Kerajaan tertua umat Hindu di Pulau Jawa adalah Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara berdiri dari tahun 358 Masehi dan berkembang pesat di daerah Kabupaten Lebak, Banten dan daerah Bogor, Jawa Barat. Peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara bisa kita lihat hingga saat ini mulai dari prasasti peninggalan bersejarah, hingga candi. Berikut prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara:
Prasasti Kebon Kopi atau biasa disebut dengan Prasasti Tapak Gajah adalah Prasasti yang memuat tapak dari dua kaki gajah. Prasasti ini menjelaskan bahwa yang tercetak pada prasasti adalah telapak kaki gajah yang menjadi kendaraan dari Dewa Perang, Batara Indra. Telapak kaki gajah ini berasal dari gajah milik Dewa Batara Indra yang bernama Airawata. Prasasti Kebon Kopi pertama kali ditemukan di Muara Hilir, Kabupaten Bogor saat dilakukan penebangan hutan untuk perkebunan kopi pada tahun 1863. Prasasti ini dibuat dari batuan andesit berwarna coklat dengan lebar 164 cm dan tinggi 69 cm. Pada permukaan batunya dipahat ukiran kaki gajah dengan sebaris tulisan dengan bahasa Sansekerta yang ditulis dengan huruf Pallawa. Tulisan pada Prasasti tersebut adalah “jayavisalasya Tarumendrasya hastinah. Airwayatachasya vibhatidam, padadvayam” yang berarti “di sini terlihat gambar sepasang telapak kaki seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam kejayaan”. Saat ini prasasti tersebut disimpan di dalam Museum Sejarah Jakarta.
Alamat Museum Sejarah Jakarta:
Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Jakarta Barat
Prasasti Jambu atau dikenal dengan Prasasti Pasir Koleangkak ditemukan pertama kali di perkebunan jambu yang ada di bukit Koleangkak, Kota Bogor. Prasasti ini juga ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini juga tercetak dua telapak kaki gajah, seperti Prasasti Kebon Kopi. Prasasti ini ditemukan pertama kali oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854. Saat mengetahui hal tersebut adalah Prasasti Jambu, Jonathan langsung melaporkan penemuannya ke Dinas Purbakala pada Tahun 1947. Saat ditemukan prasasti ini dalam keadaan yang tidak lengkap, pada bagian ukiran telapak kaki gajah telah hilang. Di dalam Prasasti tersebut tertulis pujian terhadap pemerintahan dari Raja Mulawarman. Dalam prasasti, tertulis kehebatan Raja Purnawarman yang tidak dapat dikalahkan dan selalu berhasil mencari kelemahan untuk mengalahkan musuhnya. Selain itu, Raja Purnawarman juga dikatakan sebagai raja yang selalu memberikan penghargaan atau hadiah kepada pengikutnya yang setia. Terjemahan dalam teks prasasti tersebut adalah “Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyhur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”.
Prasasti ini pertama kali ditemukan di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu dibuat pada sebuah batu yang berbentuk bulat dan dipahat sepanjang batu tersebut. Prasasti ini adalah prasasti yang paling panjang dari isi pahatannya daripada prasasti-prasasti yang ada di Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini dituliskan dalam bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa yang ditulis melingkar mengikuti permukaan batu. Berbeda dengan Prasasti Jambu, Prasasti Tugu menceritakan tentang kehebatan Raja Purnawarman dalam memerintahkan rakyatnya untuk membangun sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sebuah terusan di daerah Sungai Gomati, Jawa Barat. Panjang dari terusan Sungai Gomati kurang lebih kurang lebih 85 km. Terusan ini dibangun sebagai antisipasi dari banjir saat musim hujan dan berfungsi sebagai pengairan saat musim kemarau. Selain itu, terusan ini juga dapat digunakan sebagai sarana transportasi air pada masa Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Notulen Bataviaasch Genootschap pada tahun 1879. Saat ini Prasasti Tugu disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Alamat Museum Nasional:
Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat
Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan di tepian sawah daerah Bogor dan ditulis dalam aksara ikal yang hingga kini belum dapat dibaca. Prasasti ini dipahat pada batuan alami yang besar dengan ukuran 2,7 meter. Pada bagian samping prasasti ini terdapat lukisan telapak kaki manusia. Prasasti ini diperkirakan dibuat pada tahun 458 Saka atau pada tahun 536 Masehi. Meskipun belum dapat dipastikan apa yang ditulis dalam prasasti ini, arkeolog berpendapat bahwa prasasti ini sebagai penanda bahwa pemerintahan negara dikembalikan pada Raja Sunda. Penemuan Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864. Objek prasasti ini masih berada di tempat asalnya saat pertama kali ditemukan, tetapi sayangnya saat ini prasasti tersebut terkikis dengan aliran sungai dari Sungai Cisadane dan Sungai Cianten.
Selain empat prasasti di atas, kamu juga bisa lho mengunjungi situs bersejarah Kerajaan Tarumanegara!
Lokasi: Dusun Pejaten, Kecamatan Cibuaya, Jawa Barat (6 km dari pantai di daerah Tanjung Karawang)
Di Situs Cibuaya ditemukan banyak peninggalan mulai dari lahan, arca, hingga prasasti. Pada awalnya, situs Cibuaya memiliki 2 struktur bangunan, yang pertama memiliki struktur bangunan yang terlihat di permukaan tanah, sisanya sudah tidak begitu terlihat di permukaan tanah. Situs ini mulai diteliti saat ditemukannya 2 buah arca Wisnu pada tahun 1951 dan pada tahun 1957 yang ditemukan oleh Boisselier. Pada tahun 1977, berhasil ditemukan 3 buah runtuhan bangunan di Lemah Duwur Lanang, Lemah Duwur Wadon, dan daerah yang disebut dengan “Sektor 3”. Obyek yang ada di Situs Cibuaya antara lain, bangunan sektor 1-6, Batu Pipisan, Lumpang Batu dan Batu Bergores, Arca Wisnu Cibuaya, dan Arca Wisnu Cibuaya II. Saat ini, daerah Situs Cibuaya dijadikan sebagai perkebunan rempah-rempah namun belum dilakukan penataan terhadap situs ini.
Lokasi: Kecamatan Batujaya, Pakisjaya, Karawang, Jawa Barat
Kompleks Candi Batujaya adalah salah satu situs sejarah Kerajaan Tarumanegara yang berada di Karawang. Jika kamu datang dari Jakarta, Kompleks Candi Batujaya bisa kamu capai dengan berkendara selama kurang lebih 3 jam. Pertama melalui tol Cikampek, keluar di gerbang tol Karawang Barat, dan ke arah Rengasdengklok. Awalnya benda peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditemukan oleh masyarakat dan kemudian dilaporkan ke pemerintah. Penelitian di area persawahan dilakukan pada tahun 1984 dan puluhan situs ditemukan di dua desa yaitu di Tegaljaya sebanyak 11 situs dan di Segaran sebanyak 13 situs. Pemerintah melakukan pemugaran di situs ini dan akhirnya menjadi salah satu kawasan wisata Karawang. Tak heran, fasilitas yang ada di situs ini juga cukup baik yaitu area parkir, mushola, dan juga toilet.
Demikian situs dan peninggalan bersejarah Kerajaan Tarumanegara yang masih ada hingga saat ini. Kalau kamu ingin berkunjung ke museum untuk melihat barang bersejarah atau berkunjung ke situs, pesan tiket pesawat, tiket bus atau kereta api ke Jakarta di Traveloka saja! Tidak hanya mendapatkan harga tiket terbaik, juga hotel dan penginapan yang nyaman. Traveloka juga memberikan pelayanan lebih untukmu di era new normal seperti menyediakan badgeTraveloka Clean Accommodation untuk akomodasi yang sudah memiliki sertifikat standar kebersihan dan menjalankan rekomendasi kebersihan sesuai standar yang ditentukan oleh pemerintah. Jangan lupa pesan Rental & Sewa Mobil Lepas Kunci atau Dengan Supir untuk memudahkanmu mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Mumpung kamu di Jakarta, dapatkan inspirasi hiburan dan kegiatan seru selama di Jakarta di Traveloka Xperience !