Sejarah Nasi Kucing, Menu Wajib di Angkringan!

Travel Bestie
15 May 2024 - Waktu baca 2 menit

Saat berlibur ke daerah Jogja atau Solo, kamu pasti akan sering menjumpai banyak angkringan yang berjejer di sepanjang jalan-jalan kota. Salah satu menu yang wajib ada di angkringan bisanya adalah aneka sate, gorengan dan tentu saja nasi kucing. Porsi kecil dan harganya yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sebagai teman bersantai dan mengobrol. Namun, siapa sangka bahwa nasi yang sederhana ini memiliki sejarah dan kisah yang cukup menarik. Berikut informasi selengkapnya mengenai sejarah nasi kucing.

Asal-Usul Nasi Kucing

Dikutip dari penjelasan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di daerah Sleman Yogyakarta, Bapak Suwarna menjelaskan “Konon pada tahun tahun awal kisaran 1942 nasi kucing muncul, dan menjadi sangat populer karena porsinya yang kecil dan mudah dijumpai di mana-mana. Istilah nasi kucing merujuk pada porsi yang sangat kecil seolah memberi makan kucing. Dalam sejarahnya, nasi kucing pertama kali disajikan dengan lauk sambal teri atau bandeng atau gereh besek yang biasa digunakan untuk memberi lauk makan kucing.”

Beliau juga menyampaikan bahwa masyarakat warga asal Dukuh Sawit, Desa Ngerangan yang merantau ke Solo dan menjadi buruh pedagang teri ikan merupakan warga pertama yang menjual nasi kucing. Salah satu yang cukup terkenal adalah Karso Djukut atau akrab disapa Mbah Djukut. Pada awalnya, beliau mulai menjajakan teri ikan sembari membawa ceret wadah minuman. Lambat laun, menu teri ikan itu mulai tergeser dengan menu nasi bungkus dengan lauk secuil daging bandeng atau gereh lengkap dengan sambal atau yang dikenal dengan nama nasi kucing.

Ada juga yang berpendapat bahwa nasi yang porsinya kecil ini disesuaikan dengan kemampuan beli masyarakat kala itu. Porsi maksimal nasi kucing biasanya hanya 3-4 sendok nasi dengan lauk secuil ikan teri atau bandeng yang disuwir.

Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1980-an varian dan jenis nasi kucing mulai beragam. Dengan semakin masifnya perkembangan makanan dan supply lauk-pauk, mulai dari telur, yang disuwir, ikan, hingga sambal goreng tahu dan tempe. Di era modern sekarang, tak jarang kita jumpai nasi kucing dengan lauk sosis, jeroan hingga daging.

Makna dari Nasi Kucing

Banyak sejarawan yang menyampaikan bahwa meskipun nasi kucing adalah makanan pinggir jalan, tetapi dalam prosesnya banyak budaya jawa yang juga menjadi cerminan atau filosofi dari nasi kucing itu sendiri. Dari segi porsi misalnya, porsi kecil sudah menjadi kultur dari masyarakat jawa di lingkungan keraton, khususnya perempuan. Perempuan Jawa mengenal budaya cimit-cimit, atau sedikit demi sedikit. Perempuan Jawa umumnya dilarang untuk menunjukkan nafsu makan yang lahap saat makan di depan umum. Maka dengan nasi kucing ini, diharapkan senantiasa mengingatkan khalayak bahwa porsi yang sedikit juga dapat memberikan rasa cukup.

Aspek lainnya misalnya, porsi sedikit juga menggambarkan kesederhanaan yang kerap dialami oleh masyarakat Jawa saat itu. Dengan porsi sedikit, diharapkan masyarakat menemukan makna kesederhanaan. Bahwa dengan harga murah, makanan sudah bisa dinikmati dengan sajian lengkap dan bisa membuat orang bertahan hidup. Jadi yang terbiasa hidup dalam kemewahaan dan bergelimpang harta.

Nasi Kucing di Masa Modern

Kini, saat semuanya sudah serba digital, kuliner nasi kucing masih menjadi idola ketika berkunjung ke daerah Jogja ataupun Solo. Saat menjumpai angkringan, pasti di dalamnya terdapat menu nasi kucing.

Harganya juga sangat bervariasi, namun masih tetap murah dan terjangkau, yaitu mulai dari RP 2.000 hingga Rp 4.000 per porsi sesuai dengan lauk dan juga besaran porsinya. Seiring bertambahnya jenis masakan yang dijual, maka nasi kucing pun biasanya disajikan bersamaan dengan lauk yang beraneka ragam, yang khas biasanya adalah tempe bacem, gorengan, hingga telur dan potongan ayam utuh.

Tak hanya di angkringan, di beberapa cafe dan coffee shop modern juga kadang menawarkan menu nasi kucing yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi hidangan yang cukup lengkap dan kekinian. Apapun itu, nasi kucing memanglah sajian sederhana, yang enak disantap bersama orang orang terdekat, sembari bercengkrama menghabiskan malam.

Itulah sekilas sejarah dari nasi kucing yang sudah eksis sejak dulu. Jika kamu sedang berencana untuk berkunjung ke Jogja maupun Solo, jangan lupa untuk pesan tiket pesawat, kereta api, hingga hotel dengan menggunakan aplikasi Traveloka, ya. Kamu juga bisa dapatkan berbagai tiket atraksi wisata di Jogja dan Solo tanpa perlu mengantri, lho. Yuk, pesan tiketnya di Traveloka sekarang!

Jakarta Wine Festival

9.1/10

Ashta

Lihat Harga

Discover flight with Traveloka

Wed, 9 Jul 2025

Citilink

Surabaya (SUB) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 975.100

Fri, 11 Jul 2025

Citilink

Palembang (PLM) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 942.100

Wed, 25 Jun 2025

Batik Air

Bali / Denpasar (DPS) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 1.238.400

Dalam Artikel Ini

• Asal-Usul Nasi Kucing
• Makna dari Nasi Kucing
• Nasi Kucing di Masa Modern

Penerbangan yang Ditampilkan dalam Artikel Ini

Wed, 9 Jul 2025
Citilink
Surabaya (SUB) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 975.100
Pesan Sekarang
Fri, 11 Jul 2025
Citilink
Palembang (PLM) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 942.100
Pesan Sekarang
Wed, 25 Jun 2025
Batik Air
Bali / Denpasar (DPS) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 1.238.400
Pesan Sekarang
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan