0

Anna Cendana

19 Sep 2022 - 4 min read

Kenali Gejala Penyakit Tonsilitis untuk Lakukan Penanganan yang Tepat

Tonsilitis atau radang amandel adalah salah satu infeksi pernapasan yang paling banyak terjadi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa jumlahnya mencapai 23%. Untuk bisa mengindentifikasi dan segera menindaklanjuti penyakit ini, kenali gejala penyakit tonsilitis dan hal-hal lain seputar penyakit ini.

Tonsilitis adalah peradangan yang terjadi pada tonsil palatina atau amandel. Tonsil terletak di bagian pangkal mulut di belakang hidung. Bagian ini berfungsi untuk menjaga tubuh dari bakteri, virus, dan kuman yang masuk melalui mulut. Fungsi ini berada pada fase optimal pada usia anak-anak.

Maka dari itu, anak-anak paling rentan terpapar penyakit ini. Kementerian Kesehatan juga menyebutkan bahwa tonsilitis rawan menyerang anak dengan usia mulai 2 hingga 3 tahun. Kemudian meningkat risikonya pada anak usia 5 hingga 12 tahun. Namun, pada dasarnya penyakit ini bisa menyerang semua umur.

Peradangan dan pembengkakan pada tonsil bisa menyebabkan munculnya beberapa gejala. Gejala bisa berbeda pada masing-masing orang tergantung dengan jenis infeksinya, faktor imunologi, dan asupan gizi. Walaupun demikian, ada juga beberapa gejala radang amandel yang muncul di hampir semua kasus.

Gejala Umum Tonsilitis

Sumber: Canva

Pada kasus tonsillitis yang normal atau tonsilitis akut, gejala berlangsung kurang lebih selama 72 jam. Namun jika gejala ini tidak disadari dan tidak ditangani dengan adekuat, bisa menambah parah, bahkan menyebabkan komplikasi.

Tanda radang amandel ini biasanya dimulai dengan sakit tenggorokan ringan saja. Lama-kelamaan, penderita tonsilitis bisa merasa tenggorokan makin sakit dan nafsu makan jadi berkurang. Padahal, ini terjadi karena pembengkakan di tonsil membuat proses menelan makanan jadi menyakitkan.

Gejala tonsillitis lain yang mudah diidentifikasi adalah pembengkakan pada leher atau kelenjar dagu. Peradangan pada amandel bisa menyebabkan peradangan adenoid atau kelenjar pada dinding kerongkongan.

Selain itu, gejala yang mungkin dirasakan penderita adalah demam, sakit pada telinga, nyeri di kepala, atau sakit pada sendi dan otot. Apabila terasa ada cairan kental di belakang tenggorokan dan ada bau mulut yang tidak wajar, kemungkinan itu juga gejala akibat terjadinya inflamasi dan infeksi pada tonsil atau amandel.

Perbedaan Gejala Tonsilitis Berdasarkan Penyebabnya

Sumber: iStock

Sejumlah gejala di atas bisa mengidentifikasi serangan tonsilitis secara umum. Namun, secara lebih detail, tonsilitis memiliki beberapa kategori tergantung dari penyebab dan perjalanan penyakitnya.

1. Tonsilitis Akut

Ini adalah kasus tonsilitis yang paling sering terjadi dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Ada dua jenis tonsilitis akut berdasarkan penyebabnya.

2. Tonsilitis Viral

Jenis tonsilitis ini akibat virus. Epstein Barr adalah virus paling sering ditemui dalam kasus ini. Selain itu bisa juga karena Hemofilus influenzae atau coxschakie.

Jika penyebabnya adalah virus coxschakie, penderita bisa mengalami luka-luka kecil pada rongga mulut dan tonsil terasa sangat nyeri.

Secara umum, gejala lain pada tonsilitis viral mirip dengan common cold dan nyeri tenggorokan. Tubuh juga bisa terasa lemah dan lesu, denyut nadi melambat, suhu tubuh naik, nyeri kepala, nyeri menelan, dan tidak nafsu makan.

3. Tonsilitis Bacterial

Penyebab jenis tonsillitis ini adalah bakteri. Dalam kasus ini, bakteri berhasil menembus lapisan epitel di jaringan tonsil. Ini bisa menyebabkan reaksi radang yang berbentuk bintik putih atau kekuningan di tonsil.

Gejala dan masa inkubasi tonsilitis bacterial biasanya berlangsung sekitar dua hingga empat hari saja. Dalam jangka waktu ini, penderita bisa merasakan demam tinggi yang tidak berlangsung lama dan beberapa gejala umum lainnya.

4. Tonsilitis Membranosa

Tonsilitis Membranosa atau septis sore throat ada tiga jenis. Semuanya menyebabkan munculnya membran atau lapisan tipis yang menutupi permukaan tonsil yang bengkak.

5. Tonsilitis Difteri

Jenis tonsillitis membranosa ini diakibatkan oleh kuman Coryne bacterium diphteriae. Kuman ini bisa tersebar melalui udara, benda, atau makanan.

Gejalanya hampir sama dengan jenis-jenis tonsillitis sebelumnya. Faktanya, frekuensi tertinggi kasus ini terjadi pada anak-anak dengan rentang usia dua hingga lima tahun.

6. Tonsilitis Septik

Jenis tonsillitis yang satu ini juga karena bakteri Streptokokus. Lebih tepatnya Streptokokus hemolitikus yang ada dalam kandungan susu sapi. Beruntungnya, jenis streptokokus ini jarang ditemukan di susu sapi di Indonesia.

7. Angina Plaut Vincent

Waspada, ya, jenis tonsilitis yang satu ini kerap menyerang orang yang memiliki higienitas mulut rendah dan kekurangan asupan vitamin C. Kedua hal ini bisa memicu perkembangan bakteri spirochaeta atau triponema.

Bakteri-bakteri ini memicu munculnya membran putih keabuan di atas tonsil, dinding kerongkongan, hingga gusi. Ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 39 derajat Celcius, bau mulut, hipersalivasi, juga gangguan pencernaan dan gigi dan gusi yang jadi mudah berdarah.

8. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis kronik dan tonsilitis akut rekuren adalah kasus yang hampir sama fatalitasnya. Ini adalah kasus tonsilitis akut yang berulang beberapa kali setahun, atau bahkan tak kunjung sembuh dalam jangka waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Bakteri yang menyebabkan tonsilitis kronik sebenarnya sama dengan yang menyebabkan tonsilitis akut, namun kadang-kadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan gram negatif.

Kasus ini bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, ada kemungkinan karena kegagalan atau ketidaksesuaian tindakan pengobatan saat penderita mengalami tonsilitis akut.

Kedua, bisa juga karena adanya rangsangan eksternal menahun. Contohnya dari rokok, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, kebersihan mulut yang buruk, dan beberapa jenis makanan.

Dalam kasus tonsilitis kronik, ukuran tonsil atau amandel bisa membesar, bahkan hingga mengganggu jalur pernapasan. Maka keluhan yang kerap muncul akibat radang amandel kronik adalah rasa mengganjal di tenggorokan, mendengkur yang tidak wajar, dan sesak napas.

Penanganan dan Pengobatan Tonsilitis

Sumber: iStock

Seperti pada penjelasan sebelumnya, di kasus tonsilitis akut atau yang paling wajar terjadi, gejala bisa hilang dan tonsil bisa benar-benar sembuh dalam waktu beberapa hari.

Namun jika kamu mulai merasakan gejala-gejala tonsilitis atau mendeteksi gejala-gejala pada orang-orang di sekitarmu, sebaiknya tetap konsultasikan ke dokter. Dokter dapat melakukan diagnosis apa penyebab tonsilitis atau radang amandel yang kamu derita. Ini juga akan memengaruhi obat-obat untuk kasusmu.

Jika karena bakteri, dokter biasanya akan memberikan antibiotik atau obat kumur untuk mengurangi sakit tenggorokan. Selain itu, bisa ada obat untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat radang amandel. Misalnya pengurang rasa sakit, antiinflamasi, dan penurun demam.

Kemudian, untuk mencegah radang amandel makin parah, pastikan kamu juga melakukan tindakan-tindakan yang membantu tubuh agar segera pulih. Misalnya memperbanyak istirahat, konsumsi cairan yang cukup, makan makanan yang lembut, dan tidak makan makanan yang terlalu panas, pedas, dan asam.

Jika kamu sudah mengikuti anjuran dokter dan melakukan cara menyembuhkan amandel di atas tapi gejala tidak kunjung hilang atau justru makin parah, kamu perlu waspada. Karena pada beberapa kasus, tonsilitis bisa menjadi kronis dan mengharuskan adanya tindakan operasi pengangkatan tonsil.

Jadi sebelum terlambat, segera konsultasikan keluhan kamu ke dokter!

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan