0

Xperience Team

12 Sep 2021 - 2 min read

Serba-Serbi Mengenai Vaksin Sputnik V Buatan Rusia

Demi menekan angka pasien positif COVID-19, berbagai negara mengembangkan vaksin COVID-19 yang salah satunya adalah vaksin Sputnik V. Vaksin ini diproduksi Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology, Rusia. Vaksin yang dikenal dengan nama Gam-COVID-Vac hingga September 2021 memang belum digunakan di Indonesia. Namun vaksin Sputnik V sudah digunakan di 69 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Tentang Vaksin Sputnik V

Dalam pembuatannya, vaksin Sputnik V menggunakan adenovirus 26 dan adenovirus 5, yang termasuk dalam virus penyebab infeksi pernapasan, sebagai vektor protein virus Corona. Perlu diketahui, vektor merupakan virus yang dimodifikasi sehingga dapat masuk ke dalam sel tubuh manusia, tetapi tidak bisa berkembang biak. Vektor adenovirus 26 dan adenovirus 5 digunakan untuk mengangkut potongan materi genetik virus Corona ke tubuh penerima vaksin.

Sementara cara kerjanya, vektor yang mengandung potongan gen virus Corona akan masuk ke dalam sel tubuh setelah vaksin disuntikkan. Kemudian sel tubuh akan membaca potongan gen tersebut dan memproduksi protein virus Corona, tetapi tidak menyebabkan infeksi.
Protein tersebut akan mengirimkan sinyal ke tubuh bahwa ada benda asing dan mulai memproduksi antibodi untuk melawannya. Jika kemudian hari tubuh terinfeksi virus Corona yang hidup, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki antibodi yang mampu mengenali dan melawannya.

Uji Klinis Vaksin Sputnik V

Vaksin Sputnik V telah melewati uji klinis fase III pada Februari 2020 yang 19.886 orang dari 25 rumah sakit di Rusia. Peserta uji klinis vaksin Sputnik terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 18 tahun hingga 60 tahun ke atas.

Adapun efikasi atau tingkat efektivitas vaksin Sputnik mencapai 91.6% untuk mencegah COVID-19. Sementara pada usia 60 ke atas, tingkat efikasinya mencapai 91.8% Walaupun sekitar 8,4% peserta uji klinis yang terinfeksi COVID-19, tidak ada yang mengalami gejala dengan derajat sedang atau berat dan perlu dirawat di rumah sakit.

Vaksin Sputnik V diberikan dalam dua dosis, masing-masing dosis mengandung 0,5 ml. Dosis pertama diberikan menggunakan vektor adenovirus 26 (Ad26), kemudian dalam rentang waktu 21 hari, vaksin Sputnik dosis kedua diberikan menggunakan adenovirus 5 (Ad5).

Hasil dari uji klinis yang telah dilakukan, vaksin Sputnik V menunjukkan efek perlindungan pada semua kelompok usia. Hasil uji klinis juga menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh sudah akan memproduksi antibodi terhadap virus penyebab COVID-19 setelah 18 hari sejak dosis pertama diberikan.

Namun perlu jadi perhatian, jenis vektor pada setiap dosis yang disuntikkan berbeda sehingga menyebabkan respons imun dari pemberian vaksin Sputnik V akan lebih kuat dan tahan lama setelah penyuntikan vaksin yang kedua.

Efek Samping Sputnik V

Vaksin Sputnik V memiliki efek samping yang mungkin akan dirasakan oleh sebagian orang. Adapun efek samping yang kerap dialami antara lain:

Nyeri di area suntikan
Lelah
Sakit kepala
Flu
Demam.

Demikian informasi mengenai vaksin Sputnik V. Jika kamu belum mendapatkan vaksin dan dinyatakan bisa menerima vaksin, segera daftarkan diri di faskes terdekat demi melindungi diri sendiri dan orang sekitar. Sementara jika kamu telah mendapatkan vaksin, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker serta tidak membuat kerumunan di ruang publik. Segera lakukan tes COVID-19 apabila mengalami gejala COVID-19 agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Layanan Tes COVID-19 di Sekitar Anda

Referensi:

Healthline. 2021. What You Need to Know About the Sputnik V COVID-19 Vaccine. https://www.healthline.com/health/adult-vaccines/sputnik-v
Science.org. 2021. Russia’s Sputnik V protects against severe COVID-19 from Delta variant, study shows. https://www.science.org/news/2021/08/russia-s-sputnik-v-protects-against-severe-covid-19-delta-variant-study-shows
The Lancet. 2021. Safety and efficacy of an rAd26 and rAd5 vector-based heterologous prime-boost COVID-19 vaccine: an interim analysis of a randomised controlled phase 3 trial in Russia. https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)00234-8/fulltext
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan