Sebagai destinasi populer di Provinsi Nusa Tenggara, Lombok terkenal akan 3 pulau Gili, spot menyelam yang menawan, sejumlah pantai terpencil dan Gunung Rinjani. Namun, selain wisata alam yang menarik, Lombok juga merupakan rumah bagi Suku Sasak, suku asli pulau ini yang tinggal di Desa Sade yang berjarak hanya 5 kilometer dari bandara internasional Lombok. Budaya suku Sasak sangatlah berwarna, salah satunya adalah kain tradisionalnya yang tak hanya menawan tetapi juga seru untuk diulas.
Kain tradisional Lombok terbagi menjadi dua jenis; tenun songket dan tenun ikat. Kain tenun songket biasanya penuh warna dan dapat terbuat dari benang katun, perak, atau emas, sedangkan tenun ikat lebih sederhana dan fungsional. Sedangkan, kain tenun ikat Sasak merupakan bagian penting dalam keseharian suku ini.
Sebelum menikah, seorang perempuan Sasak harus berhasil menenun paling tidak 3 kain sebagai syarat menikah. Kini, ritual tersebut tidak lagi dilakukan. Meski begitu kain ikat tenun ini tetap menjadi esensi utama dalam setiap upacara adat suku Sasak, seperti saat upacara puput pusar bayi, seserahan dari keluarga mempelai pria ke wanita, dan juga khitanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kain tenun ikat juga memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai bedong bayi, selimut, penutup jenazah, dan juga untuk beribadah.
Tenun ikat Lombok juga memiliki berbagai motif yang unik, dan biasanya berbentuk garis horizontal dan vertikal saja. Untuk membuat motifnya, pengrajin akan mengikat bagian benang yang kemudian dicelupkan ke dalam zat pewarna. Bagian yang diikat tidak akan terkena warna saat dicelupkan. Teknik ini dilakukan berulang kali hingga akhirnya terbentuk motif yang harmonis di kedua sisi kain, sehingga tidak ada sisi depan maupun belakang. Kain tenun ikat juga memiliki motif yang lebih sederhana dibandingkan ulos, namun tidak kalah menawan.
Kain tenun ikat dapat dijual dalam bentuk sarung, lembaran kain, hingga ikat kepala dengan motif bergaris yang khas. Uniknya, kain tenun ikat khas Lombok ini dikerjakan oleh kaum pria, lho. Dengan memakai ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), para pengrajin dapat menyelesaikan kain kurang-lebih sepanjang 3 meter dalam satu hari.