Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan penyakit serius yang punya sebutan “silent killer”. WHO mengungkapkan sekitar 1,28 miliar orang dewasa di dunia yang berusia 30 – 79 tahun mengidap hipertensi. Mengapa disebut silent killer? Apa saja penyebab dan gejala hipertensi? Simak selengkapnya, ya!
Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah terhadap dinding arteri (pembuluh darah utama tubuh). Tekanan darah seseorang diketahui dengan mengukur tekanan sistolik dan diastolik menggunakan tensimeter atau sfigmomanometer. Sistolik adalah ketika jantung berdetak untuk memompa darah, sedangkan diastolik ketika jantung beristirahat di antara detak sehingga tekanannya menurun.
Yang dikatakan tekanan darah normal adalah hasil pembacaan yang menunjukkan tekanan sistolik 120mmHg dan tekanan diastolik 80mmHg atau dapat ditulis 120/80mmHg. Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi apabila hasilnya menunjukkan angka 140/90mmHg atau lebih.
Hipertensi merupakan penyebab utama kematian prematur di dunia serta dikenal sebagai silent killer. Banyak orang memiliki gejala ini, tetapi tidak menyadarinya. Oleh karena itu, sebaiknya kita lebih waspada terhadap gejala dan penyebabnya agar mampu mencegah sebelum terlambat.
Sumber: Towfiqu Barbhuiya (Unsplash)
Hipertensi tidak memiliki gejala spesifik kecuali pada kondisi yang sudah parah. Mereka yang mengidap hipertensi pun awalnya tidak merasa kesakitan. Menurut WebMD, gejala-gejala yang dialami oleh pemilik tekanan darah tinggi di antaranya:
Jika seseorang merasakan gejala di atas, pembacaan tekanan darah oleh tenaga medis profesional dapat memastikan apakah ia mengalami hipertensi. Hasilnya akurat dan pasien dapat memahami lebih jauh mengenai kondisi serta risiko yang mungkin dialami.
Penyakit tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi kesehatan tertentu. NHS UK menjabarkan beberapa penyebab munculnya hipertensi yang meliputi:
Adapun faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengidap hipertensi seperti:
Dari beberapa faktor di atas, apakah kamu mengalaminya? Jika ya, saatnya ubah pola hidupmu sebagai langkah pencegahan hipertensi.
Memiliki riwayat penyakit hipertensi mampu memicu terjadinya stroke, gagal jantung, serta masalah ginjal. Upaya menurunkan darah tinggi tidak saja mengurangi tekanannya, tapi juga melindungi organ tubuh lain seperti jantung, ginjal, dan otak. Obat-obatan hipertensi bisa bantu mengontrol tekanan darah, tetapi perubahan gaya hidup bakal lebih membawa dampak jangka panjang. Di bawah ini cara menurunkan tekanan darah tinggi sekaligus mengontrolnya supaya tetap normal.
Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) adalah diet yang paling direkomendasikan bagi pengidap hipertensi. Fokusnya mengonsumsi makanan/minuman yang tinggi akan potasium, kalsium, dan magnesium serta rendah sodium, lemak jenuh, dan gula tambahan.
Yang menjalankan diet ini harus mengonsumsi sayur, buah, biji-bijian utuh, daging unggas, ikan, dan berbagai jenis kacang. Mereka wajib mengurangi atau berhenti makan dan minum produk olahan (instan), yang banyak mengandung gula, susu sapi, juga daging tinggi lemak.
Menjaga kadar sodium dalam tubuh tak kalah penting dalam menurunkan tekanan darah. Orang dewasa yang sehat disarankan mengonsumsi sodium tidak lebih dari 2.300 miligram per hari atau 1 sendok teh garam. Jika seseorang mempunyai hipertensi, jumlah konsumsi sodium maksimal menjadi 1.500 miligram per hari atau setara 2/3 sendok teh.
Untuk mengurangi kadar sodium, atur jumlah garam setiap kali memasak. Ketika sudah mulai terbiasa, maka boleh menyesuaikan standar 1.500 miligram setiap hari. Selain mengolah makanan sendiri di rumah, kamu mesti lebih selektif saat membeli makanan olahan. Cek apakah kadar sodiumnya sudah sesuai dengan kebutuhanmu.
Olahraga penting untuk mendukung upaya penurunan darah tinggi. Pilih olahraga seperti bersepeda, jalan kaki, lari, berenang, menari, dan aktivitas aerobik lain yang memacu jantung untuk memompa lebih banyak darah. Alternatif lain agar tetap aktif adalah melakukan pekerjaan rumah, misalnya bersih-bersih dan berkebun.
Langkah ini perlu dilakukan oleh penderita obesitas yang memiliki atau ingin mencegah hipertensi. Menurunkan berat badan membantu mengurangi angka sistolik. Contohnya, seseorang yang berhasil menurunkan berat badan 9 – 10 kilogram, angka sistoliknya bisa turun 5 – 20 poin. Cara ini pun dapat mengurangi risiko obstructive sleep apnoea.
Tekanan darah akan naik setiap kali kamu merokok. Dengan berhenti merokok, kamu tidak hanya menghindari risiko hipertensi, tetapi juga menjaga kondisi jantung dan kesehatanmu secara keseluruhan.
Hipertensi dapat dimiliki siapa saja yang kurang menjaga kesehatan tubuh. Cek tekanan darah tinggi di klinik atau rumah sakit terdekat serta konsultasikan dengan dokter. Dengan mengetahui gejala dan penyebab hipertensi sejak awal, kamu bisa lebih berhati-hati dalam memilih gaya hidup yang memengaruhi kesehatanmu.
Referensi:
Beckerman, James. 2020. “High Blood Pressure Symptoms - Hypertension Symptoms.” WebMD. https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/guide/hypertension-symptoms-high-blood-pressure.
Gardner, Amanda. 2021. “How To Lower, Reduce & Control High Blood Pressure Levels.” WebMD. https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/how-to-lower-blood-pressure.
NHS. 2019. “High blood pressure (hypertension) - Causes.” NHS. https://www.nhs.uk/conditions/high-blood-pressure-hypertension/causes/.
World Health Organization. 2021. “Hypertension.” WHO | World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension.