Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satu aspek budaya yang menariknya ada pada permainan tradisional Sulawesi Selatan.
Permainan tradisional Sulawesi Selatan biasanya menggunakan alat-alat sederhana yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti bambu, kayu, batu, daun, dan lain-lain. Permainan tradisional ini juga memiliki nilai-nilai edukatif yang dapat melatih keterampilan fisik, mental, sosial, dan emosional anak-anak.
Ditengah gempuran kepopuleran game di smartphone, permainan tradisional Sulawesi Selatan masih menjadi permainan yang menarik dan mengasyikkan. Berikut, ada 10 permainan tradisional Sulawesi Selatan yang menarik dan mengasyikkan. Ada apa saja?
Shutterstock.com
Permainan tradisional Sulawesi Selatan pertama yakni Madende yang cukup terkenal dan bisa dimainkan oleh siapa saja. Namun, umumnya dimainkan oleh anak perempuan. Di Jawa, permainan ini disebut dengan Engklek. Biasanya pun bisa dimainkan hingga empat atau lima anak.
Sebelum permainan dimulai, salah satu pemain bisa menggambar terlebih dahulu bentuk petak pada tanah sesuai dengan dende apa yang diinginkan. Para pemain nantinya harus mengikuti dende yang sudah digambarkan. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu atau dua kaki. Pemain yang memiliki petak terbanyak dialah yang menjadi pemenang.
Berikutnya ada Magalle yang dimainkan dengan menggunakan alat terbuat dari tempurung kelapa kering, dibelah menjadi dua dan diberi lubang pada bagian tengahnya. Setelah dilubangi, lubang itu diikat dengan seutas tali tambang dengan panjang sekitar setengah meter. Akan ada dua batok kelapa dengan seutas tali yang berkaitan.
Cara bermainnya pun dimulai dari para pemain menggunakan tempurung kelapa sebagai alas kaki. Mereka harus berjalan atau berlari untuk bisa sampai ke garis finish. Cara meletakkan kaki dengan, tali dijepit di antara ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki. Yang terlebih dahulu mencapai garis finish, itulah pemenangnya.
Enggo’-Enggo’ merupakan permainan tradisional yang mirip dengan petak umpet. Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok yang masing-masing berisi minimal tiga orang. Salah satu kelompok menjadi penjaga dan kelompok lainnya menjadi pencari.
Kelompok yang menjadi penjaga ini tugasnya bersembunyi di tempat yang sudah mereka tentukan. Kemudian, kelompok pencari yang akan mencari dengan berteriak enggo’-enggo’. Jika penjaga ketahuan, maka pencari akan menangkapnya dan membawanya ke tempat yang disebut dengan ‘kandang’.
Permainan ini akan berakhir jika semua penjaga tertangkap atau bila kelompok pencari menyerah. Tujuan dari permainan ini untuk melatih kerjasama, konsentrasi, dan membentuk karakter yang jujur serta percaya diri.
Berikutnya ada permainan tradisional Bu’uh Rawe yang mirip dengan sepak bola. Dalam permainan ini, bola tidak ditendang dengan kaki tetapi, menggunakan tongkat seperti dayung. Sementara, dilengkapi dengan gawang mini berukuran panjang satu meter dan tinggi setengah meter.
Dalam permainannya ada dua kelompok tim. Setelah menentukan siapa yang bermain lebih dahulu, para pemain berlomba untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Selain itu, pemain dan pemain lawan pasangannya juga harus bermain dengan punggung saling menempel.
Permainan ini juga memberikan sanksi bagi pemain yang mengambil bola tanpa dayung dan menggunakan kaki. Penalti berlaku bila bola kena kaki atau kena batas gawang. Permainan hanya dilakukan selama tiga babak, di mana masing-masing babak berlangsung 5 menit saja.
Shutterstock.com
Permainan tradisional yang tak kalah seru lainnya ada Gebo. Permainan ini dikenal di daerah lain dengan sebutan kasti. Ya, permainannya pun mirip dengan kasti, di mana bola kasti digunakan untuk dilemparkan ke badan pemain lainnya. Meskipun, permainan ini cukup menyakitkan bila terkena bola kasti tetapi sangat mengasyikkan.
Sementara itu, juga tidak ada aturan pasti dalam permainan Gebo. Pemain yang mendapatkan bola kasti bisa langsung melemparnya kepada target yang diinginkan. Permainan pun semakin seru saat pemain yang mendapatkan bola punya dendam untuk membalas siapa saja yang melemparinya sebelumnya. Permainan pun harus dilakukan di area yang cukup luas atau lapangan.
Permainan Lambasena adalah permainan tradisional Sulawesi Selatan yang menggunakan alat berupa karet gelang yang disusun menjadi satu rangkaian panjang. Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih.
Setiap pemain akan bergantian melompati karet gelang yang ditarik oleh dua orang di kedua ujungnya. Tinggi karet gelang akan dinaikkan secara bertahap, mulai dari kaki, lutut, pinggang, dada, hingga leher. Jika pemain berhasil melompati karet gelang tanpa menyentuhnya, maka pemain akan mendapatkan poin. Jika pemain menyentuh karet gelang, maka pemain akan gugur. Permainan ini berlangsung sampai hanya tersisa satu pemain yang menang.
Shutterstock.com
Permainan Maggasing dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan sejenis gasing yang terbuat dari kayu. Permainan ini dilakukan di atas tanah yang rata dan bersih. Maggasing adalah gasing yang berbentuk bulat dan memiliki lubang di tengahnya, biasanya dihiasi dengan ukiran atau warna yang berbeda-beda.
Permainan dimulai dari pemain harus mengikatkan seutas tali ke lubang maggasing. Kemudian, mereka akan melemparkannya ke atas tanah dengan kuat dan tepat. Pemain lain akan melakukan cara yang sama untuk saling mengganggu. Jika maggasing milik lawan berhenti berputar atau jatuh dari tanah, maka maggasing tersebut menjadi milik pemain yang mengganggunya. Jika tidak, maka maggasing tersebut tetap milik lawan. Permainan akan berakhir, bila salah satu pemain kehabisan maggasing dan menemukan pemain dengan maggasing terbanyak.
Permainan tradisional Sulawesi Selatan berikutnya bernama Ma’raga yang menggunakan bola dari anyaman rotan atau disebut raga. Permainan ketangkasan ini merupakan permainan tradisional masyarakat Bugis. Jenis bola rotan yang digunakan lebih tebal dari sepak takraw.
Jumlah pemainnya terdiri dari 5-15 laki-laki usia remaja sampai dewasa. Permainan ini memadukan antara seni dan olahraga. Permainannya sendiri memang mirip dengan sepak takraw. Pemain yang menerima raga harus menjaganya agar tidak jatuh ke tanah tanpa memegangnya. Pemain boleh menyepak atau memantulkannya dengan anggota badan lainnya.
Permainan Ma’bom ini bisa dimainkan oleh dua tim. Masing-masing tim biasanya berisi sekitar 4 orang. Kalau di Jawa, permainan ini disebut dengan ‘Bentengan’. Tiap harus memiliki benteng untuk dijaga, bisa berupa tiang atau pohon. Setiap tim memiliki wilayah batasan masing-masing.
Pemain yang memasuki wilayah lawan dan tersentuh, maka harus ditahan di benteng lawan dan timnya harus menyelamatkannya. Apabila pemain bisa memasuki wilayah lawan dengan menyentuh benteng lawan, dialah pemenangnya.
Terakhir ada permainan tradisional Sulawesi Selatan bernama Motoro Patung. Permainan ini sebenarnya juga bisa ditemukan di daerah lain. Sementara, Motoro Patung disebut sudah ada sejak zaman nenek moyang. Meski begitu, ini menjadi permainan yang tetap dilestarikan hingga sekarang.
Motor patung terbuat dari bambu sebagai rangka ditambah empat ban yang dibuat dari kayu. Layaknya kendaraan, anak-anak akan mencari tempat ketinggian seperti bukit untuk kemudian meluncur ke bawah menggunakan Motoro Patung bikinannya.
Baca juga: 11 Tempat Wisata Terbaik di Makassar
Demikianlah artikel tentang 10 permainan tradisional Sulawesi Selatan yang menarik dan mengasyikkan. Permainan-permainan ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan.
Selain itu, Permainan tradisional Sulawesi Selatan juga dapat menjadi alternatif untuk mengisi waktu luang dengan cara yang menyenangkan dan bermanfaat. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang berguna dan menambah wawasan kamu tentang permainan tradisional Sulawesi Selatan.
Penginapan dan Hotel di Makassar
Cari Hotel dengan prom...
Lihat Harga