Memahami Tradisi Tedak Siten, Makna, Urutan dan Tujuannya

Travel Bestie
26 Mar 2025 - Waktu baca 4 menit

Mempelajari budaya atau adat secara langsung memberikan pengalaman dan pelajaran berharga. Salah satunya adalah menyaksikan upacara Tedak Siten, sebuah tradisi sakral yang menandai momen pertama seorang bayi menginjakkan kaki di tanah.

Tedak Siten biasanya dilakukan waktu bayi berumur 7 bulan dalam hitungan Jawa yang jika dikonversi ke kalender Masehi sekitar usia 8 bulan. Upacara Tedak Siten biasanya dilakukan dengan serangkaian prosesi yang mengarah ke aktivitas di tanah. Kamu bisa melihat berbagai keunikan tradisi yang khusus untuk bayi ini.

Tradisi ini masih cukup kental di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jika ingin melihat prosesi ini secara langsung, kamu bisa memilih lokasi terdekat dan menggunakan Traveloka untuk memudahkan proses perjalananmu.

Tentang Tradisi Tedak Siten

Tedak Siten merupakan tradisi warisan leluhur di Tanah Jawa yang masih dilaksanakan hingga saat ini untuk memperingati seorang bayi menjelang masa pertama kali turun ke tanah. Hal ini juga diartikan sebagai salah satu penghormatan kepada Bumi ketika sang anak menginjakkan kaki pertama kali agar kelak mendapat kemudahan dalam menjalankan kehidupan.

Upacara Tedak Siten dilakukan saat bayi berusia 7 bulan penanggalan Jawa atau 8 bulan penanggalan Masehi yang disesuaikan dengan hari lahir bayi atau wetonnya. Untuk upacara yang dilangsungkan membutuhkan banyak persiapan mulai dari jenis makanan, peralatan untuk prosesi, jajanan, dan pakaian untuk sang bayi.

Jika kamu ingin melihat keunikan budaya Jawa, terutama Tradisi Tedak Siten, kamu bisa datang ke wilayah Jawa yang kental dengan adatnya seperti Yogyakarta, Madiun, Kediri dan sebagainya. Pastikan kamu memilih transportasi nyaman dengan Traveloka.

Sejarah Tradisi Tedak Siten

Tedak Siten dikenal sebagai salah satu upacara yang digelar untuk mengajarkan kepada anak saat awal pertama menginjakkan kaki di bumi. Biasanya ditandai dengan serangkaian upacara yang dilakukan dengan tanah dan lain sebagainya.

Tedak Siten berasal dari kata “tedhak” dan “siten” yang memiliki makna “menapakkan kaki atau turun” dan “tanah”. Tedak Siten berarti upacara atau tradisi yang digelar sebagai simbol turun tanah atau dalam bahasa Jawa adalah “mudun lemah”. Hal ini dilakukan sebagai bentuk syukur sekaligus menjaga atau melestarikan budaya Jawa agar tidak hilang.

Tradisi Tedak Siten sudah ada sebelum Islam hadir di Jawa. Sebagaimana sejarah terdahulu, Walisongo dalam menyebarkan Islam menganggap tradisi ini tidak menyimpang, sehingga masih dilestarikan hingga saat ini. Terdapat beberapa nilai yang berbudi luhur dari penerapan Tedak Siten, yakni nilai keikhlasan dan pendidikan.

Dalam pelaksanaan Tedak Siten, dibutuhkan beberapa perlengkapan untuk prosesi yang akan dijalankan. Biasanya pelaksanaannya dilakukan di depan tempat tinggal atau rumah orang tua dari anak tersebut, sehingga acara yang dilakukan juga dimeriahkan oleh tetangga atau sanak keluarga terdekat.

Adapun untuk beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan antara lain jadah 7 warna, kurungan seperti bentuk kurungan ayam yang diberi isian berupa alat tulis, mainan, air dan sebagainya. Ada juga tangga yang terbuat dari tebu, ayam panggang, pisang raja, udhik-udhik, serta tumpeng lengkap dengan nasi kuning dan beragam jenis jenang-jenangan serta topi dari daun janur.

Urutan Pelaksanaan Tradisi Tedak Siten

Pada pelaksanaan Tedak siten, terdapat serangkaian acara yang dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, memandikan bayi yang dilakukan oleh tokoh masyarakat pemandu upacara. Bayi diguyur dengan air bunga setaman (bunga mawar, melati dan sebagainya). Kemudian dipakaikan baju yang baru dan dipakaikan topi dari janur yang sudah disiapkan. Selanjutnya, bayi diberikan paha ayam untuk dipegang.

