Kota Yogyakarta atau Jogja dikenal sebagai kota pelajar, wisata, dan budaya. Banyak bangunan bersejarah yang menarik untuk didatangi. Termasuk sebagian besar masjid Jogja yang tidak hanya sekadar megah, tetapi juga sarat akan budaya. Kamu bisa belajar sejarah sekaligus wisata religi di kota gudeg ini.
Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak masjid yang tersebar di berbagai provinsi. Melansir dari Katadata, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 menunjukkan bahwa Jogja menjadi provinsi dengan rasio masjid per 100 ribu penduduk tertinggi, yakni 208,3. Artinya, terdapat 208 masjid pada setiap 100 ribu penduduk di Yogyakarta.
Source : shutterstock
Jogja memang masih menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi banyak orang. Tak jarang pula para wisatawan sengaja datang berkunjung untuk berwisata religi ke masjid. Simak dulu berbagai masjid bersejarah dan ikonik dari Traveloka di bawah ini.
Masjid bersejarah pertama di Jogja adalah Masjid Raya Yogyakarta atau biasa disebut Masjid Gedhe Kauman. Konon, ini merupakan masjid yang umurnya sudah lebih dari 200 tahun.
Keberadaan Masjid Gedhe Kauman menjadi simbol kalau Yogyakarta adalah kerajaan islam. Tidak heran, masjid ini dibangun di sisi barat alun-alun utara, tidak jauh dari keraton.
Masjid Gedhe Kauman didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat. Sedangkan arsitekturnya dibuat oleh Kiai Wiryokusumo.
Desain arsitektur masjid Jogja ini terinspirasi dari budaya Jawa Islam Masjid Demak. Terdapat empat pilar utama (saka guru) dengan atap berbentuk tajug lambing teplok atau bersusun tiga.
Bagian atap masjid memang tidak seperti masjid lainnya dengan memasang kubah, tetapi pola susun tiga khas tradisional Jawa. Ini bermakna tahapan pencapaian kesempurnaan hidup manusia.
Terdapat 48 pilar yang terbuat dari kayu jati di dalam bangunan masjid. Uniknya, selain mihrab dan mimbar, terdapat maksura atau ruangan kecil pada shar terdepan untuk sultan dan keluarganya.
Alamat: Alun-Alun Keraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta
Masjid Selo adalah masjid bersejarah di Jogja yang merupakan peninggalam Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat I, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Ini juga merupakan salah satu masjid tertua di Jogja. Arsitektur bangunannya pun terbilang mirip dengan Tamansari dan Keraton Jogja, tetapi lebih kecil dan sederhana.
Masjid Selo disebut sebagai Masjid Batu, karena dibangun menggunakan batu. Pintu masuknya dibuat rendah, sehingga orang yang masuk harus menunduk.
Dalam budaya Jawa ini memiliki makna filosofis seperti memberi hormat saat masuk.
Dahulu, masjid ini hanya digunakan sebagai tempat salat para pangeran dan bangsawan. Hingga akhirnya pada tahun 1965 boleh digunakan untuk masyarakat biasa.
Lokasi masjid berada di kampung Panembahan, sekitar 1,9 km dari titik 0 km Yogyakarta.
Alamat: Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta
Rekomendasi wisata religi lainnya yang bisa kamu datangi adalah Masjid Gedhe Mataram. Ini termasuk masjid bersejarah dan ikonik, karena desain arsitekturnya pun khas tradisional Jawa.
Bagian atap masjid juga menggunakan model tajug bersusun tiga dan limasan. Sama seperti masjid bersejarah di Jawa, terdapat ruang utama, serambi, pawestren, dan kolam kecil.
Masjid Gedhe Mataram dibangun pada masa Panembahan Senopati. Konon, umat islam membangun bagian utama bangunan dan umat hindu membangung bagian pagar.
Tidak heran, desain pintu masuk masjid terlihat seperti Pura umat Hindu. Inilah wujud akulturasi. Lokasi masjid berada di area yang sama dengan Pesaren Agung atau pemakaman besar Kota Gede.
Masjid ini pun merupakan baian dari konsep empat elemen identitas kota. Alun-alun sebagai pusat sosial budaya, masjid sebagai kegiatan spiritual, dan pasar sebagai pusat perekonomian. Sampai sekarang, Masjid Gedhe masih digunakan sebagai tempat ibadah dan wisata religi.
Alamat: Dusun Sayangan, Desa Jagalan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Terdapat empat Masjid Pathok Negoro di Jogja yang dibangun di empat penjuru mata angin oleh Kasultanan Yogyakarta. Lokasinya berada di wilayah pinggiran Kuthanegara atau pemerintahan keraton.
