Tanda-tanda infeksi COVID-19 yang paling umum adalah batuk kering, demam, kesulitan bernafas, dan sakit tenggorokan. Namun, ada juga gejala lain yang lebih jarang seperti kehilangan indera perasa dan penciuman, diare, mual, perubahan warna kulit, atau bahkan kejang.

Salah satu gejala COVID-19 lainnya yang berbahaya adalah berkurangnya kadar oksigen dalam darah tanpa Anda sadari. Hal ini dikenal dengan istilah sindrom happy hypoxia. Orang dengan sindrom happy hypoxia biasanya tidak menyadari bahwa tingkat saturasi oksigen mereka rendah hingga terlambat untuk menanganinya.

Siapa saja yang paling berisiko tertular COVID-19?

COVID-19 dapat menulari siapa saja. Namun begitu, risiko penularan akan meningkat tergantung dari aktivitas yang Anda lakukan sehari-hari atau kondisi kesehatan yang Anda miliki. Berikut dua faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda tertular:

Sering melakukan kontak erat dengan banyak orang. Kontak fisik yang erat dengan banyak orang dalam rutinitas Anda akan meningkatkan risiko penularan virus korona, begitu pula berada dalam ruangan tertutup yang ramai. Hal ini meningkatkan risiko infeksi untuk beberapa profesi, seperti tenaga medis. Selain lingkungan kerja, hal lain yang memengaruhi kemungkinan penularan adalah lingkungan tempat tinggal. Karena kepadatan penghuni yang cukup tinggi, beberapa tempat seperti panti jompo atau tempat pembinaan sosial/medis lainnya memiliki tingkat kemungkinan penularan yang lebih tinggi.
Memiliki keterbatasan fisik dan mental. Walaupun keterbatasan fisik dan mental tidak memiliki korelasi langsung dengan penularan virus, sulit bagi orang dengan keterbatasan gerak untuk menjaga jarak dengan keluarga atau pengasuh. Orang dengan disabilitas belajar juga dapat mengalami kesulitan dalam menerima informasi atau mempraktikkan protokol kesehatan.

Siapa yang berisiko mengalami gejala berat?

Beberapa kondisi medis maupun non-medis, saat dikombinasikan dengan infeksi COVID-19, dapat menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. Berikut beberapa kondisi tersebut:

Usia lanjut. Kemungkinan mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah bertambah seiring usia. Hal ini disebabkan meningkatnya kemungkinan kondisi medis lainnya seperti darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung. Sistem kekebalan tubuh lansia juga pada umumnya lebih lemah daripada orang berusia muda. Selain itu, seiring bertambahnya usia, jaringan paru-paru Anda akan lebih sulit untuk pulih dari COVID-19.
Penyakit asma. Asma dapat meningkatkan kesulitan bernafas saat dikombinasikan dengan infeksi COVID-19.
Diabetes dan obesitas. Obesitas dan diabetes mengurangi efisiensi sistem kekebalan tubuh sehingga mempersulit proses pemulihan dari COVID-19.
Penyakit kanker. Jika Anda mengidap kanker, Anda memiliki risiko untuk mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah. Risiko yang dihadapi dapat bervariasi tergantung jenis kanker dan pengobatan yang sedang dijalani.
Kelainan darah. Beberapa kelainan darah seperti anemia sel sabit atau thalassemia dapat menyebabkan sel darah merah kesulitan menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh saat terinfeksi virus.

Bagaimana cara mencegah infeksi COVID-19?

Walaupun melakukan tes tetap penting untuk mencegah penyebaran virus, ada juga beberapa langkah pencegahan lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan Anda dan orang di sekitar, yaitu:

Selalu jaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan air dan sabun atau menggunakan hand-sanitizer.
Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut sebelum membersihkan tangan.
Hindari berada dalam ruangan dengan sistem ventilasi dan filtrasi udara yang buruk, terutama jika Anda berada dalam ruangan tersebut dengan banyak orang lain.
Jika mengalami batuk, sakit kepala, atau demam ringan, segera lakukan isolasi mandiri hingga kondisi Anda pulih.
Tetap di rumah dan hindari kerumunan.
Pastikan Anda mengenakan masker dan menjaga jarak 2 meter dari orang lain saat harus keluar rumah.

Apakah saya harus melakukan tes?

Sebagai sebuah langkah yang penting untuk menghadapi pandemi, melakukan tes COVID-19 adalah satu-satunya cara untuk memastikan apakah Anda terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau tidak. Walaupun beberapa orang memiliki kondisi tertentu yang membuat mereka lebih rentan terinfeksi, tetap ada risiko penularan bahkan untuk orang dewasa yang tidak memiliki keluhan kesehatan sama sekali.

Salah satu waktu yang tepat untuk melakukan tes adalah saat Anda mulai mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19. Namun, terlepas dari adanya gejala, jika Anda termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi atau pernah melakukan kontak dengan orang dalam kelompok tersebut, Anda sangat disarankan untuk melakukan tes.

Dengan menjalani tes, Anda dapat menerima tindakan medis jika dibutuhkan dan sekaligus membantu melindungi orang di sekitar Anda, terutama bila Anda asimtomatik (terinfeksi namun tidak memiliki gejala).

Bagaimana cara melakukan tes?

Untuk melakukan tes, Anda dapat berkunjung ke rumah sakit atau klinik terdekat. Beberapa tempat bisa langsung melayani tes secara walk-in sementara beberapa tempat lain mewajibkan Anda untuk melakukan reservasi terlebih dahulu. Perlu juga Anda ketahui bahwa saat ini telah banyak beredar produk alat tes COVID-19 yang tidak memiliki lisensi. Oleh karena itu, jika Anda akan melakukan tes, pastikan Anda memilih tempat yang tepat. Traveloka Xperience memiliki beberapa rekomendasi tempat tes yang aman dan terpercaya untuk Anda kunjungi:

Jika Anda kesulitan menentukan jenis tes yang akan Anda lakukan, panduan tentang jenis-jenis tes COVID-19 dari Traveloka Xperience dapat membantu Anda .

Disclaimer: Informasi resmi tentang COVID-19 dapat berubah sewaktu-waktu. Lihat perkembangan terkini tentang COVID-19 di situs resmi pemerintah https://www.kemkes.go.id/ dan https://covid19.go.id/.

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan