Jika kamu sedang menyusun itinerary liburan ke Kalimantan Timur, jangan hanya fokus pada keindahan alamnya saja. Ada satu permata budaya tak kalah mempesona dan layak kamu kunjungi, yakni Kampung Tenun Samarinda. Lokasinya berada di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, tempat tenang di tepi Sungai Mahakam yang menyimpan denyut sejarah serta napas tradisi dari masa lampau.
Kampung Tenun Samarinda bukan sekadar kawasan produksi tekstil. Ini adalah pusat warisan budaya hidup. Di sinilah kamu bisa menyaksikan langsung bagaimana tenun tradisional dibuat, bukan oleh mesin besar, tapi oleh tangan-tangan terampil perempuan lokal yang dengan sabar merajut benang menjadi karya seni bernilai tinggi.
Sejarah kampung tenun Samarinda tak bisa dilepaskan dari jejak panjang migrasi budaya yang membentuk identitas Kalimantan Timur. Sekitar abad ke-17, rombongan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan mengarungi lautan dan tiba di tepian Sungai Mahakam. Mereka membawa lebih dari sekadar perahu dan barang dagangan. Dalam balutan tradisi mereka tersimpan satu keahlian berharga yang kemudian tumbuh menjadi warisan budaya, seni menenun.
Awalnya, aktivitas menenun dilakukan secara terbatas dalam lingkup keluarga untuk memenuhi kebutuhan sandang sehari-hari. Namun seiring waktu, tenun ini berkembang menjadi bagian dari jati diri komunitas. Tidak hanya digunakan untuk pakaian adat, tetapi juga untuk upacara keagamaan serta simbol status sosial.
Dari tangan-tangan para perempuan Bugis inilah lahir sarung Samarinda, kain tenun khas yang menjadi ciri khas kota ini. Sarung ini berbeda dari tenun lain di Nusantara. Ia dikenal karena corak geometris dan repetitifnya, warna-warna cerah namun tetap seimbang, serta kehalusan teksturnya yang membuat nyaman dikenakan di segala cuaca tropis.
Yang membuat tenun khas Samarinda semakin istimewa adalah filosofi yang disematkan dalam setiap motifnya. Ada motif yang melambangkan keseimbangan hidup, keteguhan, hingga harapan untuk keberkahan. Dalam proses pembuatannya, setiap helai benang bukan hanya soal warna dan tekstur, tapi juga cerita dan nilai-nilai leluhur yang diwariskan turun-temurun.
Kini, di tengah gempuran tekstil pabrikan dan mode instan, kampung tenun Samarinda tetap berdiri sebagai benteng budaya. Ia adalah pengingat bahwa tradisi tidak hanya perlu dilestarikan, tapi juga bisa menjadi sumber kebanggaan dan daya tarik wisata otentik.
Berbeda dari wisata biasa, di kampung tenun Samarinda kamu akan diajak untuk merasakan sendiri bagaimana kain tenun khas dibuat dari nol. Aktivitas dimulai dari proses pewarnaan benang menggunakan bahan alami seperti daun tarum, kulit kayu nangka, atau akar-akaran lokal. Pewarna ini tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga menghasilkan warna tahan lama dan unik.
Setelah itu, kamu akan menyaksikan proses penenunan manual menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Suara denting alat, gerakan tangan pengrajin yang cekatan, serta suasana rumah panggung tradisional menciptakan pengalaman sangat autentik.
Yang paling berkesan tentu adalah ketika kamu diberi kesempatan untuk mencoba menenun sendiri. Dibimbing langsung oleh pengrajin berpengalaman, kamu akan memahami betapa teliti dan sabarnya proses ini. Ini bukan sekadar membuat kain. Pengalaman ini adalah tentang menghargai tradisi, kerja keras, serta nilai seni yang diwariskan lintas generasi.
Selain itu, kamu juga bisa belajar membedakan jenis motif dan maknanya, membeli langsung hasil tenun asli sebagai souvenir, atau sekadar menikmati suasana kampung nan tenang dan penuh nuansa budaya.
Meski akar budayanya kuat, kampung tenun Samarinda tak tertinggal oleh zaman. Dalam beberapa tahun terakhir, para pengrajin dan pelaku UMKM mulai aktif memasarkan hasil tenun mereka melalui media sosial, e-commerce, dan berbagai platform digital. Dari katalog Instagram hingga toko online di marketplace, kain tenun khas Samarinda kini bisa menjangkau pembeli dari seluruh Indonesia, bahkan mancanegara.
Tak hanya soal penjualan, transformasi ini juga terlihat dari peran generasi muda. Anak-anak muda di kampung ini mulai mengambil peran penting. Mulai dari proses desain, produksi, hingga strategi pemasaran digital. Mereka juga menghadirkan sentuhan baru lewat desain lebih modern, seperti jaket, tote bag, outerwear, hingga busana ready-to-wear berbahan tenun.
Inovasi ini membuat kain tenun Samarinda semakin relevan serta diminati, bukan hanya sebagai simbol budaya, tapi juga sebagai bagian dari gaya hidup kekinian yang tetap berakar pada tradisi.
Setelah puas belajar menenun, jangan lewatkan kesempatan untuk membawa pulang karya-karya cantik khas kampung tenun Samarinda. Semua produk dijual langsung oleh para pengrajin, sehingga kamu bisa berinteraksi, menawar, bahkan mendengar kisah di balik setiap helai kain yang dijajakan. Beberapa pilihan favorit wisatawan antara lain:
Produk-produk ini tak hanya menarik sebagai oleh-oleh, tapi juga punya nilai cerita sekaligus makna budaya yang mendalam. Cocok untuk kamu koleksi sebagai bagian dari gaya hidup yang menghargai kerajinan lokal.
Selain belanja, banyak wisatawan memanfaatkan suasana autentik kampung ini untuk sesi foto bertema etnik. Kamu bisa menyewa atau membeli pakaian tenun khas, lalu berpose di antara deretan rumah panggung kayu bergaya Bugis atau di tepi Sungai Mahakam. Hasil fotonya bukan hanya estetis dan Instagramable, tapi juga sarat nilai sejarah serta kehangatan lokal yang tak bisa kamu temukan di tempat lain.
Kampung Tenun Samarinda terletak di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang. Dari pusat Kota Samarinda, kamu bisa menempuh perjalanan sekitar 15–20 menit menggunakan kendaraan pribadi, ojek online, atau taksi lokal. Rutenya cukup mudah. Cukup arahkan kendaraan melewati Jembatan Mahakam, lalu ikuti petunjuk menuju Jalan Pangeran Bendahara atau Jalan Bung Tomo hingga tiba di area kampung tenun.
Kalau kamu ingin pengalaman yang lebih tradisional, cobalah naik perahu ketinting dari Dermaga Tepian Mahakam. Perahu ini akan membawamu menyusuri Sungai Mahakam selama kurang lebih 10 menit, dan langsung merapat di dekat kawasan kampung.
Akses menuju lokasi cukup mudah dan bisa dibantu dengan Google Maps. Cukup ketik “Kampung Tenun Samarinda” atau cari “Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang.” Setibanya di sana, suasana khas rumah panggung serta deretan alat tenun akan langsung menyambutmu.
Kamu bisa mengunjungi kampung tenun Samarinda kapan saja, namun waktu terbaik adalah saat pagi hari, ketika aktivitas menenun sedang berlangsung penuh dan para pengrajin sedang sibuk bekerja. Jika kamu datang saat akhir pekan atau musim libur, biasanya kampung ini juga menyelenggarakan pameran kecil atau demo menenun terbuka untuk umum.
Kampung tenun Samarinda bukan sekadar destinasi wisata, tapi ruang hidup budaya yang menyentuh hati serta membuka cakrawala. Di sini, kamu tak hanya melihat, tapi ikut merasakan bagaimana warisan leluhur dirawat dengan penuh ketekunan di setiap tarikan benang.
Dengan berkunjung ke kampung tenun ini, kamu turut mendukung pelestarian budaya lokal, memberdayakan para pengrajin, dan membawa pulang sesuatu yang lebih dari sekadar suvenir: cerita, makna, dan pengalaman otentik tak tergantikan.
Sebelum memulai perjalanan, pastikan semua kebutuhan traveling kamu sudah siap. Mulai dari tiket pesawat ke Samarinda, booking hotel terdekat, hingga tiket atraksi wisata, semuanya bisa kamu pesan dengan mudah lewat aplikasi Traveloka. Satu aplikasi, semua keperluan liburanmu langsung beres, praktis, aman, dan terpercaya.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, rajut jejakmu di Samarinda dan temukan kisah yang tertenun indah dalam setiap sudut kampung tenun.