Keempat Masjid Pahok Negoro dibangung pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Salah satu Masjid Pathok Negoro yang bersejarah di Jogja adalah Masjid Pathok Negoro Plosokuning di area Utara, karena masih mempertahankan keaslian bangunan.
Masjid Plosokuning juga dikenal sebagai Masjid Sulthoni Plosokuning. Desainnya mirip dengan Masjid Gedhe Kauman, termasuk bagian atap dengan bentuk tajug dan joglo.
Ada pula kolam yang mengelilingi masjid berfungsi untuk membersihkan kaki sebelum masuk masjid.
Alamat: Jl. Plosokuning Raya No.99, Ploso Kuning IV, Minomartani, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Masjid Siti Djirzanah menjadi simbol akulturasi budaya di Jogja, karena ini merupakan masjid dengan desain bernuansa Tionghoa. Walaupun tidak semegah masjid Jogja lainnya, tetapi sangat bermakna.
Sebelum berubah fungsi menjadi masjid, bangunan ini merupakan toko batik.
Hingga akhirnya tanah bangunan diwakafkan, lalu dikelola menjadi masjid. Penamaan masjid pun diambil dari nama almarhumah ibu Siti Djirzanah, sebagai bentuk bakti dan kasih sayang anak.
Desain bangunan sengaja mengambil konsep nuansa Tionghoa dan Timur Tengah, karena menyesuaikan sejarah bangunan masa lalu di Malioboro.
Masjid ini pun tidak mempunyai kubah, tetapi bagian atap masjidnya pun dibuat seperti kelenteng.
Sedangkan pada bagian depan masjid terdapat tulisan Mandarin yang mempunyai arti ‘masjid’.
Bangunan Masjid Siti Djirzanah terdiri dari dua lantai, bisa menampung sekitar 200 orang jamaah.
Kalau kamu berada di sekitaran Malioboro, tidak perlu khawatir mencari tempat untuk salat.
Alamat: Jl. Margo Mulyo No.25, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta
Sebagian besar bangunan di Yogyakarta mempunyai sejarahnya masing-masing. Termasuk masjid bersejarah lainnya, seperti Masjid Kuncen yang juga milik Keraton Yogyakarta. Konon, dulu Masjid Kuncen Jogja menjadi tempat perlindungan warga dari serangan penjajah.
Sampai sekarang pun masyarakat masih mempertahankan bentuk asli bangunan. Contohnya, bagian soko guru atau tiang penyangga di ruang tengah masjid serta mustaka atau kubah masjid. Kini, Masjid Kuncen masih menjadi tempat beribadah, acara keagamaan, dan wisata religi.
Alamat: Dusun Kuncen, Kel. Pakuncen, Kec. Wirobrajan, Kota Yogyakarta
Sesuai namanya, Masjid Kampus UGM adalah masjid yang berada di dalam Universitas Gadjah Mada. Desain bangunan masjid merupakan kombinasi tradisional Jawa dan Timur Tengah seperti Turki, Masjid Nabawi, dan Masjidil Haram. Contohnya, ada desain dan elemen joglo di Masjid UGM.
Bagian dalam masjid didominasi warna emas, merah, dan hijau. Kamu bisa melihat kombinasi warna tersebut pada lantai dan pilar masjid. Di setiap pilar pun berhiaskan kaligrafi. Masjid Kampus UGM di Jogja menjadi masjid kampus terbesar dan termegah di Asia Tenggara.
Saat masuk, kamu bisa merasakan suasana nyaman dan sejuk. Suasana sejuk bisa terasa karena dinding masjid menggunakan marmer.
Ada berbagai fasilitas di dalam masjid, di antaranya air minum gratis, wi-fi, menara pandang, perpustakaan mini, dan lain-lainnya. Tidak hanya untuk salat, Masjid Kampus UGM juga rutin mengadakan kajian dan diskusi yang bisa dihadiri oleh siapa saja selain mahasiswa.
Alamat: Jl. Tevesia Bulaksumur No.1, Karang Malang, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Nikmati wisata budaya di Yogyakarta dengan mengunjungi berbagai tempat wisata bersejarah, termasuk masjid Jogja. Yuk, rencanakan perjalananmu dengan pesan tiket pesawat, booking hotel, dan pesan paket wisata yang menarik Traveloka sekarang!
Penginapan dan Hotel di Yogyakarta
Cari Hotel dengan prom...
Lihat Harga