Apa Itu Financial Distress dan Cara Mengatasinya

Financial Bestie
27 Mar 2025 - Waktu baca 3 menit

Saat kondisi keuangan terguncang, baik secara individual maupun global, dunia konsumen sering menjadi tidak menentu. Financial distress atau tekanan finansial bisa mengubah cara kita melihat kebutuhan, keinginan, dan bagaimana kita mengelola sumber daya.

Salah satu fenomena paling mencolok yang muncul dari situasi ini adalah panic buying. Blog ini membahas penyebab di balik kepanikan tersebut, dampak ekonomi yang mungkin terjadi, serta langkah-langkah praktis untuk membantu konsumen tetap rasional dalam pengambilan keputusan saat tekanan finansial terjadi.

Mengapa Financial Distress Memicu Panic Buying?

Ketika menghadapi ketidakpastian finansial, beberapa faktor psikologis dapat mendorong kita untuk mengambil keputusan impulsif, seperti membeli barang dalam jumlah besar atau aktivitas lain yang tidak sepenuhnya rasional. Beberapa alasan umum meliputi:

1. Ketakutan Akan Kelangkaan

Ketika kita merasa sebuah barang penting akan sulit ditemukan di masa depan, pikiran langsung menyuruh kita untuk 'mengamankan' barang tersebut dalam jumlah besar. Ketakutan ini sering diperburuk oleh cerita-cerita tentang kelangkaan di media atau lingkaran sosial kita.

2. Efek Kelompok (Herd Mentality)

Melihat orang lain memborong barang tertentu dapat memicu reaksi serupa. Ketakutan untuk "tertinggal" membuat kita merasa harus ikut-ikutan membeli, meskipun kebutuhan belum tentu ada.

3. Pengendalian Diri yang Melemah

Saat berada dalam situasi penuh stres seperti tekanan finansial, kemampuan otak kita untuk membuat keputusan yang rasional dan terencana menjadi lemah.

Hasilnya? Pembelian besar-besaran yang tidak hanya berdampak pada keuangan individu tetapi juga pasokan barang di pasar.

Contoh Historis Panic Buying

Fenomena panic buying bukanlah hal baru. Beberapa contoh dari masa lalu memperlihatkan pola yang berulang saat terjadi financial distress atau ketidakpastian ekonomi.

Masa Krisis Ekonomi 1997

Selama krisis finansial Asia 1997, banyak rumah tangga di negara-negara terdampak mulai mengamankan makanan pokok seperti beras dan minyak. Fenomena ini menyebabkan harga komoditas melonjak tinggi.

Pandemi COVID-19

Salah satu contoh paling segar adalah lonjakan pembelian kertas toilet, sembako, dan masker wajah selama pandemi COVID-19. Ketakutan akan penguncian wilayah serta ketidakpastian mengenai pasokan barang membuat rak toko kosong hanya dalam hitungan jam.

Krisis Bahan Bakar 1970-an

Lonjakan harga minyak dunia pada 1970-an yang disebabkan oleh embargo minyak OPEC mendorong panic buying untuk bahan bakar. Para pengemudi bergegas untuk mengisi penuh tangki kendaraan mereka, dan antrean panjang di SPBU menjadi pemandangan umum.

Setiap contoh ini menunjukkan bahwa panic buying tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat memperburuk masalah ekonomi pada skala yang lebih besar.

Kondisi Ekonomi Saat Ini

Di tengah tekanan ekonomi global, mulai dari inflasi hingga potensi resesi, banyak keluarga merasa cemas tentang apa yang menunggu di depan. Kekhawatiran ini adalah penyebab utama munculnya kebiasaan panic buying.

