0

Traveloka Accomodation

03 Mar 2021 - 4 min read

Taman Nasional Kutai, Konservasi dan Wisata Kalimantan Timur

Taman Nasional Kutai, Konservasi dan Wisata Kalimantan Timur

Taman Nasional Kutai– Pelajaran sejarah pernah mengajarkan kamu bahwa dahulu pernah ada kerajaan termahsyur di Kalimantan bernama Kutai Martadipura pada abad ke 4 masehi dan juga Kutai Kartanegara pada tahun 13 masehi. Kedua kerajaan ini mungkin adalah pertama kalinya kamu mendengar kota Kutai Kartanegara yang ada di Kalimantan.

Kenyataannya, kemahsyuran kota Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur juga kembali mencuat setelah pada tahun lalu ada wacana mengenai kemungkinan sebagai calon ibukota baru.

Namun, di Kalimantan, ada juga Kutai lain yang juga memberikan dampak positif, utamanya kepada negara Indonesia, dan Kutai yang dimaksud adalah Taman Nasional Kutai.

Taman Nasional Kutai membuktikan bahwa Kalimantan bukan hanya perkara kemajuan kota dan modernitas, namun juga amat sangat memperhitungkan keberlangsungan alam, termasuk ekosistem dan hewan endemik yang semakin hari semakin terbatas ruang geraknya.

Mengenal Taman Nasional Kutai

Kutai Kertanegara

Taman Nasional Kutai atau memiliki singkatan TNK adalah taman nasional, yang seperti namanya, terletak di Kabupaten Kutai Timur di Kota Bontang, bukan di Kutai Kartanegara yang sempat menghiasi berbagai media sebagai Ibukota Indonesia yang baru.

Memiliki luas hingga 192.709,55 ha, taman nasional ini memiliki berbagai daya tarik, utamanya tentu kondisi alam yang ada juga objek wisata yang dijaga dengan baik oleh pengelola. Terlepas dari pesona yang disuguhkan, ada sedikit hal negatif yang menghiasi taman nasional ini.

Jika di beberapa taman nasional, seperti Taman Nasional Kayan Mentarang yang bahu membahu dengan masyarakat Suku Dayak, pihak pengelola dan masyarakat sekitar hidup dalam satu visi yang sama, di Taman Nasional Kutai ini agak sedikit berbeda situasinya. Salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi taman nasional ini adalah pembangunan rumah atau permukiman warga, yang perlahan mulai mengikis luas taman nasional ini. Padahal, penting bagi Kalimantan Timur, juga Kota Bontang, untuk tetap menjaga kelestarian taman nasional ini.

Taman Nasional ini, seperti umumnya taman nasional lain, juga memiliki sejarah yang panjang. Awal mulanya, taman nasional ini merupakan daerah pengelolaan warga Belanda yang bergerak di bidang minyak, dengan nama The Royal Batavian Oil Company. Setelah melalui berbagai proses, lewat Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 3843/AZ/1934, berdirilah taman nasional ini yang mengatur luas hingga 2 juta ha. Sampai pada tahun 1997, telah terjadi pengurangan lahan yang lumayan drastis dari 2 juta ha hingg menjadi 198.629 ha.

Setelah melewati berbagai lapisan birokrasi dan perubahan, barulah pada tahun 2014 Menteri Kehutanan menyatakan bahwa Taman Nasional Kutai memiliki luas 192.509,55 ha dan pengelolaan memiliki komando langsung dari Balai Taman Nasional Kutai.

Flora dan Fauna Taman Nasional Kutai

Mengunjungi Taman Nasional Kutai akan menjadi pengalaman yang berbeda untuk kamu, terutama bagi kamu yang menyukai alam dan memahami berbagai tipe jenis hewan dan tumbuhan. Ini karena, Taman Nasional Kutai memiliki tipe vegetasi dan fauna yang beragam, juga hampir punah.

Flora

Salah satu hal yang menjadi kebanggan dari Taman Nasional Kutai adalah predikat sebagai pemilik dari hutan ulin terluas di Indonesia. Pohon ulin yang akan memproduksi kayu ulin adalah bahan baku utama dari berbagai kebutuhan produksi bangunan, baik perumahan, gedung hingga infrastruktur. Sifatnya yang kuat membuat kayu ini memiliki sebutan sebagai kayu besi. Fakta lainnya, tentang pohon ulin adalah tingginya yang bisa mencapai hingga 30 sampai 35 meter.

Selain didominasi oleh kayu ‘besi’, vegetasi yang ada di taman nasional ini juga beragam. Misalnya, ada juga pohon bakau, cemara laut dan meranti dan tidak juga ketinggalan beberapa jenis anggrek dan bunga raflesia.

Fauna

Sementara fauna atau hewan yang ada di taman nasional ini juga relatif serupa dengan taman nasional lainnya di Kalimantan, yang didominasi oleh primata. Ada orangutan, bekantan, dan famili kera lainnya seperti kera ekor panjang dan juga kukang.

Menemani mereka ada juga beberapa jenis hewan ungulata, yaitu mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka untuk menahan berat. Kelompok ini diisi oleh rusa sambar, kijang, banteng dan kancil.

Wisata di Sekitar Taman Nasional Kutai

Ekosistem alami yang ada di Taman Nasional Kutai ini juga memberikan efek positif kepada aspek wisata. Ada beberapa destinasi wisata yang berlokasi di taman nasional ini.

Bontang Mangrove Park

Bontang

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Taman Nasional Kutai memiliki mangrove sebagai salah satu vegetasinya. Lebih lanjut, taman nasional ini memberikan pilihan destinasi wisata berbasis mangrove atau bakau dengan nama Bontang Mangrove Park.

Kamu tinggal memilih apakah mau melihat matahari terbit atau tenggelam, karena Bontang Mangrove Park juga dilengkapi dengan fasilitas menara setinggi 20 meter. Walaupun fungsi utama menjadi tempat pengamatan burung, kamu juga bisa menyaksikan pemandangan matahari terbit dan tenggelam di menara ini.

Prevab Mentoko

Bayangkan pengalaman langsung melihat orangutan dari habitatnya. Inilah pengalaman yang bisa kamu dapatkan di Prevab Mentoko. Hanya berperahu selama 30 menit, kamu tidak akan bosan karena betapa hijau dan alaminya habitat yang kamu lewati untuk mencapai tempat ini. Dalam perjalanan, jika kamu beruntung, kamu bisa melihat orangutan lebih dulu bergelantungan di pohon-pohon. Setelah sampai, kamu akan mendapatkan pengalaman melihat orangutan liar secara langsung, yang tentunya berbeda jika dibandingkan dengan orangutan yang ada di kebun binatang.

Festival Budaya

Jika kamu ingin mengunjungi taman nasional ini di akhir tahun, ada baiknya kamu memilih bulan September. Setelah menjelajahi taman nasional, lengkap dengan pemandangan matahari terbit dan tenggelam, juga menyaksikan habitat alami orangutan, kamu bisa menikmati atraksi budaya khas masyarakat Kutai dalam acara Festival Erau. Acara ini sendiri biasanya diadakan di Tenggarong pada bulan September setiap tahunnya.

Memiliki hutan ulin terbesar di Indonesia, habitat alami orangutan hingga hutan mangrove atau bakau menjadi bukti bahwa taman nasional ini kaya akan potensi. Sayangnya, masih banyak ancaman yang menyertai seperti penebangan hutan, kebakaran lahan hutan sampai perburuan liar. Semoga semua ancaman ini bisa menyadarkan kamu dan pemerintah untuk memulai langkah menjaga paru-paru dunia yang kita miliki.

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan