Mengenal Lebih Dalam Sejarah dan Tradisi Suku Sasak di Lombok

Koosandriyani
27 Aug 2018 - 2 min read
false

Terletak bersebelahan dengan Pulau Bali, Lombok merupakan salah satu destinasi pariwisata yang populer di Indonesia bagian timur. Selain karena wisata baharinya yang indah, keaslian tradisi dan budayanya juga cukup menarik untuk ditelaah lebih dalam. Salah satunya adalah Suku Sasak. Terdiri dari 5 Kabupaten serta Kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Kota Mataram, pulau ini menjadi kampung halaman bagi sekitar 85% penduduk Suku Sasak.

Sejarah Suku Sasak
Pulau Lombok sejatinya adalah kampung halaman dari Suku Sasak. Ini karena penduduk Sasak sudah menghuni pulau ini selama berabad-abad, yaitu sejak 4.000 sebelum Masehi. Secara etimologi, banyak anggapan bahwa nama Sasak berasal dari kata "sak-sak" yang artinya satu atau utama. Hal ini berhubungan dengan kitab Nagarakertagama oleh Mpu Prapanca yang berisi catatan kekuasaan Majapahit di abad ke-14. Di dalam kitab tersebut, terdapat ungkapan "Lombok Sasak Mirah Adi" yang diartikan sebagai "kejujuran adalah permata yang utama". Itu sebabnya, banyak yang meyakini bahwa leluhur dari Suku Sasak adalah orang-orang Jawa.

Sumber:Studio Pospichal / Shutterstock.com

Nah, kamu pasti pernah mendengar sebutan lain Pulau Lombok yaitu Pulau Seribu Masjid, kan? Nama lain ini didapat karena sebagian besar masyarakat Suku Sasak merupakan pemeluk agama Islam. Sehingga, hampir di tiap sudut, kamu akan menemukan banyak bangunan Masjid beserta menaranya. Meski begitu, tak sedikit pula orang-orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda, yaitu menyembah roh-roh leluhur mereka dengan cara yang unik.

Tradisi dan Budaya Suku Sasak
Memiliki bangunan rumah yang terbuat dari tanah liat bercampur kotoran kerbau, Suku Sasak merupakan masyarakat yang masih memegang teguh tradisi para leluhurnya. Salah satu yang paling terlihat jelas adalah saat dilaksanakannya prosesi pernikahan. Di Lombok istilah kawin lari sudah bukan hal yang tabu. Justru, inilah keunikan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Suku Sasak.

Di tradisi ini, pihak pria akan "membawa kabur" sang calon istri kemudian menyembunyikannya tanpa diketahui oleh orang tua wanita. Pelarian ini biasanya berlangsung selama 3 hari. Setelahnya, orang tua sang calon istri akan "menebus" dan kemudian membicarakan kelanjutan hubungan tersebut menuju ke jenjang yang lebih serius. Uniknya lagi, di dusun ini pun masih sering terjadi pernikahan antar saudara dan tak dianggap aneh. Menarik, ya?

Sumber:soft_light / Shutterstock.com

Selain itu, ada pula tradisi Bau Nyale yang juga cukup terkenal di kalangan wisatawan. Nyale adalah sejenis binatang laut yang, dalam kepercayaan Suku Sasak, merupakan jelmaan seorang putri. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Nyale merupakan hewan yang berkaitan dengan anugerah, kesuburan, serta keselamatan. Oleh karenanya, setiap tanggal 19 atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun suku Sasak, diadakan ritual Bau Nyale (menangkap cacing Nyale) sebagai bentuk harapan akan kesejahteraan hidup masyarakat.

Sumber:Anges van der Logt / Shutterstock.com

Sebenarnya, masih banyak tradisi serta budaya masyarakat Suku Sasak yang bisa kamu pelajari. Untuk mengetahuinya, ada baiknya kamu melihat langsung dengan mengunjungi Kampung Sasak di Dusun Ende, sekitar 40 kilometer atau 60 menit dari Kota Mataram. Tak perlu khawatir, kamu akan disambut dengan hangat oleh masyarakat Suku Sasak sesaat setelah kamu memasuki wilayah ini. Selamat bereksplorasi!

Foto Sampul oleh Studio Pospichal / Shutterstock.com

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan