0

Alexander Thian

20 Aug 2019 - 6 min read

Sepotong Surga di Tanjung Bira

bersama Alexander Thian (@aMrazing)

Ada yang traveling untuk melepaskan penat, ada yang traveling untuk menghilangkan duka, dan ada yang traveling untuk memperkaya jiwa. Di Tanjung Bira, Sulawesi Selatan, kita bisa mendapatkan semuanya. Pantai dengan pasir putih sehalus tepung, garis pantai berkilo-kilometer panjangnya, laut yang luar biasa bening, dan titik snorkeling dan diving yang bertebaran, susah untuk tidak jatuh cinta dengan Tanjung Bira.

Ragam kegiatan selama perjalanan Makassar – Tanjung Bira

Tanjung Bira paling mudah dituju melalui jalur darat, dan paling enak menyewa mobil dari Makassar. Jadi kalau memang mau berhenti untuk foto-foto lebih enak, karena ada sejumlah tempat menarik yang bisa ditemui di sepanjang lima setengah jam perjalanan dari Makassar ke Tanjung Bira.

Rumah panggung Makassar dan Bugis bisa ditemui di sepanjang jalur Makassar – Tanjung Bira sebagai rumah penduduk.
Kita dapat melihat langsung rumah-rumah itu, jadi bisa tahu perbedaan antara rumah panggung Makassar dan Bugis. Kalau rumah panggung Makassar, begitu tangga naik menuju rumah berakhir, kita langsung berhadapan dengan pintu rumah. Namun rumah khas Bugis tidak begitu: setelah tangga berakhir, pintu rumah ada di bagian samping.
Ketika kita dijamu, bahkan sampai diajak makan di dalam rumah penduduk Makassar atau Bugis, artinya kita adalah tamu yang dihormati. Kalau hanya ditemui di teras rumah, artinya kamu tamu yang biasa saja.
Kalau kamu jalan-jalan tanpa pemandu wisata dan sungkan untuk masuk ke rumah penduduk, ada Museum Balla Lompoa di Makassar yang bentuknya seperti rumah panggung. Harga tiket masuk: Rp5.000.
Lammang adalah sajian khas yang terbuat dari ketan hitam, merah, atau putih yang dibungkus daun dan dimasukkan ke dalam tabung bambu lalu dibakar.
Rasanya gurih dengan aroma khas daun dan bambu. Nikmatilah selagi hangat, karena kalau sudah dingin rasanya berkurang.
Harganya murah saja: Rp10.000.
Kita bisa foto-foto di tambak garam yang bentuknya seperti kolam besar dengan berbagai tumpukan garam putih yang sudah kering.
Tidak ada biaya masuk karena letaknya yang memang di pinggir jalan. Jadi bisa bebas menyusuri kawasan tambak garam.
Tak disarankan untuk melakukan aktivitas menambak garam bila tidak punya pengalaman.
Aktivitas ini adalah salah satu contoh alasan krusial menggunakan jasa pemandu wisata lokal ketika traveling. Pemandu wisata senang mendapatkan penghasilan, sementara kita sebagai traveler bisa mendapatkan pengetahuan baru dan tempat-tempat anti-mainstream. Jadi bisa dibilang kita ikut memberdayakan perekonomian lokal.
Berbicara mengenai budaya Makassar dan Bugis, tentunya tak lepas dari kapal pinisi.
Kita bisa mempelajari proses pengerjaan kapal pinisi di Bulukumba, tepatnya di perkampungan Tana Beru, secara gratis.
Ada empat hal menarik yang saya dapatkan. Pertama, hanya di sinilah kayu besi boleh digunakan sebagai bahan utama membuat kapal pinisi (kayu besi sudah sangat langka, sehingga pemerintah membuat kebijakan melarang penebangan kayu besi; hanya boleh digunakan untuk membuat pinisi di Bulukumba). Kedua, lunas kapal ternyata harus menggunakan sebatang kayu utuh tanpa sambungan. Ketiga, setiap desa punya spesialisasinya tersendiri. Ada desa yang menghasilkan tenaga kerja mahir dalam membuat rangka kapal, ada yang hebat membuat badan kapal dari kayu, dan ada yang dari dulu terlatih untuk membuat interior ciamik. Keempat dan yang paling mindblowing: kapal pinisi terdiri dari dua tiang yang melambangkan dua kalimat syahadat dan terdiri dari tujuh layar yang melambangkan tujuh ayat Al-Fatihah.
Jika tiba di Makassar pagi hari, kita bisa menikmati sunset yang menakjubkan di Bulukumba sambil makan malam.
Sensasi tak terlupakan: melihat matahari perlahan menghilang di horizon sementara laut berubah warna menjadi oranye dan langit biru perlahan bergradasi merah, pink, ungu, oranye, dan menggelap sambil menyantap seafood di pinggir pantai.
Tempat makan yang direkomendasikan: Rumah Makan Kampung Nelayan. Seafood di sini sangat terkenal. Buka dari jam 10 pagi hingga jam makan malam. Harganya sekitar Rp300.000 untuk empat orang.

Petualangan dari satu pulau ke pulau lain

Daya tarik utama Tanjung Bira adalah pulau-pulau indah yang berdekatan satu sama lain. Snorkeling, diving, hingga makan seafood di pinggir pantai bisa dilakukan di sini. Kita bisa menikmati semuanya dengan menyewa perahu dan island-hopping seharian.

Bila mau island-hopping, penyewaan perahu bisa dilakukan di kedua pulau yang letaknya saling berdekatan ini (sekitar 20 menit jalan kaki menyusuri pesisir pantai yang satu ke yang lain). Harga sewa kapal Rp700.000, sudah termasuk peralatan snorkel.
Untuk spot matahari terbenam yang keren, bisa mendatangi restoran D’Perahu yang berbentuk pinisi raksasa di bagian ujung Pantai Bira. Dari lantai dua atau tiga restoran ini, kita bisa menikmati es kelapa muda sambil menatap matahari yang larut ke laut. Makanannya pun enak, tetapi yang wajib dicoba adalah sup ayam dan berbagai macam hidangan seafood-nya.
Kenapa kok namanya Pulau Kambing? Apakah bau kambing di sana? Ternyata Pulau Kambing ini memang hanya dihuni oleh kambing. Mereka dibiarkan berkeliaran, bebas menyusuri pulau kecil ini. Sampai ketika Idul Adha tiba, mereka dijemput untuk dijadikan hewan kurban.
Snorkeling di sini adalah sebuah keharusan karena Pulau Kambing dikenal dengan soft coral yang berwarna-warni.
Kalau laut sedang tenang, di salah satu bagian pulau ada pantai kecil yang pasirnya berwarna kemerahan dengan air super bening dan hangat. Jika kamu tak bisa berenang pun bermain air di sini rasanya menyenangkan luar biasa.
Sama seperti Pantai Bira dan Bara, pulau yang namanya mengingatkan saya terhadap karakter gim Mortal Kombat ini dikaruniai dengan pasir yang putih dan lembut.
Karena view bawah laut yang bagus, kita sudah bisa snorkeling saat masih di pinggiran dermaga.
Kita bisa makan siang di pinggir pantai dengan lauk ikan tangkapan hari itu dan pemandangan pantai yang cantik, ditemani angin yang bertiup sepoi-sepoi.

Aktivitas alam mengesankan

Tak hanya berjalan menyusuri pantai berpasir lembut, snorkeling, diving, dan bengong menatap matahari terbenam, masih ada banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan di Tanjung Bira.

Lokasi: Tebing Apparalang

Ada dua spot utama di Tebing Apparalang dan keduanya sangat mudah dijangkau dengan berjalan kaki.
Puluhan meter di bawah tebing, ada sebuah dermaga kecil tempat terjun ke laut yang airnya berwarna hijau kebiruan.
Pemerintah setempat juga sedang membangun jalanan dari kayu yang menghubungkan karang satu ke karang lain, dan bisa membuat foto-foto di sini jadi jauh lebih cantik.
Fakta menarik: awalnya, Pemda mau membangun mercusuar di sini sehingga dilakukanlah penambahan akses jalan. Namun mercusuar itu tak pernah selesai dibuat, dan karena akses jalan sudah ada, ditambah pemandangan yang bagus, tempat ini menjadi terkenal mulai 2015.

Lokasi: Pantai Panrang Luhu

Jika ingin leyeh-leyeh di pantai yang sepi dan bersih, dinaungi banyak pohon kelapa, pasir yang putih dan lembut, maka berkunjunglah ke sini.
Jarang sekali turis yang main ke sini walau aksesnya sangat mudah.

Lokasi: Malino Highlands

Untuk jalur pulang ke Makassar, kami diajak melalui jalur yang berbeda, yaitu melalui Malino. Tujuannya untuk berganti pemandangan, dari laut ke pegunungan.
Jarak Malino ke Makassar hanya sekitar dua jam perjalanan, jadi mampir ke perkebunan teh Malino Highlands untuk melepas penat adalah rencana yang sempurna.
Kita bisa menyeruput teh hangat dengan pemandangan perkebunan teh di kafenya yang bernama Green Pekoe.
Harga tiket masuk: Rp50.000/orang.

Menginap di mana?

Pemandu wisata saya sempat menginformasikan bahwa saat harga tanah di pinggir Pantai Bira dan sekitarnya masih murah, orang-orang lokal enggan berinvestasi karena masih sepi. Jadi wisatawan luar yang ke sini dan jatuh cinta kepada Bira langsung memanfaatkan keadaan dan membeli tanah untuk dijadikan penginapan. Ketika Bira mulai ramai, orang Indonesia baru tergerak untuk membangun ini itu, tetapi harga tanah sudah telanjur mahal. Mendengar hal ini, saya jadi merenung, apakah kita memang takut untuk mengambil risiko dan lebih suka menunggu? Namun harus diakui bahwa ada banyak sekali pilihan hotel dan cottage lucu di Tanjung Bira.

Amatoa Resorts

Resor mewah ini mendapat julukan Santorini Bira karena rancangannya yang unik.

Amatoa Resorts

8.6

Jl. Pasir Putih No. 6, Bira, Bonto Bahari

Mulai dari Rp620.000/malam

Woywoy Paradise

Penginapan ini mengingatkan saya kepada bangunan di Yunani karena cat putih yang dipadu dengan warna tosca di pintu kamarnya.

Woywoy Paradise

8.2

Jl. Pantai Sunrise, Bira, Bonto Bahari

Mulai dari Rp620.000/malam

Woywoy Sunrise Bira

Konsep rumah kecil dan cat warna-warni membuat saya terdorong untuk menginap di sini.

Woywoy Sunrise Bira

8.2

Jl. Pantai Sunrise No. 1, Bira, Bonto Bahari

Mulai dari Rp353.780/malam

Transportasi

Menuju Makassar

Sebelum bisa menuju Tanjung Bira, kita harus terbang lebih dulu ke Makassar. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang ada di kota ini adalah bandara tersibuk keempat di Indonesia, jadi hampir semua bandara besar di Indonesia memiliki rute penerbangan ke sini. Secara tampilan pun bandara ini sudah modern dan bersih, tak kalah dengan bandara internasional lain di Indonesia.

Dari Makassar ke Tanjung Bira

Transportasi terbaik untuk perjalanan Makassar – Tanjung Bira: menyewa mobil! Biaya sewa mobil biasanya sudah termasuk supir. Namun jika kamu ingin tahu jalur terbaik, gunakanlah jasa pemandu wisata lokal.

Tips bertualang di Tanjung Bira

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan