Stasiun Tasikmalaya
Stasiun Tasikmalaya merupakan stasiun utama di Kota Tasikmalaya. Dibangun pada 1893 hingga 1894, nuansa klasik khas kolonial Belanda terasa kental di stasiun ini. Namun yang paling menarik, desain atap gedung Stasiun Tasikmalaya mirip dengan atap Gedung Sate di Kota Bandung. Atapnya dibuat bertingkat di bagian tengah gedung, meskipun dipuncaknya tidak terdapat tusuk sate.
Saat ini, Stasiun Tasikmalaya menjadi stasiun tipe C dan masuk dalam Daerah Operasi II Bandung. Stasiun yang terletak di Jalan Stasiun No. 8, Lengkongsari, Kelurahan Tawang, Kota Tasikmalaya, ini juga tergolong cukup sibuk. Soalnya, sebagian besar kereta yang melewati jalur selatan, baik kereta ekonomi, bisnis, dan eksekutif, Â pasti melintasi atau berhenti di stasiun ini.
Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya adalah salah satu bagian dari Provinsi Jawa Barat. Kota ini memiliki beragam potensi kekayaan alam yang menakjubkan dan tiada duanya. Sebut saja Situ Gede, Pantai Cipatujah, Gunung Galunggung, dan Air Terjun Ciparay yang bisa indah dan mudah dijangkau dari pusat kota.
Di kota ini, tradisi Sunda juga terasa sangat kental. Daya tarik tersebut terlihat dari karakter setiap warganya yang selalu menyapa dengan nada lemah lembut dan menjunjung tinggi nilai sopan santun. Selain itu, aneka kuliner khas Sunda seperti nasi tutug oncom, mie kocok, peyeum, dan aneka makanan lainnya yang menggugah selera mudah ditemukan di sudut kota dan bakal membuat siapa saja betah berada di Tasikmalaya.
Oleh karena ini, Tasikmalaya sangat potensial dijadikan sebagai kota tujuan wisata di Indonesia. Apalagi letaknya yang strategis, tepatnya di jalur utama selatan Pulau Jawa, membuat kota ini berkembang lebih baik dibandingkan kota-kota lain di Jawa Barat. Bahkan jaraknya yang cukup dengan Kota Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat, membuat Tasikmalaya tumbuh pesat menjadi salah satu wilayah paling penting di region Jawa Barat.
Fakta Menarik Kota Tasikmalaya
Dijuluki Mutiara dari Priangan Timur dan Delhi van Java
Saat ini, Tasikmalaya dijuluki sebagai Mutiara dari Priangan Timur. Julukan tersebut disematkan karena kota yang berada di bagian timur Jawa Barat ini mampu berkembang pesat dan menjadi salah satu kota maju. Keberhasilan ini membuat Tasikmalaya bersinar layaknya sebuah mutiara.
Selain itu, Tasikmalaya juga memiliki julukan Delhi van Java. Bukan karena goyangannya, melainkan keadaan geografis Tasikmalaya dinilai sangat mirip seperti di New Delhi, India. Kontur jalanannya cenderung naik turun dan memiliki banyak perbukitan.
Terdapat Perkampungan yang Unik
Tasikmalaya memiliki kampungan adat dengan budaya yang unik dan masih lestari sampai sekarang. Tempat ini dikenal dengan nama Kampung Naga. Adapun keunikan dari Kampung Naga adalah semua bangunannya menghadap ke arah yang sama. Rumah-rumah di kampung ini bahkan dibuat seragam, mulai dari ukuran, desain, dan materialnya.
Selain itu, daya tarik lain dari kampung ini juga terletak pada masyarakatnya yang sangat kuat memegang teguh adat istiadat peninggalan leluhurnya. Masyarakat kampung bahkan menolak intervensi dari pihak luar, termasuk penerangan listrik dan alat-alat elektronik modern lainnya.
Payung Geulis, Si Ikon Jawa Barat
Tasikmalaya memiliki potensi luar biasa di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Diperkirakan, jumlah pelaku UMKM di Tasikmalaya menjadi yang terbesar setelah Bandung Raya di region Jawa Barat. Makanya, saking banyaknya jumlah UKM di kota ini, maka Tasikmalaya turut dijuluki sebagai Kota UKM.
Salah satu kerajinan khas Tasikmalaya dan tradisi yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah payung geulis. Payung cantik yang telah menjadi ikon Tasikmalaya ini tak lagi digunakan sebagai alat pelindung, tetapi telah menjadi barang kerajinan dengan nilai estetika tinggi. Itulah mengapa pesona payung geulis dapat menarik minat banyak orang, termasuk Presiden Joko Widodo yang memilih payung geulis sebagai salah satu cinderamata pada pernikahan putrinya.