Apa Itu Shrinkflation, Penyebab & Dampaknya

Financial Bestie
24 Sep 2025 - Waktu baca 3 menit

Pernah merasa bungkus snack favorit tiba-tiba tampak lebih ramping, tapi harganya tetap sama? Atau air mineral yang dulu terasa pas sekarang cepat habis, sementara label harga tidak berubah? Fenomena ini bukan sekadar perasaan atau ilusi. Selamat datang di dunia shrinkflation, strategi diam-diam dari produsen yang diadopsi oleh banyak industri di Indonesia dan dunia.

Bagi konsumen di negara dengan ekonomi yang naik turun, memahami fenomena shrinkflation tidak hanya membuat kita lebih cerdas di minimarket, tetapi juga membantu mengidentifikasi jebakan halus yang dapat menggerus daya beli. Mari kita bahas lebih dalam apa sebenarnya shrinkflation itu, mengapa produsen memilih cara ini, dan bagaimana dampaknya pada kehidupan sehari-hari.

Pengertian Shrinkflation

Shrinkflation berasal dari gabungan kata dalam bahasa Inggris, shrink yang berarti menyusut, dan inflation atau inflasi. Shrinkflation menggambarkan praktik mengurangi ukuran, berat, atau isi produk konsumen dengan harga yang tidak berubah, atau bahkan naik sedikit. Dalam istilah ekonomi, shrinkflation disebut inflasi tersembunyi karena produsen tidak menaikkan harga secara nominal yang jelas tetapi mengurangi isi produk secara perlahan. Akibatnya, konsumen membayar lebih untuk setiap gram, liter, atau keping produk, meskipun harga di rak tetap sama.

Contoh nyata shrinkflation mudah ditemukan sehari-hari. Misalnya, biskuit yang dahulu beratnya 250 gram kini menjadi 220 gram dengan harga yang sama. Saus botolan juga semakin slim ukurannya, padahal harga tetap. Bahkan, produk perawatan tubuh atau minuman sering kali memakai strategi ini.

Perlu dicatat, shrinkflation ini sebenarnya sah secara hukum. Produsen tetap mencantumkan berat atau volume terbaru di label kemasan jadi selama tidak menipu konsumen dengan informasi palsu, mereka tidak melanggar aturan. Namun, banyak konsumen merasa dikerjai diam-diam, terutama jika perubahan berlangsung perlahan-lahan tanpa pemberitahuan.

Penyebab Shrinkflation

Mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa perusahaan lebih memilih mengurangi produknya daripada menaikkan harga? Jawabannya beragam dan sudah melalui banyak pertimbangan di balik layar. Berikut adalah beberapa alasan utama.

1. Kenaikan Biaya Produksi

Kenaikan biaya produksi adalah salah satu alasan utama shrinkflation. Harga bahan baku, upah tenaga kerja, ongkos transportasi, hingga biaya kemasan meningkat seiring dengan inflasi yang menghantui ekonomi global. Jika produsen langsung menaikkan harga, mereka khawatir konsumen akan beralih ke merek lain yang lebih murah. Mengurangi ukuran produk dianggap sebagai solusi kompromi: produsen dapat menjaga margin keuntungan, sementara konsumen tidak terlalu kaget dengan harga baru yang lebih tinggi.

2. Persaingan Pasar yang Ketat

Persaingan pasar juga memaksa produsen untuk berinovasi dalam ukuran produk. Bayangkan rak supermarket yang dipenuhi puluhan merek makanan ringan. Jika salah satu produsen menaikkan harga, risikonya konsumen beralih ke produk lain yang lebih murah. Dengan shrinkflation, produsen dapat menjaga harga tetap kompetitif sehingga tidak kehilangan pelanggan, meski mereka mengurangi isi produk.

3. Perubahan Permintaan Konsumen

Shrinkflation bisa juga dipengaruhi perubahan tren atau permintaan konsumen. Di era di mana masyarakat semakin menyadari pola makan sehat, porsi yang lebih kecil dianggap lebih praktis. Produsen memanfaatkan peluang ini dengan mengurangi porsi namun tetap menjaga harga.

