Mengenal Wayang Gagrak Surakarta: Warisan Budaya Jawa yang Abadi

Xperience Team
28 May 2025 - 5 min read

Wayang Gagrak Surakarta, seni wayang kulit khas Solo, adalah warisan budaya Jawa yang diakui UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 2003. Berakar dari tradisi keraton Kasunanan Surakarta, kesenian ini memikat penonton global dengan bayangan kulit yang menari di kelir, diiringi gamelan dan sabet dalang. Melalui cerita epik Mahabharata, Ramayana, dan lakon lokal, Wayang Gagrak Surakarta menghidupkan nilai-nilai Jawa. Artikel ini mengulas sejarah, karakteristik, perbedaan, fungsi, tempat pertunjukan, pelatihan, dan upaya pelestarian kesenian ini.

Sejarah dan Karakteristik Wayang Gagrak Surakarta

Wayang Gagrak Surakarta muncul pasca-Perjanjian Giyanti (1755), ketika Kesultanan Mataram terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Di bawah Pakubuwono III, Kasunanan Surakarta mengembangkan gaya wayang kulit yang mencerminkan estetika keraton. Dalang keraton, seperti Ki Tondhakusuma, memperkaya lakon dengan narasi filosofis, sering kali menggambarkan kebijaksanaan raja. Wayang ini dibuat dari kulit kerbau yang diukir halus, dengan tinggi satu palemanan (sekitar 80–100 cm), lebih ramping dan panjang dibandingkan gagrak lain.

Tata sunggingnya menggunakan hawancawarna (warna-warni), seperti emas untuk kesucian, merah untuk keberanian, dan hitam untuk ketenangan. Ukiran berbeda per tokoh mencerminkan watak—misalnya, mata sipit Werkudara menunjukkan keberanian, sementara gunungan melambangkan alam semesta. Teknik sabet (gerakan wayang) dan catur (narasi dalang) menonjolkan dinamika halus, menciptakan identitas khas Surakarta.

Perbedaan Wayang Gagrak dengan Wayang di Daerah Lain

Wayang Gagrak Surakarta memiliki ciri khas dibandingkan gagrak lain. Dibandingkan Gagrak Yogyakarta, Surakarta menampilkan posisi kaki dan bahu lebih dinamis, dengan tatahan lebih halus dan lakon carangan (cabang) yang kaya improvisasi, sementara Yogyakarta lebih sering menggunakan lakon banjaran (utama) yang terstruktur. Gagrak Jawa Timuran, seperti di Malang, menggunakan dialek Suroboyoan dan dinamika keras dengan bunyi jekdong dari kendang, serta gamelan yang lebih cepat.

Gagrak Banyumasan menonjolkan humor dalam dialog, seperti candaan Semar, dan pakeliran yang sederhana, berbeda dari simbolisme keraton Surakarta. Wayang Bali, meski jarang dibandingkan, memiliki estetika lebih ekspresif dengan warna cerah dan gerakan dramatis, kontras dengan keanggunan Surakarta. Perbedaan ini menunjukkan adaptasi budaya lokal, namun tetap berakar pada tradisi Jawa.

Fungsi Wayang Gagrak dalam Budaya Jawa

Wayang Gagrak Surakarta memiliki peran multifaset dalam budaya Jawa. Sebagai hiburan, wayang menyatukan komunitas saat hajatan, seperti pernikahan atau sunatan, dengan durasi hingga 8 jam semalam. Sebagai pendidikan moral, lakon seperti Pandawa Lima mengajarkan kebaikan melawan kejahatan, misalnya, keberanian Arjuna melawan Kurawa. Pada abad ke-16, Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, memodifikasi wayang dari bahan kertas ke kulit untuk syiar Islam, mengintegrasikan nilai tauhid dalam cerita.

Wayang juga berfungsi spiritual, seperti dalam ritual ruwatan untuk menolak bala. Secara sosial, wayang memperkuat identitas Jawa melalui falsafah seperti nrimo ing pandum (menerima takdir). Kini, lakon modern mulai mengangkat tema lingkungan dan kemanusiaan, menjadikan wayang relevan di era global.

Tempat Pertunjukan dan Pelatihan Wayang di Surakarta

Sebagai pusat budaya Jawa, Surakarta (Solo) memiliki banyak tempat untuk menikmati pertunjukan dan belajar kesenian tradisional wayang, khususnya Wayang Gagrak Surakarta. Dari keraton hingga sekolah seni, kota ini menawarkan pengalaman budaya yang lengkap. Berikut rekomendasi lokasi yang bisa dikunjungi:

1. Pura Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran yang merupakan istana bersejarah merupakan salah satu lokasi utama pertunjukan wayang kulit, terutama saat acara adat atau perayaan budaya keraton. Pertunjukan biasanya menampilkan dalang ternama dan diiringi gamelan khas Surakarta. Harga tiket masuk berkisar antara Rp50.000 hingga Rp100.000. Untuk mengetahui jadwal terbaru, kunjungi situs resmi Mangkunegaran. Tempat ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman budaya otentik.

2. Taman Balekambang

Taman kota yang sejuk ini sering dijadikan lokasi pertunjukan wayang, terutama saat festival budaya seperti Pekan Wayang Indonesia. Suasana terbuka dan santai menjadikannya tempat ideal untuk keluarga. Pengunjung bisa menikmati pagelaran dengan tiket gratis atau harga terjangkau (sekitar Rp10.000–Rp20.000) saat acara berlangsung. Waktu terbaik berkunjung adalah malam hari untuk merasakan nuansa magis dari layar (kelir) dan bayangan wayang.

3. Benteng Vastenburg

Benteng peninggalan kolonial ini kerap menjadi lokasi pertunjukan budaya berskala besar, termasuk pertunjukan wayang dalam acara seperti TWIIWG. Dengan area terbuka yang luas, tempat ini mampu menampung banyak penonton. Tiket masuk biasanya gratis atau bervariasi tergantung acaranya. Untuk jadwal terkini, kunjungi situs Dinas Kebudayaan Kota Surakarta.

4. Pasar Gede

Pasar tradisional yang ramai ini sesekali menjadi lokasi pertunjukan spontan, baik dalam festival budaya maupun inisiatif komunitas seni. Menonton wayang di tengah aktivitas pasar memberikan pengalaman lokal yang khas. Pertunjukan umumnya gratis, dan waktu terbaik untuk berkunjung adalah sore hingga malam hari saat pasar dalam suasana paling hidup.

5. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

ISI Surakarta memiliki program studi Seni Pedalangan yang mengajarkan teknik sabet, catur, hingga karawitan. Mahasiswa kerap menggelar pertunjukan terbuka sebagai bagian dari pembelajaran. Bagi yang tertarik belajar secara formal, pendaftaran kursus dan program dapat dilakukan melalui situs resmi ISI. Biaya kursus bervariasi, sesuai program dan durasi. Sangat direkomendasikan bagi pelajar atau peneliti seni yang ingin mendalami dunia dalang.

Upaya Pelestarian Kesenian Wayang Gagrak Surakarta

Wayang Gagrak Surakarta bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan media pendidikan, spiritualitas, dan penyampai nilai kehidupan. Untuk menjaga eksistensinya di tengah perubahan zaman, berbagai pihak di Solo, pemerintah, komunitas budaya, lembaga pendidikan, hingga pelaku seni independen terus berkolaborasi dalam pelestariannya.

Pemerintah Kota Surakarta rutin menggelar pertunjukan wayang di Taman Balekambang dan Pura Mangkunegaran, sekaligus mengadakan festival seperti Pekan Wayang Indonesia yang menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Di bidang pendidikan, ISI Surakarta dan SMK Negeri 12 Surakarta mencetak dalang muda lewat kurikulum yang memadukan teknik, sejarah, dan filosofi wayang. Sementara itu, sanggar seni seperti Sanggar Wayang Gogon membuka pelatihan informal yang inklusif bagi masyarakat umum.

Pelestarian juga merambah ke ranah digital. Kanal YouTube dan pertunjukan daring menjadi jembatan antara seni tradisional dan generasi muda, dengan konten yang segar dan mudah diakses. Pentas internasional di Belanda, Jepang, hingga Australia pun turut mengangkat citra Wayang Gagrak Surakarta di mata dunia.

Untuk menjawab tantangan rendahnya minat generasi muda, kolaborasi inovatif seperti pementasan multimedia dan musik elektronik dihadirkan agar wayang tetap relevan. Komunitas seperti PEPADI Solo juga menggelar lomba dalang cilik, menumbuhkan kecintaan sejak dini melalui metode pembinaan berbasis tradisi dan teknologi.

Upaya pelestarian ini membuktikan bahwa Wayang Gagrak Surakarta adalah warisan budaya yang dinamis—selalu beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.

Wayang Gagrak Surakarta adalah cerminan jiwa budaya Jawa yang kaya makna. Dengan keunikan estetika dan nilai filosofisnya, kesenian ini patut dilestarikan. Kunjungi pertunjukan di Solo, ikuti pelatihan, atau dukung festival budaya untuk menjaga warisan ini tetap hidup. Yuk, explore budaya unik lainnya di Surakarta dengan Traveloka!

Dalam Artikel Ini

• Sejarah dan Karakteristik Wayang Gagrak Surakarta
• Perbedaan Wayang Gagrak dengan Wayang di Daerah Lain
• Fungsi Wayang Gagrak dalam Budaya Jawa
• Tempat Pertunjukan dan Pelatihan Wayang di Surakarta
• 1. Pura Mangkunegaran
• 2. Taman Balekambang
• 3. Benteng Vastenburg
• 4. Pasar Gede
• 5. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
• Upaya Pelestarian Kesenian Wayang Gagrak Surakarta
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan