Keberadaan wisata religi Yogyakarta menjadi bukti bahwa objek wisata di daerah istimewa ini lebih dari sekadar Malioboro. Bagi umat beragama yang ingin mencoba wisata religi di Yogyakarta, kalian bisa mampir ke Masjid Kotagede, Gereja Ganjuran, hingga Pura Jagatnatha.
Mari kita simak sederet tempat wisata religi Yogyakarta yang bersejarah dan bisa kamu kunjungi berikut ini, yuk!
Lokasi: Alun-Alun Keraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132
Masjid Gedhe Kauman sudah berdiri sejak tahun 1773. Masjid ini didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I. Sebagai informasi. beliau juga lah yang mendirikan Kesultanan Jogja. Karena itu, Masjid Gedhe Kauman merupakan bagian tidak terpisahkan dari Kesultanan Jogja.
Secara arsitektur, wisata religi Yogyakarta ini tampak mirip dengan Masjid Demak. Masjid Gedhe Kauman memiliki bangunan utama (liwan), serambi, serta emperan. Masjid ini juga punya empat pilar utama yang dilengkapi atap bersusun tiga.
Bagian atap Masjid Gedhe Kauman pun punya hiasan mahkota berbentuk bunga yang menjadi penanda bahwa masjid ini merupakan milik Keraton Jogja. Di dalam masjid ini juga terdapat ruang khusus untuk sang raja, yaitu maksura yang terletak di baris paling depan masjid.
Lokasi: Jl. Watu Gilang, Kotagede, Bantul, Yogyakarta
Masjid Kotagede merupakan masjid tertua di Jogja. Pasalnya, masjid ini diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1640. Pembangunan masjid ini sendiri diprakarsai oleh Sultan Agung. Pembangunannya dibantu oleh penduduk sekitar Kotagede yang kala itu mayoritasnya merupakan penganut agama Hindu.
Karena itu, Masjid Kotagede bisa dibilang memiliki arsitektur gabungan dari budaya Jawa dan Hindu. Sebab, gapura atau pintu gerbang dan pagar tembok yang mengelilingi masjid punya arsitektur Hindu yang kental. Sementara bangunan masjidnya dibuat dengan arsitektur Jawa.
Terdapat sejumlah bangunan di dalam kompleks Masjid Kotagede, di antaranya mimbar, serambi, tempat wudhu, tugu peringatan, gapura, dan makam. Ketika masuk ke area masjid, kamu akan melihat kolam ikan sebelum area serambi.
Kompleks Masjid Kotagede juga dikelilingi oleh berbagai jenis pohon sehingga suasananya menjadi rindang dan asri. Selain itu, ada sebuah prasasti dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa yang terdapat di dalam Masjid ini.
Masjid Kotagede sendiri diketahui punya atap bertingkat dua. Atap tingkat atas punya bentuk segitiga bersudut runcing. Adapun atap tingkat bawah berbentuk segitiga juga, namun terpotong pada bagian atasnya.
Lokasi: Jl. Ganjuran, Jogodayoh, Sumbermulyo, Kec. Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55764
Gereja ini didirikan pada tahun 1924 atas inisiatif 2 kakak beradik keturunan Belanda, yakni Joseph Smutzer dan Julius Smutzer. Perlu diketahui, gereja ini oleh dirancang arsitek asal Belanda, J Yh Van Oyen. Tiga tahun setelah dibangun, kompleks gereja ini disempurnakan dengan kehadiran candi kecil di sekitarnya.
Kompleks Gereja Ganjuran merupakan akulturasi budaya Eropa, Jawa, dan Hindu. Sebab, bangunan gerejanya masih menggunakan arsitektur gaya Eropa. Sedangkan budaya Jawa terlihat pada patung Yesus dan Bunda Maria dengan busana khas Jawa.
Terakhir, nuansa Hindu diperlihatkan dengan candi yang berada di kompleks gereja. Perlu diketahui, ada mata air di bawah candi yang menjadi tujuan para pengunjung. Umumnya, para pengunjung akan mengambil air tersebut dan membawanya pulang dengan botol atau jerigen kecil setelah didoakan.
Lokasi: Jl. Pura dsn Plumbon No.370, Jomblangan, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55198
Pura Jagatnatha didirikan pada tahun 1967 saat mayoritas penduduk sekitar di area ini memeluk agama Hindu Dharma. Pada umumnya, orang-orang bersembahyang di tempat terbuka dalam pura ini. Sementara itu, bangunan pura ini memiliki atap pada bangunan tengahnya. Pura ini merupakan tempat bertapa Sultan Hamengku Buwono II yang kemudian diberi gelar Ki Banguntapa.
Pura yang merupakan salah satu pura terbesar di Yogyakarta ini merupakan tempat peribadatan utama bagi pemeluk agama Budha di Provinsi Yogyakarta. Bahkan, tidak jarang wisatawan turut datang ke Pura Jagatnatha untuk menikmati suasana seperti Bali di Yogyakarta.
Lokasi: Desa Nogotirto, Sleman, Yogyakarta
Dusun Mlangi juga terkenal dengan nama Desa Para Santri. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pesantren di Dusun Mlangi sehingga mayoritas penduduk yang masih muda adalah santri-santri dari berbagai wilayah di Indonesia yang jumlahnya mencapai 2.000 orang.
Bagi kamu yang ingin menikmati suasana religius di Yogyakarta, kamu bisa mengunjungi Dusun Mlangi. Selain itu, di dusun ini juga terdapat salah satu tempat yang sering didatangi oleh wisatawan, yaitu makam salah satu tokoh penyebar Agama Islam di Mlangi, yaitu Kyai Nur Iman.
Namun, tidak hanya wisatawan yang juga beragama Islam yang mengunjungi dusun ini, melainkan banyak komunitas, pelajar, maupun tokoh agama lain (pastor, pendeta, dll) yang ingin menambah wawasan mengenai agama Islam.
Lokasi: Jl. Jogokaryan No.36, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143
Kampung Jogokariyan adalah salah satu kampung Ramadan yang paling populer di Yogyakarta. Salah satu tujuan wisata di kampung ini adalah Masjid Jogokariyan yang sudah berdiri sejak tahun 1966.
Masjid ini kemudian sangat berkembang sehingga memiliki berbagai kegiatan pelayanan jamaah dan kegiatan-kegiatan. Pengurus masjid ini terdiri dari 28 divisi yang masing-masing memiliki tujuan untuk kebaikan bersama dan memiliki website.
Usut punya usut, masjid ini terkenal hingga mancanegara. Tamu yang pernah mengunjungi masjid ini meliputi parlemen Eropa, ulama dari Palestina, dan masih banyak lagi. Kegiatan selama bulan Ramadan yang dinantikan masyarakat adalah tarawih bersama imam dari Palestina, pentas nasyid, hingga makanan buka puasa yang dapat dinikmati untuk 1.500 orang.
Lokasi: Area Hutan, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582
Terdapat sebuah makam dari seorang tokoh Islam di lereng barat Gunung Merapi, yaitu Syekh Jumadil Kubro. Dirinya adalah kakek dari para wali penyebar Agama Islam di Jawa, Wali Songo.
Pendatang banyak yang jauh-jauh ke sini untuk melakukan ziarah ke makamnya. Selain melakukan ziarah, masyarakat juga bisa menikmati pemandangan Gunung Merapi dari tempat ini.
Bahkan, pemerintah setempat juga punya beberapa rencana terkait pengembangan pariwisata di Hargobinangun agar lebih memperkenalkan wisata religi dan mempermudah wisatawan mengunjungi serta melakukan ziarah ke makam Syekh Jumadil Kubro.
Beberapa rencana tersebut meliputi pembangunan sarana fisik dan perbaikan akses menuju makam berupa jalan setapak dengan jalur menuju Bukit Turgo Merapi.
Lokasi: Jalan Sorogenen, Nitikan, Yogyakarta
Setelah Kampung Jogokariyan, Jalur Gaza di Kampung Nitikan juga merupakan tujuan wisata di bulan Ramadan yang tidak kalah terkenal. Jalur Gaza merupakan singkatan dari Jajanan Lauk Sayur Gubuk Ashar Zerba Ada yang setiap tahunnya terdapat 300 pedagang di sepanjang jalur ini.
Selain menyediakan berbagai macam takjil di sepanjang jalur, ada juga berbagai acara yang digelar masyarakat, baik lomba lukis, lomba menggambar, hingga dialog Ramadan.
Ada juga destinasi wisata lain yang menarik di Kampung Nitikan, yaitu makam-makam tokoh besar, seperti Kyai Haji Ibrahim, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji Abu Bakar, dan Raden Ronggo (putra dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram).
Pengunjung dapat berwisata dengan tarif yang sangat murah, yaitu Rp10.000 untuk jalan kaki dan Rp20.000 untuk naik delman.
Lokasi: Komplek Lanud Adisutjipto, Jl. Raya Janti, Karang Jambe, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Pura Vaikuntha Vyomantara berada di kompleks Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto. Pura dengan luas lahan 50 hektar ini dibangun sejak tahun 1997 dan selesai pada tanggal 23 Mei 2007. Pura ini dibangun bagi umat Hindu yang bertugas di Lanud Adisutjipto.
Setiap tahun, akan ada Upacara Pawedalan Pura Vaikuntha Vyomantara yang dilakukan di sini. Selain untuk kepentingan ibadah, pura ini dibuka bagi pengunjung umum. Meski begitu, sebaiknya meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus pura ini sebelum berkunjung, ya!
Lokasi: Jalan Brigjen Katamso No.3, Gondomanan, Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta 55121
Lenteng Gondomanan adalah salah satu kelenteng legendaris di Jogja. Kelenteng yang juga dikenal sebagai Kelenteng Fuk Ling Miau ini dibangun sejak tahun 1900. Pada awalnya, tanah kelenteng ini merupakan pemberian Sultan Hamengku Buwono di tahun 1854.
Ciri khas dari Klenteng Gondomanan ada pada bagian atapnya yang dihiasi sepasang naga langit menghadap mutiara api. Selain itu, cat warna merah kuning pada kelenteng ini juga dapat diartikan sebagai simbol keharmonisan.
Sebagai informasi, Kelenteng Gondomanan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak tanggal 26 Maret 2007. Kelenteng ini juga telah menjadi warisan budaya Jogja kategori tempat ibadah sejak tanggal 15 April 1999.
Lokasi: Semagung, Samagang, Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55672
Berada di kaki Bukit Menoreh, udara sejuk akan langsung menyambutmu saat berada di kompleks Gua Maria Sendangsono. Sesuai namanya, di lokasi Gua Maria ini juga terdapat sebuah sendang atau yang dalam bahasa Indonesia disebut mata air.
Selain mendapatkan ketenangan batin dan berdoa di sini, kamu juga dapat menikmati arsitektur kompleks Gua Maria Sendangsono yang indah. Arsitektur ini dirancang oleh Y.B Mangunwijaya Pr dan sudah mendapatkan Aga Khan Awards.
Sambil menikmati seluruh bangunan kompleks ziarah ini, kamu bisa duduk bersantai di pendopo yang tersedia. Kamu juga dapat menikmati keindahan sungai yang mengalir sambil berdiri di jembatan kecil di bagian atasnya.
Lokasi: Jl. Poncowinatan No.12-18, Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233
Selain Klenteng Gondomanan, kelenteng yang punya nama lain Kwan Tee Kiong ini merupakan kelenteng tertua di Jogja. Kelenteng Poncowinatan diketahui telah berdiri sejak tahun 1879.
Sama seperti Klenteng Gondomanan, tanah kelenteng ini juga merupakan pemberian dari Sultan Hamengku Buwono VII. Karena itu, Kelenteng Poncowinatan dibangun menghadap ke arah selatan untuk menghormati Keraton Jogja.
Saat ini, Klenteng Poncowinatan digunakan sebagai tempat pemujaan Tri Dharma, yakni Buddha, Taoisme, dan Konghucu. Kelenteng ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah sejak tahun 2010.
Melihat dari banyaknya tujuan wisata religi Yogyakarta yang kuno dan indah, 12 rekomendasi ini dapat kamu masukkan ke itinerary liburanmu. Selain melihat bangunan dengan arsitektur yang indah, kamu bisa mendapatkan banyak wawasan saat mengunjunginya.
Yuk, mulai rencanakan kunjunganmu ke Yogyakarta melalui aplikasi Traveloka dari sekarang.
Dapatkan harga tiket pesawat maupun tiket kereta KAI yang terjangkau, sekaligus hotel dan penginapan yang nyaman. Traveloka kini memberikan badge Traveloka Clean Accommodation untuk akomodasi yang sudah memiliki sertifikat standar kebersihan. Demikian pula dengan merental mobil di Yogyakarta, kamu juga bisa memesannya via Traveloka.