Kedua, bayi dimasukkan ke dalam kurungan. Di dalamnya sudah ada anak kecil yang akan menemani bayi dengan dipangku, boleh saudara atau sepupu dan sebagainya. Kemudian, pemandu upacara memasukkan ayam kecil ke kandang tersebut, disusulkan pula beras berwarna kuning yang berisi uang logam. Selanjutnya diambil oleh orang dewasa baik muda atau tua yang hadir dari sekitar bayi tersebut. Konon, jika bayi menangis menandakan kelak bayi tersebut memiliki rezeki yang banyak.

Selanjutnya pemandu meletakkan mainan dan barang yang menunjukkan profesi, seperti stetoskop, buku, peralatan dapur, gambar sketsa rumah, dan lainnya yang dapat mengarah ke profesi tertentu. Selanjutnya melihat pilihan bayi dari barang yang ada sebagai maksud gambaran pekerjaan yang akan disukai kelak saat dewasa.

Ketiga, pemandu membantu bayi menginjakkan kaki pada wajik atau jenang yang sudah disiapkan di nampan dengan warna beragam dengan jumlah 7 buah. Diawali dengan pijakan pertama pada tanah yang diiringi dengan pembacaan shalawat nabi hingga pijakan terakhir.

Keempat, orang tua mendampingi bayi untuk menaiki 7 buah tangga dari tebu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Di bagian pinggirnya ditempel uang yang nantinya akan diperebutkan oleh tamu yang datang.

Keunikan Tradisi Tedak Siten

Tradisi Tedak Siten sebagai salah satu warisan budaya leluhur yang sampai saat ini masih dipegang dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat jawa. maka dari itu, upacara Tradisi tedak Siten memiliki keunikan tersendiri yang bisa memberikan pelajaran untuk kehidupan yang akan datang.

Memberi Penghormatan Kepada Bumi: Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, tanah memiliki unsur gaib yang tidak kasat mata. Maka dari itu, memberi penghormatan kepada tanah sebagai salah satu upaya yang baik agar kelak mampu membantu membimbing sang anak saat sudah berjalan dan menapakkan kakinya secara mandiri di tanah.
Mandi Kembang untuk Bayi: Terdapat maksud dan pengharapan terhadap anak yang dimandikan dengan air kembang, yakni kelak dapat mengharumkan namanya sendiri, orang tua, keluarga dan kerabat. Mandi air kembang, yakni dipercaya bisa memberikan aroma positif yang menyejukkan.
Memasukkan ke Kurungan Ayam: Memasukkan bayi ke dalam kurungan ayam memberikan simbol kelak anak agar bisa mandiri dan memilih profesinya sendiri dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain.
Menapakkan kaki ke Jadah atau Jenang: Prosesi menapakkan kaki ke jadah atau jenang memberikan makna pengharapan agar kelak anak mampu melewati rintangan dan perjalanan kehidupan yang beragam dengan ikhlas dan yakin. Biasanya diiringi pembacaan shalawat agar diberkati oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Naik ke Tangga Tebu: Prosesi anak naik tangga didampingi orangtua yakni harapannya semoga kelak sang anak mampu meraih apa yang dicita-citakan tanpa berputus asa dan selalu berusaha mengupayakan sekuat tenaga terhadap apa yang diharapkan.

Untuk menyaksikan prosesi Tedak Siten, kamu bisa berkunjung ke Jawa Timur dan beberapa wilayah tertentu yang masih menjaga tradisi budaya Jawa. Kamu bisa melakukan pemesanan tiket kereta atau bus dengan mudah melalui Traveloka.

Pesan Tiket Bus dan Kereta ke Berbagai Destinasi di Indonesia via Traveloka

Pesan Tiket Kereta Traveloka

Perjalanan aman dan nyaman bisa kamu dapatkan dengan melakukan pemesanan tiket melalui Traveloka. Kamu bisa melakukan pemesanan tiket jauh hari sebelum keberangkatan, agar nantinya tidak khawatir kehabisan. Apalagi bisa dengan mudah reschedule jika dibutuhkan untuk kenyamanan perjalanan kamu.

Cara pemesanan tiket pun mudah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Cukup buka aplikasi Traveloka, pilih rute yang dibutuhkan, bayar dan tiket pun siap digunakan.

Untuk mendapatkan diskon hemat pastikan kamu mengikuti event EPIC SALE, Traveloka Travel Fair, dan gunakan kode kupon Traveloka untuk dapatkan lebih banyak potongan atau diskon menarik. Yuk, pesan tiketnya sekarang dan dapatkan perjalanan seru bersama Traveloka!

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan