Kamu suka terbang ke Bali? Atau mungkin menikmati wisata belanja di Singapura? Kalau kamu sering bepergian ke luar negeri atau luar kota pasti sudah akrab dengan moda transportasi udara. Duduk manis, lihat awan, dan tiba-tiba sudah sampai ke tempat tujuan—semuanya terasa begitu cepat dan praktis. Tapi pernah nggak, kamu bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya cara kerja pesawat terbang yang bisa mengangkat ratusan ton logam ke langit?
Pesawat terbang bukan hanya mesin besar yang bisa membawa kamu dari satu kota ke kota lain. Di balik semua kenyamanan yang kamu rasakan saat terbang, ada sains dan teknologi canggih yang bekerja dalam harmoni. Mulai dari gaya angkat di sayap, dorongan mesin jet, hingga sistem kontrol yang memungkinkan pesawat bermanuver di ketinggian lebih dari 10.000 meter.
Indonesia
Antar jemput Bandara
Praya
Rp 300.000
Rp 275.000
Artikel ini akan mengupas tuntas cara kerja pesawat dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Nggak perlu jadi insinyur penerbangan dulu untuk bisa paham. Bahkan, kamu juga akan menemukan trivia-trivia menarik seputar dunia aviasi yang bisa jadi bahan ngobrol seru saat liburan bareng teman atau keluarga.
Dan tentu saja, kalau kamu lagi merencanakan liburan berikutnya—baik itu ke Lombok, Yogyakarta, Labuan Bajo, atau luar negeri seperti Tokyo atau Istanbul—informasi ini bisa menambah wawasan sekaligus rasa takjubmu terhadap alat transportasi yang sering kita anggap biasa. Yuk, kita mulai dari dasar!
Baca juga: Jumlah Roda Pesawat Ada Berapa?
Sederhananya, pesawat bisa terbang karena adanya gaya angkat (lift) yang bekerja pada sayap. Sayap pesawat dirancang dengan bentuk khusus—bagian atasnya cembung, dan bagian bawahnya datar. Saat pesawat bergerak maju, udara di atas sayap harus menempuh jarak lebih jauh dan lebih cepat dibanding udara di bawah. Ini membuat tekanan udara di atas sayap lebih rendah, dan tekanan di bawah lebih tinggi—hasilnya, sayap terdorong ke atas.
Gaya ini akan bekerja dengan baik kalau ada kecepatan dorong yang cukup besar. Itulah kenapa pesawat perlu akselerasi tinggi saat berada di landasan pacu. Ketika kecepatannya cukup, gaya angkat akan melebihi berat pesawat, dan muncullah momen take-off yang kita semua suka.
Yang unik, desain sayap pesawat terus berevolusi. Beberapa model modern memiliki tonjolan kecil di ujung sayap yang disebut winglets. Fungsinya adalah untuk mengurangi hambatan udara dan menghemat bahan bakar. Jadi, bukan hanya soal kecepatan, tapi juga efisiensi dan ramah lingkungan.
Baca juga: Berapa Kecepatan Pesawat?
Selain lift, pesawat juga butuh gaya dorong (thrust) untuk bergerak maju. Ini dihasilkan oleh mesin jet—biasanya tipe turbofan. Mesin bekerja dengan cara menyedot udara dari depan, memampatkannya, mencampur dengan bahan bakar, lalu membakarnya. Hasil pembakaran itu mendorong udara panas keluar di belakang, menghasilkan tenaga ke depan.
Mesin pesawat dirancang sangat efisien. Bayangkan, satu mesin bisa mengangkat puluhan ton logam ke udara dan tetap stabil di ketinggian selama berjam-jam. Semuanya dikendalikan oleh sistem komputer dan diawasi terus oleh pilot selama penerbangan.
Fakta menarik: mesin pesawat berada di bawah sayap bukan hanya untuk aerodinamika, tapi juga agar mudah dijangkau saat perawatan. Dan meski terlihat besar, sebagian besar ruang mesin justru berisi komponen udara dan sistem sirkulasi, bukan bahan bakar.
Setelah lepas landas, bagaimana pesawat bisa naik-turun atau berbelok di udara? Jawabannya ada pada tiga permukaan kendali utama:
Dengan kombinasi tiga kontrol ini, pilot bisa mengatur arah dan posisi pesawat sesuai jalur terbang. Untuk menjaga kecepatan dan ketinggian tetap stabil, biasanya digunakan autopilot—tapi tenang saja, pilot tetap aktif memantau setiap perubahan yang terjadi.
Jangan lupakan satu hal penting: pesawat modern menggunakan fly-by-wire, yaitu sistem kendali berbasis komputer. Namun sebagian besar masih menyisakan cadangan manual kalau-kalau sistem elektronik mengalami gangguan.
Salah satu hal yang bikin sebagian penumpang panik adalah turbulensi. Tapi sebenarnya ini adalah hal wajar. Turbulensi terjadi saat pesawat memasuki area udara yang bergerak tidak stabil—ibarat jalan berlubang di udara. Akibatnya, pesawat terasa bergoyang atau terangkat turun secara tiba-tiba.
Pesawat dirancang untuk menahan turbulensi, bahkan jenis turbulensi sedang hingga berat. Pilot pun sudah terlatih untuk mengantisipasinya, dan radar cuaca di kokpit bisa mendeteksi area turbulensi dari jauh.
Jadi, kalau kamu mengalami turbulensi saat liburan, tetap tenang. Duduk tegak, kencangkan sabuk pengaman, dan jangan lupa bernapas perlahan. Anggap saja sensasi gratis layaknya naik roller coaster mini.
Perjalanan pesawat terbagi dalam beberapa tahap: take-off, climb, cruise, descent, dan landing.
Menariknya, kecepatan saat mendarat hampir sama dengan saat take-off, hanya saja ditambah sistem pengereman khusus dan spoiler (penahan angin di sayap) yang membantu memperlambat laju pesawat.
Selama terbang, pesawat tidak bergerak tanpa arah. Semuanya diatur oleh ATC (Air Traffic Control) yang mengatur lalu lintas udara. Mulai dari izin lepas landas, rute penerbangan, ketinggian, hingga pendaratan, semua melalui instruksi dari ATC.
Pilot dan ATC berkomunikasi menggunakan frekuensi radio. Mereka memakai istilah khusus seperti “cleared for take-off” atau “maintain flight level 350”. Jadi, jangan heran kalau kamu melihat pilot berbicara cepat dan padat—itu kode internasional yang digunakan seluruh dunia.
ATC juga sangat penting dalam kondisi darurat, seperti cuaca ekstrem atau masalah teknis. Mereka akan mengarahkan pesawat ke bandara alternatif atau memberikan jalur aman.
Setelah tahu cara kerja pesawat, saatnya kamu memilih tiket penerbangan untuk liburan impianmu. Pilih rute dengan waktu tempuh yang sesuai kebutuhan, pertimbangkan maskapai dengan rating tinggi, dan perhatikan juga waktu keberangkatan—pagi hari biasanya cuaca lebih stabil.
Jangan lupa perhatikan kebijakan bagasi dan harga total, bukan hanya harga di awal. Terkadang tiket murah tapi tanpa bagasi bisa jadi lebih mahal setelah ditambah biaya tambahan.
Pesan tiket dari jauh hari biasanya juga lebih hemat. Dan kalau kamu liburan bareng keluarga, pertimbangkan penerbangan langsung tanpa transit agar lebih praktis.
Sat, 2 Aug 2025
AirAsia Indonesia
Jakarta (CGK) ke Singapore (SIN)
Mulai dari Rp 589.000
Mon, 28 Jul 2025
Jetstar Asia Airways
Surabaya (SUB) ke Singapore (SIN)
Mulai dari Rp 763.900
Thu, 24 Jul 2025
Jetstar Asia Airways
Medan (KNO) ke Singapore (SIN)
Mulai dari Rp 591.482
Selain tiket pesawat, kamu juga perlu memikirkan hal-hal lain seperti:
Rencanakan semuanya sekaligus supaya perjalananmu efisien dan tidak membuatmu stres saat hari H.
Baca juga: Jenis-jenis Pesawat, Apa Saja Ya?
Sekarang kamu sudah tahu cara kerja pesawat terbang, bukan cuma sebagai alat transportasi, tapi juga sebagai hasil teknologi luar biasa yang bikin perjalanan jadi mungkin. Dari kecepatan tinggi, kendali presisi, hingga keamanan berlapis—semua ada agar kamu bisa duduk santai menikmati perjalanan liburan.
Jadi, saat kamu memesan tiket pesawat untuk petualangan berikutnya, jangan lupa bahwa di balik penerbangan yang mulus itu ada kombinasi sains, keterampilan, dan sistem yang luar biasa rumit—namun didesain agar kamu bisa traveling dengan aman dan nyaman. Ingin liburan? Pesan tiket pesawat, tiket kereta api, tiket bus, hingga hotel hanya dengan satu aplikasi. Yuk, nikmati mudahnya liburan dengan Traveloka!