4. Faktor Lain Inovasi dan Penyesuaian Komposisi

Shrinkflation sering terjadi karena produsen ingin memangkas biaya dengan mengganti atau mengurangi bahan tertentu, atau mengubah formula produk. Terkadang efeknya terlihat pada rasa, tekstur, atau volume, tetapi sekali lagi, harga tetap menjadi alasan utama di balik strategi ini. Shrinkflation tidak hanya terjadi pada makanan atau minuman saja; produk perawatan pribadi, deterjen, dan rumah tangga lainnya juga menerapkan taktik ini.

Dampak Shrinkflation bagi Konsumen di Indonesia

Bagaimana dampak shrinkflation pada kita sebagai konsumen sehari-hari? Mungkinkah dompet kita bocor halus, sementara isi troli belanja tidak bertambah? Mari kita lihat lebih dekat efek shrinkflation ini.

1. Menggerus Daya Beli Tanpa Disadari

Salah satu dampak paling nyata dari shrinkflation adalah menurunnya daya beli konsumen secara tersembunyi. Kita merasa masih belanja dengan nominal yang sama, tetapi jumlah barang yang didapat berkurang. Jika dulu satu bungkus mie instan cukup untuk makan kenyang, kini mungkin butuh dua bungkus untuk kenyang.

2. Pengaruh terhadap Pola Konsumsi

Shrinkflation perlahan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Banyak yang setia dengan satu merek kini rajin membandingkan isi bersih antar merek atau memburu promo isi lebih banyak. Konsumen jadi lebih kritis memerhatikan label kemasan dan mengkalkulasi harga per gram atau mililiter. Positifnya, masyarakat menjadi lebih paham literasi finansial kecil-kecilan, memandang produk dari sisi yang lebih bijak.

3. Rasa Kecewa dan Trust Isu

Tidak sedikit konsumen merasa kecewa atau bermasalah dengan kepercayaan setelah mengetahui merek favorit mereka mengurangi isi produk secara diam-diam. Ada perasaan dibohongi meski secara legal produsen tetap transparan di label kemasan. Topik shrinkflation ini sering jadi bahan curhat di media sosial oleh berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga hingga mahasiswa.

4. Implikasinya terhadap Ekonomi Makro

Secara lebih luas, shrinkflation bisa memengaruhi statistik inflasi nasional. Karena harga tetap, data inflasi bisa terlihat stabil dibanding kenyataan di lapangan. Daya beli masyarakat sudah tergerus diam-diam, dan jika fenomena ini berlangsung lama dalam skala besar, efek domino-nya bisa terasa di berbagai sektor, mulai dari konsumsi rumah tangga hingga pertumbuhan ekonomi nasional.

Tips Konsumen untuk Menghadapi Shrinkflation

Shrinkflation bukan berarti kita harus pesimis dan pasrah begitu saja. Berikut beberapa tips ringan agar tetap cerdas dalam berbelanja:

Cek label kemasan secara rutin: Jangan hanya melihat harga, tetapi bandingkan ukuran atau volume dari waktu ke waktu.
Cari harga per unit: Beberapa supermarket mencantumkan harga per gram atau mililiter, ini membantu membandingkan value antar produk.
Jangan tergiur kemasan promosi: Isi lebih banyak belum tentu lebih hemat, cek ulang apakah itu benar-benar penawaran bagus.
Manfaatkan forum atau media sosial: Sering ada info viral terkait shrinkflation yang bisa membuat kita lebih waspada sebelum belanja mingguan.

Setelah membaca tentang shrinkflation, semoga kamu merasa menjadi konsumen yang lebih paham strategi. Fenomena ini tidak akan hilang dalam waktu dekat, bahkan bisa makin kreatif pola-polanya. Alih-alih menjadi korban kebingungan, mari belajar menjadi konsumen gesit: peka terhadap perubahan kemasan, kritis membaca label, dan cerdas memilih produk lain jika perlu.

Dalam Artikel Ini

• Pengertian Shrinkflation
• Penyebab Shrinkflation
• 1. Kenaikan Biaya Produksi
• 2. Persaingan Pasar yang Ketat
• 3. Perubahan Permintaan Konsumen
• 4. Faktor Lain Inovasi dan Penyesuaian Komposisi
• Dampak Shrinkflation bagi Konsumen di Indonesia
• 1. Menggerus Daya Beli Tanpa Disadari
• 2. Pengaruh terhadap Pola Konsumsi
• 3. Rasa Kecewa dan Trust Isu
• 4. Implikasinya terhadap Ekonomi Makro
• Tips Konsumen untuk Menghadapi Shrinkflation
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan