Bukan hanya pesona alamnya yang memukau, tradisi Jawa Timur juga memiliki kekayaan budaya yang menarik untuk wisatawan. Tradisi yang mereka lakukan itu mencerminkan nilai luhur dan kearifan lokal yang masih terjaga.
Source: Shutterstock
Masyarakat mewariskan tradisi tersebut secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Selain menjadi pertunjukan yang menarik, masing-masing tradisi di bawah ini juga memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Apa saja tradisi di Jawa Timur itu, simak selengkapnya di bawah ini.
Tradisi yang pertama ini merupakan perlombaan yang diselenggarakan oleh masyarakat di Suku Madura. Karapan Sapi diikuti oleh para joki yang terampil dan sapi-sapi pilihan yang telah dilatih khusus untuk berlari kencang. Lomba diadakan di lintasan pacu sepanjang kurang lebih 100 meter yang berasal dari tanah liat atau lumpur.
Dengan lintasan tersebut, karapan sapi bisa digelar dengan waktu antara 10 detik sampai 1 menit. Biasanya, lomba karapan sapi digelar antara bulan Agustus atau September. Mereka sudah mengenal tradisi ini dalam waktu yang lama.
Source: Pemerintah Kabupaten Trenggalek
Larung Sembonyo adalah tradisi sedekah laut yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Jawa Timur, khususnya di wilayah Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek.Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan atas hasil laut yang melimpah dan penghormatan kepada laut sebagai sumber kehidupan mereka.
Upacara Larung Sembonyo diawali dengan mempersiapkan sesajen yang disebut "ubo rampe". Ubo rampe terdiri dari berbagai hasil bumi, makanan, dan kepala hewan ternak. Setelah itu dilanjutkan dengan arak-arakan, doa bersama, dan berebut berkah.
Seperti namanya, Reog Ponorogo berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Tradisi ini ini menampilkan penari bertopeng macan dan berhias bulu merah yang berukuran besar. Mereka biasanya pentas dalam acara seperti khitanan, pernikahan, atau hari besar Nasional. Dadak merak merupakan ciri khas utama Reog Ponorogo.
Dadak merak terbuat dari kayu dan bambu, dihiasi dengan bulu-bulu merak berwarna-warni. Kemudian, tarian Reog juga menampilkan sosok singa barong yang melambangkan keberanian dan kekuatan. Singa barong ini dikendalikan oleh penari yang bersembunyi di dalam kostum.
Selanjutnya, Kebo-Keboan adalah tradisi unik dan menarik yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka memadukan unsur budaya, spiritualitas, dan juga rasa syukur karena panen yang berlimpah. Tradisi ini berawal dari legenda Ki Buyut Karti, yang dikaruniai kesaktian untuk menyembuhkan penyakit masyarakat melalui ritual Kebo-Keboan.
Ada beberapa macam perbedaan dalam pelaksanaan tradisi ini. Namun, salah satunya persiapan tradisi Kebo-Keboan dimulai dengan ritual penyucian diri dan persiapan sesajen, seperti kepala kerbau, hasil bumi, dan aneka bunga. Setelah itu, dilakukan doa bersama dan tarian adat untuk memohon keselamatan sementara orang terpilih yang memakai riasan menyerupai kebo mengikuti arak-arakan mengelilingi desa.
Tradisi Selamatan Ketupat dan Serabi merupakan salah satu bentuk tolak bala yang dilakukan masyarakat Bondowoso dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Timur. Mereka melaksanakan tradisi ini untuk mencegah hal buruk yang akan terjadi, misalnya wabah penyakit atau bencana.
Menurut kepercayaan mereka, ketupat dan serabi menjadi media yang memberikan keselamatan. Adapun prosesinya, masyarakat perlu membuat ketupat dan serabi sebanyak tujuh buah lalu disantap bersamaan dengan lauk sayur. Tradisi ini kemudian diakhiri dengan doa keselamatan.
Rabu Wekasan atau Rebo Pungkasan bukan hanya menjadi tradisi di Jawa Timur saja, tapi juga di beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Hal ini tak lepas dari tradisi masyarakat jahiliyah yang menganggap bulan Safar adalah bulan yang penuh kesialan.
Masyarakat kemudian membuat tradisi ini untuk menghindarkan diri dari marabahaya. Di Jawa Timur, Rabu Wekasan dilakukan di daerah Manyar dan Kebomas dengan melakukan sedekah bumi di sekitar Telaga Suci. Sementara di wilayah pesisir Jawa Timur, mereka menggelar ritual Petik laut saat Rabu Wekasan.
Merupakan ritual adat masyarakat suku Osing asli Banyuwangi, ritual Seblang Olehsari ini berupa bersih desa dan tolak bala. Para masyarakat di Desa Olehsari melakukannya pada waktu-waktu khusus dengan diwarnai dengan tarian tertentu. Waktu pelaksanaannya diadakan setelah Hari Raya Idul Fitri selama tujuh hari berturut-turut.
Adapun penarinya akan dipilih oleh seseorang yang dikenal sebagai pawang. Ritual kemudian dilakukan dengan upacara pembuka, penari kemudian menari dengan mata terpejam dengan iringan gendhing, lalu kemudian melempar selendang ke arah penonton. Penonton yang mendapatkan selendang itu harus mau menari bersama.
Yadnya Kasada atau Kasodo adalah tradisi tahunan yang dirayakan oleh masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur. Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dan penghormatan kepada leluhur mereka, Roro Anteng dan Joko Seger, yang diyakini sebagai pendiri suku Tengger.
Acara dimulai dengan pendakian Gunung Bromo oleh masyarakat Tengger untuk membawa sesaji ke kawah gunung. Sampai di puncak, masyarakat melakukan ritual penciuman upas, yaitu mengoleskan air suci yang terbuat dari bunga dan rempah-rempah ke wajah mereka. Nah, puncak acaranya adalah melarung sesaji ke dalam kawah Gunung Bromo.
Source: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Dilakukan oleh masyarakat Suku Osing di Desa Osing Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Tumpeng Sewu merupakan tradisi yang dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Disebut dengan Tumpeng Sewu karena setiap keluarga wajib membuat tumpeng pecel pitik atau tumpeng pecel ayam. Mereka biasanya melaksanakan tradisi ini pada bulan Dzulhijjah dengan lamu jalan yang dimatikan dan obor-obor dinyalakan.
Terakhir, tradisi Keduk Beji sudah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Ngawi, Magetan, dan Blitar. Keduk Beji sendiri merupakan tradisi yang dilakukan untuk membersihkan sendang atau danau sebagai sumber air pertanian dan air pemandian.
Upacara tersebut akan dilangsungkan selama lima hari. Masyarakat mulanya akan mengadakan upacara selamatan panggang tumpeng, kemudian berkumpul untuk melakukan selamatan dan juga bersih desa. Pada hari akhirnya, masyarakat membuat gunungan di halaman sumber Beji dan memasang hiasan janur untuk melakukan mandi bersama.
Mengetahui tradisi Jawa Timur bisa membuka jendela kita untuk memahami nilai-nilai dan kepercayaan masyarakatnya. Jika kamu berasal dari daerah di luar Jawa Timur, tradisi di atas bisa kamu lihat saat waktu-waktu tertentu. Sambil menjelajah wisata, cobalah untuk melihat budaya yang ada di sekitarnya.
Kamu bisa memesan tiket pesawat ke Jawa Timur jauh-jauh hari dengan Traveloka sehingga waktunya bisa disesuaikan dengan upacara adat di Jawa Timur. Tersedia pula berbagai pilihan hotel dan penginapan yang nyaman dengan harga yang terjangkau. Segera jadwalkan untuk liburan dan melihat tradisi Jawa Timur bersama Traveloka!
Penginapan dan Hotel di Surabaya
Cari Hotel di Surabaya...
Lihat Harga