Gunung Aconcagua adalah salah satu gunung yang termasuk dalam daftar Seven Summits (Tujuh Puncak). Lokasinya berada di negara Argentina dan tidak jauh dari perbatasan Chili. Pencinta gunung di dunia, termasuk di Indonesia, mungkin sudah tidak asing lagi dengan gunung yang satu ini. Alasannya, Gunung Aconcagua memiliki pemandangan dan panorama yang sangat menakjubkan sehingga menarik banyak pendaki untuk menaklukkannya.
Ingin tahu lebih banyak tentang gunung tertinggi Amerika Selatan ini? Mari kita simak fakta-fakta menarik seputar Gunung Aconcagua berikut ini.
Baca juga: Gunung Tertinggi di Jawa
Berikut beberapa fakta menarik seputar Gunung Aconcagua yang pastinya bakal membuat para pendaki dan pecinta gunung takjub:
Gunung Aconcagua adalah gunung tertinggi di Amerika Selatan yang masuk ke dalam daftar Seven Summits alias Tujuh Puncak bersama dengan Gunung Everest, Denali, Kilimanjaro, sampai Elbrus. Gunung Aconcagua memiliki ketinggian mencapai 6.692 meter. Bikin takjub, bukan?
Sebagai informasi, Gunung Aconcagua menempati posisi kedua dalam daftar gunung tertinggi di dunia setelah Gunung Everest.
Gunung Aconcagua pertama kali ditaklukkan oleh seorang pendaki bernama Matthias Zurbriggen. Kala itu, dirinya termasuk dalam sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Edward Fitzgerald pada tahun 1897 silam. Mathias berhasil naik ke puncak Gunung Aconcagua seorang diri melalui 'rute normal' yang digunakan hingga saat ini.
Beberapa hari kemudian, pendaki lain bernama Nicholas Lanti dan Stuart Vines menjadi orang kedua yang berhasil naik ke puncak Gunung Aconcagua. Kala itu, pendakian ini adalah pendakian tertinggi di dunia.
Pada tahun 1994, sebuah tim pendakian yang berisikan penyandang tunanetra berhasil mencapai puncak Utara dari Gunung Aconcagua. Ini adalah pencapaian yang luar biasa dan mengingatkan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh!
Percaya tak percaya, Gunung Aconcagua pernah didaki oleh seorang bocah asal California, Amerika Serikat bernama Tyler Armstrong pada tahun 2013 silam. Saat itu, sang bocah baru berusia 9 tahun dan menjadi orang termuda yang pernah menaklukkan Gunung Aconcagua.
Meskipun keindahannya tak perlu diragukan lagi, Gunung Aconcagua dipercaya sebagai gunung dengan tingkat kematian paling tinggi. Sejak pencatatannya dimulai, ada sekitar 100 kematian di gunung tersebut.
Selain itu, mulai dari tahun 2001 - 2012, ada setidaknya 33 kasus kematian di Gunung Aconcagua akibat serangan jantung, cuaca yang ekstrem, hingga penyakit di ketinggian.
Tahukah kamu kalau Gunung Aconcagua pernah ditaklukkan oleh orang Indonesia? Berikut beberapa pendaki asal Tanah Air yang pernah sampai ke puncak Gunung Aconcagua:
Aconcagua
1. Ripto Mulyono dan Tantyo Bangun
Ripto Mulyono dan Tantyo Bangun merupakan tim pertama dari Indonesia yang berhasil mencapai puncak Gunung Aconcagua. Mereka memulai perjalanan dari Indonesia pada akhir Desember 1992 dan berhasil menjejakkan kaki di puncak pada 1993.
Sebelum keduanya, Mapala UI pernah mengirim tim untuk mendaki Gunung Aconcagua yang terdiri atas 5 orang. Namun, misi tersebut gagal dituntaskan karena terjadi sebuah insiden.
Beberapa bulan kemudian, dua dari anggota tim itu memutuskan untuk mencoba kembali melakukan pendakian ke Aconcagua. Namun, pendakian itu justru berakhir tragedi fatal yang membuat keduanya meninggal.
Ripto Mulyono adalah sosok yang disegani di dunia pendakian. Ia telah puluhan kali mendaki gunung-gunung di Indonesia, seperti Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Bahkan, ia memandu para pendaki ke Carstensz Pyramid di Papua.
2. Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia
Pada 2010, tiga pendaki dari Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, yaitu Ardeshir Yaftebbi, Fajri Al-Luthfi, dan Martin Rimbawan berhasil menjejakkan kaki di puncak tertinggi di Amerika Selatan itu.
Sebelumnya, tim ini berangkat dari Indonesia sebanyak 6 orang dan didukung oleh 4 personel pendukung dari media. Karena faktor kesehatan, 3 anggota tim dan personel pendukung tidak bisa tiba di puncak.
3. Tim ISSEMU Unpar
Orang Indonesia lain yang pernah mencapai puncak Gunung Aconcagua adalah anggota tim ISSEMU Unpar. Mereka terdiri atas 4 orang, yaitu Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing, dan Janatan Ginting.
Dalam rangka menaklukkan tujuh puncak tertinggi di dunia, mereka memulai petualangan pada 2009. Tim ISSEMU ini mencapai puncak Aconcagua pada Januari 2011. Pada tahun yang sama, mereka juga mendaki Everest dan Denali.
4. Tim Indonesia Green Expedition (IGE) KMPA Eka Citra UNJ
Puncak tertinggi di Amerika Selatan ini kembali ditaklukkan oleh anak-anak muda Indonesia pada 2014, yaitu Ali Ataya, Khaerul Amri, dan Nur Wahyu Widayatno. Mereka tergabung dalam Green Expedition KMPA.
Perjalanan menuju puncak tidak mudah. Mereka dihadang oleh angin yang berhembus cukup kencang. Selain itu, perjalanan juga diwarnai dengan hujan salju. Suhu udara mencapai minus 15 derajat Celcius.
Dengan tekad yang kuat untuk menyelesaikan misi pendakian, ketiganya yang didampingi oleh dua guide berhasil tiba di puncak tertinggi di Amerika Selatan itu.
Pendakian ke Aconcagua merupakan rangkaian ekspedisi 7 Summits yang diselenggarakan KMPA Eka Citra UNJ. Sebelumnya, mereka telah menaklukkan Gunung Elbrus, Gunung Carstensz Pyramid, dan Gunung Kilimanjaro.
5. Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari
Bukan hanya laki-laki, ada pula perempuan asal Indonesia yang pernah menaklukkan puncak Aconcagua di Amerika Selatan pada 2016. Mereka adalah Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari.
Fransiska dan Mathilda merupakan tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Selain keduanya, ada satu lagi yang harus turun karena kondisi kesehatan.
Mahasiswi Unpar tersebut sebelumnya pernah menginjakkan kaki di puncak Gunung Kilimanjaro, Gunung Elbrus, dan Carstensz Pyramid. Pendaki di Mahitala Unpar diketahui sebagai tim Indonesia pertama yang berhasil menaklukkan tujuh gunung pada 2012.
6. Putri Handayani
Satu lagi pendaki perempuan asal Indonesia yang berhasil membuat sejarah dengan mencapai puncak Gunung Aconcagua adalah Putri Handayani. Ia mencatat keberhasilan itu pada 2018.
Menaklukkan puncak Aconcagua merupakan bagian dari misi Putri untuk meraih predikat The Explorers Grand Slam. Ia menjadi orang Indonesia dan perempuan Asia Tenggara pertama yang menyelesaikan program itu.
Predikat The Explorers Grand Slam diberikan kepada orang yang berhasil menaklukkan tujuh gunung tertinggi di dunia serta menjelajah ke Kutub Utara dan Kutub Selatan dengan kaki.
Puncak Aconcagua merupakan puncak keempat yang berhasil ditaklukkan oleh Putri. Saat itu, ia berusia 34 tahun. Ia merupakan alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Menurut pengalaman mereka yang pernah menaklukkannya, mendaki Gunung Aconcagua dipenuhi dengan tantangan. Ada sejumlah faktor yang membuat pendaki tidak mudah mencapai puncak atau bahkan gagal menuntaskan misinya, di antaranya:
Salah satu tantangan menuju puncak Gunung Aconcagua adalah faktor alam, yaitu el viento blanco. Ini adalah angin putih (white storm) yang memiliki kecepatan 270 km/jam. Kemunculan el viento blanco ditandai oleh mushroom clouds atau awan cendawan.
Jika melihat mushroom clouds, para pendaki wajib segera menghentikan pendakian dan mencari tempat yang aman. Kecepatan el viento blanco bisa menghancurkan apapun yang ada di depannya.
Letak geografisnya membuat Gunung Aconcagua memiliki cuaca, suhu, serta embusan angin yang ekstrem. Gunung ini berada di antara Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, serta Antartika.
Angin yang berasal dari tiga samudra tersebut bertemu di Gunung Aconcagua dan berputar di sana. Keberadaan angin tersebut membuat para pendaki tidak bisa melakukan pendakian dengan mudah.
Faktor alam lain seperti badai salju yang mematikan dapat menghalangi pendaki mencapai puncak. Petir dan angin kencang biasanya sepaket dengan badai. Begitu pula suhu yang anjlok hingga minus puluhan derajat Celcius.
Faktor kesehatan juga bisa menjadi tantangan bagi para pendaki. Karena tidak siap mengatasi kelelahan, kesehatan tubuh menurun sehingga harus turun dan tidak bisa melanjutkan pendakian.
Untuk mencegah hal itu, beberapa bulan sebelum pendakian, pendaki harus mempersiapkan diri dengan tekun. Selain kondisi fisik yang prima, rencana pendakian yang matang akan membuat proses mendaki lebih lancar.
Salah satunya adalah dengan mengikuti proses aklimatisasi saat mendaki gunung tertinggi di Amerika Selatan ini. Pendaki tidak boleh langsung menuju puncak, tetapi perlu berhenti di titik tertentu untuk menyesuaikan diri.
Pendaki pun harus membawa perlengkapan yang memadai selama melakukan pendakian. Semua persiapan fisik ini sangat penting dalam mendukung pencapaian target.
Inilah ulasan singkat mengenai para pendaki asal Indonesia yang berhasil menaklukkan puncak tertinggi di Amerika Selatan adalah Gunung Aconcagua. Sebagai salah satu puncak tertinggi di dunia, keberhasilan ini sangat berharga.
Buat kamu yang hobi traveling dan suka mendaki gunung, segera buat itinerary-nya, yuk. Jangan lupa untuk booking tiket hotel terdekat dan transportasinya hanya di Traveloka, ya! Dengan booking kamar hotel di Traveloka, kamu berkesempatan untuk mendapatkan penawaran harga terbaiknya.