Tahun baru imlek menjadi perayaan yang paling dinantikan oleh etnis Tionghoa di seluruh penjuru dunia. Imlek tidak hanya sekedar perayaan tahun biasa, namun terdapat tradisi tertentu yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya, tradisi lampion imlek.
Tak hanya sekadar hiasan, lampion imlek memiliki makna dan menjadi simbol tertentu yang dipercaya etnis Tionghoa. Bahkan, lampion juga dijadikan festival yang meriah di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Penjelasan mengenai lampion Imlek, yuk simak penjelasannya berikut ini.
Lampion menjadi salah satu pernak-pernik khas yang keberadaannya tidak pernah absen dari perayaan tahun baru imlek. Kehadiran lampion ditengah-tengah tahun baru imlek mampu menghidupkan suasana menjadi lebih berwarna.
Di balik keindahannya, lampion sebagai warisan budaya Tionghoa memiliki aspek historis yang menarik untuk kamu ketahui lebih lanjut. Berikut adalah informasi seputar sejarah lampion imlek dari zaman ke zaman.
Sejarah lampion imlek menurut budaya Tionghoa berawal sejak zaman Dinasti Han. Pada awalnya, lampion dibuat menggunakan bambu yang dibungkus dengan kertas atau sutra. Lampion juga diberi hiasan yang menarik yaitu karakter Tionghoa tradisional. Era kepemimpinan Dinasti Han memanfaatkan lampion sebagai iklan promosi bisnis dan alat penerangan.
Seiring berjalannya waktu, tradisi lampion menjadi tidak terpisahkan dari masyarakat Dinasti Han. Daya tarik lampion tersebut mengundang atensi para biksu yang kemudian diadopsi menjadi bagian dari perayaan budha. Lampion digunakan oleh biksu sebagai media khusus dalam melakukan upacara ritual pemujaan.
Pada akhirnya, Kaisar meminta rakyatnya untuk menghormati Sang Budha dengan menyalakan lampion selama prosesi ritual berlangsung. Hingga kini, tradisi lampion terus berlanjut dan menjadi simbol kebahagiaan dalam perayaan imlek.
Pada zaman Dinasti Tang, budaya dan tradisi lampion menjadi sangat berkembang dan berada di puncak kejayaan. Lampion sering digunakan untuk merayakan kedigdayaan negara. Bahkan, acara pelepasan lampion selama zaman Dinasti Tang berlangsung menjadi bagian dari festival tahun baru imlek yang menarik dan bermakna simbolis.
Tradisi lampion yang diselenggarakan secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa hingga kini masih berlangsung. Pada zaman modern, festival lampion akan dirayakan setiap hari ke-15 dalam sistem penanggalan kalender China. Acara festival lampion tersebut menandakan bahwa perayaan tahun baru imlek akan berakhir.
Selama perayaan imlek berlangsung, biasanya setiap keluarga akan berkumpul dan menyalakan lampion. Tidak sampai disitu saja, setiap keluarga akan menikmati keindahan dari lampion tersebut. Saat ini, sudah banyak sekali jenis-jenis lampion dalam berbagai warna maupun bentuk yang memanjakan mata dan menghiasi setiap sudut kota.
Secara umum, lampion menjadi simbol dari pengusir bala, kebahagiaan, dan pengharapan. Lampion berbentuk bulat merupakan simbol dari keharmonisan dan kesatuan di dalam sebuah keluarga. Sedangkan, lampion berbentuk naga menyimbolkan keberanian dan kekuatan. Kemudian, lampion berbentuk ikan melambaangkan kemakmuran.
Dengan simbolisme lampion tersebut, masyarakat China sering menggantung lampion di depan rumah sebagai tradisi yang menguntungkan. Setiap warna lampion mencerminkan simbol yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut.
Lampion warna merah melambangkan rezeki, kebahagiaan, kemakmuran, ketenaran, kekayaan, dan kehidupan yang lebih baik. Tidak heran jika dalam perayaan imlek lampion warna merah sering digunakan.
Lampion warna putih menyimbolkan berduka cita dan kematian. Atribut budaya lampion warna putih sering digunakan pada saat masa berkabung dan upacara pemakaman yang berlangsung di China.
Lampion berwarna keemasan mengandung simbol kebangsawanan dan kekayaan. Perpaduan antara warna merah dan keemasan pada lampion merupakan warna unggul yang sering digunakan pada acara-acara tertentu.
Lampion berwarna hitam bermakna kekuatan, keabadian, stabilitas, dan pengetahuan. Lampion warna hitam juga menjadi simbol dari kontrol dan otoritas pemerintahan China. Menurut keperayaan orang China, hitam merupakan warna surga dan warna yang netral.
Lampion dengan warna biru melambangkan umur panjang, penyembuhan, musim semi, dan kepercayaan. Lampion warna biru dipercaya membawa makna yang positif sehingga sering digunakan untuk mendekorasi rumah dengan harapan harmonis dan berumur panjang.
Lampion berwarna hijau memiliki makna harmoni, kesehatan, dan kemakmuran. Makna lain dari lampion dengan warna hijau adalah harapan dalam pertumbuhan hidup manusia.
Lampion yang berwarna kuning mempunyai makna netralitas dan keberuntungan. Warna kuning yang terdapat pada lampion juga melambangkan kebebasan dari segala urusan duniawi.
Secara filosofis, lampion imlek memiliki makna pengharapan dan pencerahan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Lampion imlek juga sebagai simbol dari keberuntungan. Hal ini terlihat dari penggunaan atribut lampion yang menjadi sarana pertunjukan dan upacara ritual selama imlek berlangsung.
Proses pembuatan lampion juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Pasalnya, selama proses pembuatan lampion khususnya lampion tradisional tentu melibatkan keterampilan tangan yang baik. Sehingga, harus memiliki kesabaran yang tinggi pula agar mendapatkan lampion yang bagus.
Lampion juga dimaknai sebagai perayaan untuk mensyukuri nikmat dan rezeki yang telah diperoleh tahun lalu. Lampion juga berperan penting untuk mendorong semangat dalam rangka mendapatkan hal-hal yang baik di masa mendatang. Bahkan, tradisi lampion dapat mempererat hubungan antar anggota keluarga seperti menghormati atau bermaaf-maafan.
Berikut merupakan festival-festival lampion imlek yang menarik dan sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Festival lampion imlek di Jakarta diwarnai dengan deretan lampion merah yang terpasang di sepanjang trotoar. Acara festival tersebut juga dimeriahkan dengan festival Desa Timun, Festival Pecinan, dan pertunjukan Barongsai. Ada pula hiburan edukatif yang menarik pada estival lampion imlek Jakarta seperti tari kecak, bian lian, dan pohon angpao.
Perayaan acara festival lampion imlek di Surabaya bisa kamu temukan di sejumlah tempat-tempat penting. Seperti pusat perbelanjaan, tempat beribadah agama budha, sepanjang jalan, dan perkampungan. Adapun kegiatan yang berlangsung selama festival lampion yaitu lomba lampion, tarian naga, dan atraksi barongsai.
Festival lampion imlek di Singkawang dimulai dari rute kantor walikota Singkawang hingga ke Jalan Tani. Festival lampion yang berlangsung di Singkawang ini dimeriahkan oleh dua buah naga berukuran besar, drumband, pertunjukan barongsai, pawai lampion, festival kuliner, pawai mobil hias, dan pentas seni budaya.
Festival lampion imlek di Medan diwarnai dengan pemasangan ribuan lampion di vihara. Festival lampion dalam rangka imlek di Medan ini juga diikuti dengan atraksi barongsai dan pelepasan lampion. Biasanya, warga Medan juga akan membakar dupa, mempersembahkan kue bernama Nian Gao, dan menyalakan petasan.
Tahun baru imlek di Yogyakarta juga dimeriahkan dengan festival lampion warna-warni yang menghiasi jalan-jalan. Acara festival juga dimeriahkan oleh pertunjukan seni dan budaya khas Tionghoa seperti tari singa serta barongsai. Lalu, ada juga pameran seni dan festival kuliner hidangan Tionghoa dengan cita rasa yang autentik.
Lampion merupakan warisan budaya historis peninggalan etnis Tionghoa yang kaya akan nilai-nilai filosofi kehidupan dan melekat secara turun-temurun melalui tradisi imlek. Lampion memainkan peranan yang penting dalam memberikan sentuhan estetika dan aspek fungsionalitas dalam ritual keagamaan budha.
Jika kamu ingin menyaksikan festival lampion imlek yang berlangsung meriah di kota besar Indonesia, jangan lupa untuk bookinghotel di Traveloka ya! Kamu juga bisa pesan tiket pesawat, kereta api, dan bus di Traveloka yang lebih hemat dan pastinya sangat praktis.
Hotel dan Penginapan di Jakarta
Temukan hotel di Jakar...
Lihat Harga