Beberapa pemicu yang relevan saat ini adalah:

Inflasi yang Tinggi: Harga kebutuhan pokok yang terus meroket membuat orang merasa harus memborong barang sekarang sebelum harga naik lebih tinggi.
Pasokan yang Terganggu: Isu rantai pasok global memperparah situasi dengan menciptakan persepsi bahwa tidak semua barang mudah didapatkan.
Ketidakpastian Pasar Tenaga Kerja: Banyak pekerja menghadapi prospek phk atau pengurangan pendapatan, mendorong mereka untuk 'bersiap menghadapi yang terburuk'.

Namun, kepanikan hanya memperparah masalah ini. Lantas, apa yang bisa dilakukan konsumen untuk tetap tenang?

Tips Menghindari Panic Buying

Agar tidak terjebak dalam pola panic buying yang membahayakan keuangan, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi Kebutuhan yang Sesungguhnya

Sebelum membeli, tanyakan pada diri Anda, “Apakah saya benar-benar membutuhkan ini sekarang?” Buat daftar kebutuhan sebelum pergi berbelanja dan patuhi daftar tersebut.

2. Tentukan Anggaran Belanja

Tetapkan anggaran mingguan atau bulanan untuk pengeluaran rumah tangga. Ini membantu menjaga pengeluaran tetap terkendali.

3. Hindari Berbelanja Saat Stres

Saat merasa cemas, hindarilah kegiatan berbelanja. Anda lebih mungkin melakukan pembelian impulsif ketika emosional.

4. Gunakan Data, Bukan Perasaan

Cari informasi dari sumber terpercaya sebelum memutuskan untuk membeli barang karena isu kelangkaan. Sering kali informasi itu tidak benar atau dibesar-besarkan.

5. Rencanakan Kebutuhan Jangka Panjang

Daripada membeli dalam jumlah besar secara impulsif, mulailah mencicil barang-barang kebutuhan yang benar-benar penting sesuai anggaran.

Peran Media dalam Panic Buying

Media memainkan peran besar dalam membangun persepsi tentang kelangkaan barang, yang pada akhirnya memicu panic buying.

Frame Berita Sensasional: Judul seperti “Kelangkaan Pangan Menghantui” dapat menyebabkan rasa takut berlebih.
Penyebaran Informasi yang Tidak Diverifikasi Berita tentang panic buying yang terus-menerus tanpa data yang diverifikasi sering memperburuk aksi tersebut.

Cara terbaik untuk menghadapi pengaruh media? Fokus pada sumber berita yang kredibel dan hindari terjebak dalam perdebatan panik di media sosial.

Menavigasi Ketidakpastian Finansial

Financial distress adalah situasi yang tidak menyenangkan, tetapi bukan tidak dapat diatasi. Dengan memahami pola perilaku yang muncul dari tekanan finansial dan membuat keputusan secara rasional, konsumen dapat menjaga stabilitas hidup mereka sekaligus mengurangi dampak buruk pada ekonomi.

Dengan situasi global yang tidak menentu, penting bagi kita semua untuk tetap tenang, terinformasi, dan penuh kendali saat menghadapi tekanan finansial. Apakah itu melalui pengelolaan anggaran yang bijak, menghindari panic buying, atau menjadi pintar dalam memilih sumber berita, langkah kecil tersebut dapat menciptakan dampak besar yang positif.

Dalam Artikel Ini

• Mengapa Financial Distress Memicu Panic Buying?
• 1. Ketakutan Akan Kelangkaan
• 2. Efek Kelompok (Herd Mentality)
• 3. Pengendalian Diri yang Melemah
• Contoh Historis Panic Buying
• Masa Krisis Ekonomi 1997
• Pandemi COVID-19
• Krisis Bahan Bakar 1970-an
• Kondisi Ekonomi Saat Ini
• Tips Menghindari Panic Buying
• 1. Evaluasi Kebutuhan yang Sesungguhnya
• 2. Tentukan Anggaran Belanja
• 3. Hindari Berbelanja Saat Stres
• 4. Gunakan Data, Bukan Perasaan
• 5. Rencanakan Kebutuhan Jangka Panjang
• Peran Media dalam Panic Buying
• Menavigasi Ketidakpastian Finansial
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan