Kerajaan Majapahit adalah kerajaan di Indonesia yang berdiri pada tahun 1293 – 1527 Masehi. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini pernah mencapai di puncak kejayaannya saat menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk tahun 1350 -1359. Sebagai salah satu kerajaan terbesar yang ada di Indonesia, Kerajaan Majapahit meninggalkan banyak situs dan candi peninggalan dari masanya. Berikut adalah peninggalan-peninggalan dari kerajaan Majapahit.
Candi Cetho merupakan candi yang bercorak agama Hindu yang dibangun pada akhir era kerajaan Majapahit. Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut. Hingga saat ini, komplek Candi Cetho digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan menjadi tempat populer untuk betapa bagi para penganut kepercayaan Kejawen. Candi Cetho diperkirakan telah selesai dibangun pada tahun 1379 Saka atau tahun 1475 Masehi. Hal ini dibuktikan berdasarkan prasasti yang ditulis dengan huruf Jawa kuno yang berada di dinding gapura pintu masuk Candi Cetho. Prasasti tersebut bertuliskan “Peling padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397” yang dapat diartikan sebagai peringatan terhadap tempat untuk membebaskan diri dari kutukan pada tahun 1397 Saka. Keberadaan tentang candi ini pertama kali diungkap oleh peneliti asal Belanda yaitu Van der Vlies pada tahun 1842. Hasil penelitian Van der Vlies kemudian dilanjutkan kembali oleh A.J. Bernet Kempers.
Candi Brahu merupakan salah satu candi dari peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang diperkirakan telah dibangun pada abad 15 Masehi. Candi ini terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan yang mana dahulunya adalah ibu kota Majapahit. Candi ini terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur atau sekitar dua kilometer dari ke arah utara dari Kabupaten Mojokerto. Di sekitar kompleks candi pernah ditemukan benda-benda kuno peninggalan kerajaan Majapahit, antara lain perlengkapan upacara dari logam, perhiasan dan harta benda lainnya seperti emas, serta arca-arca yang terbuat dari logam yang menunjukkan dari ciri-ciri ajaran Buddha. Sehingga dari peninggalan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Candi Brahu merupakan candi Buddha. Walaupun kerajaan Majapahit adalah kerajaan hindu, namun gaya bangunan serta stupa peninggalan yang ada di sisi tenggara atap Candi Brahu menguatkan dugaan para arkeolog bahwa Candi Brahu memang merupakan candi Buddha. Candi Brahu telah dipugar pada tahun 1990 dan selesai dipugar pada tahun 1995. Menurut masyarakat dan penduduk setempat, di sekitar Candi Brahu pada awalnya terdapat beberapa candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit, tetapi sekarang sudah tidak terlihat lagi.
Prasasti Kudadu adalah prasasti yang dibuat sekitar tahun 1216 Saka atau tahun 1294 Masehi. Lokasi Prasasti Kudadu terletak di desa Krembangan di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo di Utara Bangsri. Prasasti Kudadu bercerita tentang Raden Wijaya yang sebelumnya menjadi Raja Majapahit yang dibantu oleh Rama Kudadu dalam pelariannya dari ancaman Jayakatwang yang telah membunuh Raja Singasari. Setelah berhasil ditolong oleh Rama Kudadu, Raden Wijaya diangkat sebagai raja dan bergelar Kertajaya Jayawardhana dan mengeluarkan Prasasti Kudadu atau dikenal juga sebagai Prasasti Gunung Butak.
Kitab Sutasoma atau yang disebut dengan Kakawin Sutasoma dibuat oleh seorang pujangga ternama yaitu Mpu Tantular, isi dari Kitab Sutasoma menceritakan tentang anak raja yang bernama Sutasoma yang kemudian menjadi Biksu Budha. Dalam kitab Sutasoma, terdapat frasa “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi semboyan Republik Indonesia yang melambangkan sebagai persatuan di tengah keberagaman Indonesia. Kutipan frasa Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan pada petikan pupuh 139 bait 5 pada Kitab Sutasoma. Saat ini Kitab Sutasoma disimpan di dalam Museum Nasional Indonesia.
Kitab Negarakertagama adalah karangan Empu Prapanca yang dibuat pada tahun 1287 Saka atau tahun 1365 Masehi. Kitab ini berisikan dengan informasi yang berkaitan dengan raja-raja Majapahit dan Kerajaan Singasari, mulai dari keadaan kota-kota dari kedua kerajaan, hingga candi-candi dan membahas kisah kehidupan dari dari Raja Hayam Wuruk. Kitab Negarakertagama memiliki arti sebagai Negara dengan tradisi agama yang suci. Kitab ini pertama kali ditemukan di Istana Raja Lombok pada tahun 1984 oleh seorang peneliti asal belanda, Jan Laurens Andries Brandes. Beliau adalah yang menyelamatkan kitab tersebut sebelum dibakar oleh seluruh buku yang ada di perpustakaan kerajaan. Naskah dari kitab ini merupakan naskah tunggal yang berhasil diselamatkan setelah selesai ditulis pada tahun 1365 Masehi. Kitab ini bersifat pujasastra, yang berarti berisikan karya sastra yang menyanjung dan mengagung-agungkan Raja Majapahit pada saat itu yaitu Raja Hayam Wuruk. Akan tetapi, karya ini bukanlah sebagai produk politik pada masa itu.
Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Penamaan Bajang Ratu dalam bahasa Jawa Kuno berarti raja atau bangsawan yang kerdil atau cacat. Dari penamaan tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan Raya Jayanegara yaitu raja kedua Majapahit. Bangunan yang berdiri dengan ketinggian 41,49 meter di atas permukaan laut dengan orientasi mengarah ke timur laut-tenggara memiliki struktur bangunan vertikal yang dengan tiga bagian, yaitu bagian kaki, bagian badan, dan bagian atap, serta juga dilengkapi dengan sayap juga pagar yang berada di kedua sisinya. Setiap bagian memiliki filosofinya masing-masing. Pada bagian kaki terdapat hiasan sederhana yang menggambarkan cerita dari Sri Tanjung. Di bagian tubuh di atas dan bagian atapnya terdapat relief hiasan berupa kepala yang diapit dengan relief singa, relief matahari, relief naga berkaki, kepala garuda, dan relief makhluk bermata satu. Fungsi relief tersebut dalam kepercayaan budaya Majapahit adalah sebagai pelindung dan penolak marabahaya.
Demikian enam peninggalan bersejarah dari Kerajaan Majapahit. Peninggalan tersebut adalah saksi salah satu kerajaan terbesar yang ada di Indonesia. Peninggalan Kerajaan Majapahit banyak yang telah hilang dimakan oleh waktu, demikian pula dengan peninggalan lainnya, oleh karena itu kita perlu melestarikannya.
Kalau kamu ingin berkunjung ke museum untuk melihat barang bersejarah atau berkunjung ke situs yang ada di Jawa Timur, pesan tiket pesawat, tiket bus atau kereta di Traveloka saja! Selain mendapatkan harga tiket terbaik, juga hotel dan penginapan yang nyaman. Traveloka juga memberikan ekstra pelayanan untukmu di era new normal seperti menyediakan badgeTraveloka Clean Accommodation untuk akomodasi yang sudah memiliki sertifikat standar kebersihan dan menjalankan rekomendasi kebersihan sesuai standar yang ditentukan oleh pemerintah. Jangan lupa pesan Rental & Sewa Mobil Lepas Kunci atau Dengan Supir untuk memudahkanmu mengunjungi destinasi wisata.
Mumpung kamu di Jawa Timur, dapatkan inspirasi hiburan dan kegiatan seru selama di Jakarta di Traveloka Xperience.