Fenomena overtourism muncul sebagai salah satu tantangan utama dalam industri pariwisata, di mana jumlah pengunjung yang berlebihan menyebabkan tekanan besar terhadap lingkungan, infrastruktur, dan kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu overtourism, dampak negatifnya, beberapa contoh kasus yang signifikan, serta tips agar kita dapat menjadi wisatawan yang lebih bertanggung jawab dan membantu mencegah overtourism. Baca selengkapnya di sini, ya!
Overtourism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi melebihi kapasitas tempat tersebut untuk menampungnya dengan nyaman. Fenomena ini menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kerusakan lingkungan, kemacetan, hingga gangguan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.
Overtourism biasanya terjadi di destinasi-destinasi yang sangat populer atau ikon wisata dunia, seperti kota bersejarah, pantai terkenal, atau taman nasional yang memiliki daya tarik alam yang luar biasa. Tidak semua destinasi wisata mengalami overtourism. Beberapa tempat yang lebih terpencil atau kurang dikenal cenderung mampu mengelola arus wisatawan dengan baik.
Namun, destinasi-destinasi yang menjadi ikon global, seperti Venesia, Paris, dan Bali, adalah contoh di mana overtourism menjadi masalah serius. Hal ini diperburuk oleh kemudahan transportasi dan teknologi, yang memungkinkan wisatawan dari berbagai belahan dunia untuk bepergian dengan mudah dan cepat.
Dampak ini mencakup kerusakan lingkungan, pergeseran sosial budaya, tekanan pada infrastruktur, serta penurunan kualitas pengalaman wisatawan. Berikut adalah beberapa dampak utama dari overtourism:
Salah satu dampak paling nyata dari overtourism adalah kerusakan lingkungan. Jumlah wisatawan yang berlebihan sering kali mengakibatkan degradasi ekosistem alam, baik di kawasan pantai, pegunungan, maupun taman nasional.
Contohnya, wisatawan yang tidak mengikuti aturan sering kali meninggalkan sampah, merusak terumbu karang saat menyelam, atau bahkan merusak habitat satwa liar. Di beberapa tempat, padang rumput dan hutan juga rusak karena pembangunan infrastruktur pariwisata seperti hotel dan jalan raya.
Kota atau destinasi wisata yang tidak dirancang untuk menampung banyak pengunjung dapat mengalami masalah serius pada infrastruktur mereka. Jalanan yang sempit menjadi macet karena banyaknya kendaraan wisatawan, sistem pembuangan sampah dan air bersih menjadi tidak memadai, serta kebutuhan energi meningkat tajam.
Overtourism sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat lokal. Di destinasi wisata yang sangat padat, penduduk setempat sering kali merasa kehilangan ruang pribadi mereka. Aktivitas seperti berbelanja, menggunakan transportasi umum, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal mereka menjadi sulit karena kerumunan wisatawan.
Selain itu, harga properti dan kebutuhan pokok di daerah tersebut cenderung naik karena permintaan yang meningkat, sehingga memberatkan masyarakat setempat yang tinggal di sana.
Budaya lokal sering kali mengalami tekanan akibat overtourism. Wisatawan yang datang dengan kebiasaan dan norma yang berbeda kadang-kadang tidak menghormati adat istiadat setempat.
Hal ini bisa memicu pergeseran budaya di masyarakat lokal, di mana tradisi lama ditinggalkan demi menyesuaikan dengan permintaan wisatawan. Contohnya, beberapa desa atau kota yang dulunya memiliki kehidupan tradisional kini berubah menjadi pusat komersial yang hanya mengedepankan kebutuhan wisatawan.
Ironisnya, overtourism juga berdampak negatif terhadap wisatawan itu sendiri. Ketika destinasi terlalu padat, pengalaman wisatawan dapat berkurang secara drastis. Wisatawan mungkin harus antri berjam-jam untuk masuk ke objek wisata, merasa tidak nyaman karena banyaknya kerumunan, atau bahkan tidak dapat menikmati pemandangan alam yang indah karena dipadati oleh wisatawan lain.
Beberapa destinasi wisata di dunia mengalami overtourism dalam skala yang cukup serius. Berikut adalah beberapa contoh nyata yang menunjukkan dampak dari fenomena ini:
Venesia adalah salah satu contoh klasik dari overtourism. Kota kanal yang romantis ini menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya, jauh melebihi kapasitas kota kecil ini. Akibatnya, infrastruktur Venesia kewalahan, dengan kemacetan kapal dan kerusakan pada bangunan bersejarah yang disebabkan oleh erosi.
Pulau Boracay yang terkenal dengan pantai pasir putihnya menjadi korban overtourism hingga akhirnya ditutup sementara pada tahun 2018 oleh pemerintah Filipina. Pulau ini menderita kerusakan ekosistem laut dan polusi yang parah akibat lonjakan wisatawan dan pembangunan yang tidak terkendali.
Setelah ditutup untuk perbaikan dan rehabilitasi selama enam bulan, Boracay dibuka kembali dengan aturan yang lebih ketat terkait jumlah wisatawan dan pelestarian lingkungan.
Machu Picchu, situs warisan dunia UNESCO yang ikonik, telah menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Amerika Selatan. Namun, jumlah pengunjung yang berlebihan telah menyebabkan keausan pada struktur kuno ini dan meningkatnya risiko kerusakan permanen.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Peru telah memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung harian dan mengatur rute perjalanan untuk melindungi situs bersejarah ini.
Bali, sebagai salah satu destinasi wisata favorit dunia, juga menghadapi tantangan overtourism. Peningkatan drastis jumlah wisatawan telah menyebabkan masalah lingkungan seperti polusi sampah plastik, kemacetan lalu lintas, dan degradasi alam.
Di beberapa daerah seperti Ubud dan Kuta, budaya Bali semakin ter komersialisasi, dan banyak penduduk lokal yang merasa kehilangan identitas asli mereka karena tekanan pariwisata.
Barcelona adalah contoh kota besar yang terkena dampak overtourism. Dengan jutaan wisatawan yang datang setiap tahunnya, penduduk lokal sering kali merasa terpinggirkan. Mahalnya harga properti, berkurangnya ruang publik, dan kebisingan akibat pesta-pesta wisatawan telah memicu protes dari warga lokal yang menuntut pengendalian pariwisata.
Sebagai wisatawan yang bertanggung jawab, kita dapat berperan dalam mencegah overtourism dan membantu menjaga kelestarian destinasi wisata yang kita kunjungi. Berikut beberapa tips untuk memastikan bahwa kita tidak menjadi bagian dari masalah overtourism:
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi overtourism adalah dengan memilih destinasi wisata yang kurang terkenal tetapi tetap menarik. Banyak tempat indah yang masih tersembunyi dan belum tersentuh oleh wisatawan dalam jumlah besar.
Dengan menjelajahi destinasi alternatif, kita tidak hanya mendapatkan pengalaman yang lebih autentik, tetapi juga membantu mengurangi tekanan pada destinasi wisata yang populer.
Banyak destinasi wisata yang sangat padat selama musim liburan atau saat acara-acara tertentu berlangsung. Dengan mengunjungi destinasi di luar musim puncak, kita dapat mengurangi kerumunan dan menikmati tempat tersebut dengan lebih tenang. Selain itu, bepergian di luar musim puncak juga sering kali lebih murah dan memberikan pengalaman yang lebih intim dengan destinasi yang kita kunjungi.
Ekowisata dan wisata berkelanjutan adalah pilihan yang baik untuk menghindari dampak negatif overtourism. Cari destinasi yang menerapkan prinsip pariwisata berkelanjutan, di mana wisatawan dan masyarakat lokal bekerja sama untuk menjaga kelestarian alam dan budaya.
Ketika mengunjungi destinasi wisata, penting untuk selalu menghormati budaya lokal. Ini termasuk mempelajari sedikit tentang adat istiadat setempat, menghargai tempat-tempat suci, dan mengikuti aturan yang berlaku. Dengan menunjukkan rasa hormat terhadap budaya dan tradisi lokal, kita dapat membantu menjaga keaslian tempat tersebut dan menghindari perubahan sosial
Jangan sampai menjadi bagian dari overtourism, perhatikan kapan waktu yang tepat untuk berlibur, ya. Selain itu, kamu juga bisa merencanakan berpergian jauh sebelum tanggal keberangkatan dengan memastikan harga tiket pesawat, hotel, dan aktivitas melalui Traveloka untuk perencanaan yang lebih matang.
Tags:
overtourism