Mengenal 5 Minuman Khas Nusa Tenggara Timur yang Unik

Xperience Team
27 May 2025 - 6 min read

Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satu provinsi kepulauan di timur Indonesia, tidak hanya memukau dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan warisan kuliner, termasuk minuman tradisional yang otentik. Minuman-minuman ini, dibuat dari bahan alami lokal, mencerminkan kearifan budaya dan tradisi masyarakat NTT. Dari simbol persaudaraan hingga penyegar dahaga, berikut adalah lima minuman khas NTT, lengkap dengan bahan, cara pembuatan, cerita budaya, tempat mencicipi, dan upaya pelestariannya.

1. Moke

Di bawah pohon lontar yang menjulang, masyarakat NTT menemukan salah satu harta kuliner mereka: Moke. Minuman ini terbuat dari nira pohon lontar atau enau (Arenga pinnata), yang dikumpulkan dengan mengiris tangkai bunga hingga cairan manis mengalir. Nira ini kemudian difermentasi dalam wadah bambu atau jeriken selama beberapa hari, menghasilkan moke beralkohol ringan dengan rasa asam-manis yang khas. Untuk versi non-alkohol, nira segar disajikan langsung atau disimpan dingin agar tetap manis. Proses ini sederhana namun membutuhkan ketelitian, karena kualitas nira bergantung pada keahlian penyadap dalam menjaga kebersihan dan waktu pengambilan.

Lebih dari sekadar minuman, Moke adalah simbol persaudaraan di Flores, Lembata, dan Manggarai. Dalam pernikahan, upacara penyambutan tamu, atau ritual adat, Moke disuguhkan sebagai tanda penghormatan, mengalirkan kehangatan dalam gelas bambu. Di dataran tinggi yang sejuk, Moke dianggap “menghangatkan tubuh,” mencerminkan kearifan masyarakat dalam memanfaatkan alam. Tradisi mengumpulkan nira juga menunjukkan hubungan harmonis dengan pohon lontar, yang menjadi sumber kehidupan di tanah kering NTT.

Untuk merasakan Moke otentik, kunjungi desa adat seperti Kampung Todo di Manggarai, di mana tuan rumah menyajikan minuman ini dengan senyuman ramah. Warung lokal di Lembata atau pasar tradisional di Maumere juga menawarkan Moke segar, sering dikemas dalam botol bambu yang ramah lingkungan. Jika ingin pengalaman budaya yang mendalam, hadiri Festival Bale Nagi di Lembata, di mana Moke mengalir bebas diiringi tarian dan nyanyian adat.

Menjaga Moke tetap hidup adalah misi komunitas lokal. Di Manggarai, pelatihan pengambilan nira diajarkan kepada generasi muda, memastikan pohon lontar tetap lestari. Festival budaya menjadi panggung untuk memamerkan Moke, sementara pengusaha lokal mulai mengemasnya dalam botol modern untuk wisatawan, menjaga cita rasa tradisional sambil memperluas jangkauan. Dengan cara ini, Moke terus mengalir sebagai warisan NTT.

Sementara Moke menghangatkan suasana adat, ada pula minuman yang lahir dari kreativitas sehari-hari masyarakat NTT, memanfaatkan hasil bumi yang melimpah.

2. Susu Jagung

Dari ladang jagung yang menghijau di Labuan Bajo, lahirlah Susu Jagung, minuman sederhana yang kaya makna. Dibuat dari jagung segar yang direbus, ditumbuk, atau diblender hingga halus, jagung dicampur air dan sedikit gula merah untuk manis alami. Di Labuan Bajo, santan sering ditambahkan untuk tekstur creamy yang memanjakan lidah. Prosesnya tidak rumit, mengandalkan jagung lokal yang melimpah di NTT, tanpa bahan pengawet, sehingga rasa segar alami tetap terjaga.

Susu Jagung adalah bukti kreativitas masyarakat NTT dalam mengolah hasil bumi. Di Labuan Bajo, minuman ini dipopulerkan oleh Kelompok Ibu-Ibu Ca Nai (Satu Hati) dari Wae Kelambu, yang mengubah jagung menjadi sumber penghidupan. Lebih dari sekadar minuman penyegar, Susu Jagung melambangkan gotong royong dan pemberdayaan perempuan, dengan ibu-ibu bekerja bersama untuk menghidangkan kelezatan ini bagi keluarga dan wisatawan. Setiap gelas membawa cerita tentang kerja keras dan solidaritas komunitas.

Untuk menikmati Susu Jagung, mampirlah ke warung-warung kecil di sekitar Pelabuhan Wae Kelambu atau pasar lokal Labuan Bajo, di mana minuman ini disajikan dingin untuk menyejukkan hari. Banyak homestay di Manggarai Barat menyuguhkan Susu Jagung sebagai sambutan hangat untuk tamu. Jika ingin pengalaman autentik, kunjungi kelompok Ca Nai saat festival kuliner lokal, di mana Anda bisa melihat proses pembuatannya sambil berbincang dengan para ibu.

Kelestarian Susu Jagung terjaga berkat semangat Ca Nai, yang mempromosikannya sebagai oleh-oleh wisata dalam kemasan sederhana. Pemerintah daerah mendukung melalui pelatihan pengolahan jagung dan promosi di event seperti Festival Komodo, memperkenalkan minuman ini ke wisatawan. Inisiatif ini tidak hanya melestarikan resep, tetapi juga mengangkat ekonomi perempuan lokal.

3. Kopi Flores Bajawa

Di lereng-lereng Ngada yang berkabut, Kopi Flores Bajawa lahir dari biji arabika yang ditanam dengan cinta. Petani memetik buah kopi merah, mengeringkannya di bawah sinar matahari, lalu menyangrainya dengan kayu bakar hingga menghasilkan aroma kacang, floral, dan buah yang memikat. Kopi diseduh dengan air panas, sering tanpa gula, memamerkan manis alami yang halus. Proses tradisional ini menghormati alam dan menghasilkan cita rasa yang mendunia.

Kopi Bajawa adalah kebanggaan Flores, mencerminkan kearifan petani dalam budidaya organik. Disajikan dalam upacara adat atau saat menyambut tamu, kopi ini melambangkan keramahan dan kehangatan, mengundang obrolan hangat di bawah langit Flores. Proses sangrai menjadi ritual sosial, di mana keluarga berkumpul di sekitar tungku, berbagi cerita sambil aroma kopi memenuhi udara, memperkuat ikatan komunitas.

Untuk menikmati Kopi Bajawa, singgahlah di kafe seperti Kopi Mane di Bajawa atau warung pinggir jalan dekat pasar Ngada, di mana kopi diseduh segar dengan cerita petani. Kunjungi desa adat Bena untuk pengalaman mendalam, menyicipi kopi langsung dari kebun sembari mendengar kisah petani. Pusat oleh-oleh di Labuan Bajo juga menyediakan kopi kemasan, cocok untuk dibawa pulang.

Pelestarian Kopi Bajawa didukung oleh koperasi petani yang memasarkannya secara global, menjaga metode organik. Sertifikasi geografis dari pemerintah melindungi identitas kopi ini, sementara Festival Kopi Flores mengedukasi generasi muda tentang warisan budaya. Dengan langkah ini, Kopi Bajawa tetap harum sebagai simbol Flores.

Setelah aroma kopi yang memikat, mari kita cicipi minuman fermentasi yang merayakan kemakmuran NTT.

4. Brem

Brem NTT membawa kita ke dunia fermentasi yang penuh makna, terbuat dari ketan putih atau hitam yang direndam, dikukus, lalu dicampur ragi tape. Setelah 3–7 hari fermentasi, Brem menghasilkan rasa manis segar dengan tekstur sedikit berbuih, tersedia dalam versi non-alkohol (fermentasi pendek) atau alkohol ringan (fermentasi lama). Proses ini sederhana namun penuh kesabaran, mencerminkan ketelitian masyarakat NTT dalam mengolah bahan lokal.

Lebih dari sekadar minuman, Brem adalah bintang dalam acara adat di Sikka dan Flores, seperti pernikahan atau festival panen. Minuman ini melambangkan kemakmuran dan kebersamaan, disajikan dalam cangkir bambu untuk merayakan momen bahagia. Proses fermentasi yang panjang mencerminkan kerja keras masyarakat, sementara resep turun-temurun menjadi jembatan budaya antar-generasi.

Untuk mencicipi Brem, kunjungi warung makan tradisional di Maumere atau Ende, di mana minuman ini disuguhkan dengan kehangatan lokal. Pasar di Sikka menawarkan Brem segar, terutama saat festival adat, sementara homestay di Flores Timur menyediakan versi non-alkohol sebagai sambutan tamu. Setiap teguk membawa Anda lebih dekat ke jiwa NTT.

Komunitas lokal menjaga Brem melalui pelatihan pembuatan untuk anak muda, memastikan resep tidak pudar. UMKM di Flores mengemas Brem dalam botol modern dengan label budaya, menarik wisatawan. Festival seperti Festival Reba di Ngada memamerkan Brem, meningkatkan kesadaran akan nilai tradisinya, sehingga minuman ini terus hidup.

Dari manisnya Brem, kita menutup perjalanan dengan minuman yang merangkum kelimpahan alam NTT.

5. Tuak Manis

Kembali ke pohon lontar, yang juga menghidupkan Moke, kita menemukan Tuak Manis, minuman penyegar dari Pulau Timor. Terbuat dari nira lontar segar yang belum difermentasi, Tuak Manis menawarkan rasa manis alami tanpa alkohol. Nira dikumpulkan pagi hari, disaring, lalu disajikan dingin atau dengan es. Untuk menjaga kesegaran, minuman ini harus dinikmati dalam beberapa jam, menangkap esensi manis langsung dari alam.

Tuak Manis mencerminkan kelimpahan NTT, disajikan untuk semua kalangan, termasuk anak-anak, dalam acara keluarga atau panen. Berbeda dengan tuak toaq yang beralkohol, Tuak Manis adalah simbol kesederhanaan dan kebersamaan. Pohon lontar, yang disebut “pohon kehidupan,” adalah jantung minuman ini, menyediakan nira, daun, dan kayu bagi masyarakat Timor, menunjukkan hubungan erat dengan alam.

Cicipi Tuak Manis di warung pinggir jalan di Kupang atau desa Fatumnasi di Timor Tengah Selatan, di mana nira segar mengalir dari botol plastik sederhana. Pasar tradisional di Soe juga menawarkan minuman ini, tetapi untuk pengalaman otentik, kunjungi kebun lontar di Oesapa, Kupang, dan nikmati nira langsung dari petani.

Pelestarian Tuak Manis bergantung pada penyadapan nira yang berkelanjutan, diajarkan melalui workshop di Timor. Komunitas lokal mengedukasi generasi muda tentang teknik tradisional, sementara pelaku wisata memasukkan Tuak Manis dalam tur budaya, mengajak wisatawan merasakan manisnya warisan NTT. Dengan upaya ini, Tuak Manis tetap menjadi kebanggaan.

Yuk, coba minuman khas NTT langsung dari tempat asalnya dan lengkapi perjalananmu dengan tur di NTT, beli tiketnya di Traveloka!

Mengapa Minuman Khas NTT Penting untuk Dilestarikan?

Minuman khas NTT bukan sekadar pelepas dahaga, tetapi juga warisan budaya yang menyimpan cerita, nilai, dan identitas masyarakat. Di tengah globalisasi, tantangan seperti pergeseran gaya hidup dan kurangnya minat generasi muda mengancam kelestarian minuman ini. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan melalui:

Upaya pelestarian minuman khas Nusa Tenggara Timur dilakukan melalui berbagai cara yang melibatkan kolaborasi antara komunitas, pemerintah, dan pelaku usaha lokal. Festival dan promosi wisata seperti Festival Komodo dan Festival Kopi Flores menjadi ajang penting untuk memperkenalkan minuman lokal kepada wisatawan, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Di sisi lain, pendidikan dan pelatihan juga memainkan peran krusial. Generasi muda diajarkan teknik pembuatan tradisional, mulai dari cara pengambilan nira dari pohon lontar hingga proses budidaya kopi organik yang ramah lingkungan. Inovasi dalam pengemasan pun turut mendukung pelestarian ini.

Produk seperti susu jagung dan brem kini dikemas secara modern, memudahkan distribusi ke pasar yang lebih luas tanpa mengorbankan cita rasa asli. Tak kalah penting, konservasi alam juga menjadi bagian dari upaya pelestarian, seperti perlindungan terhadap pohon lontar dan pengelolaan kebun kopi organik. Langkah ini memastikan ketersediaan bahan baku jangka panjang sekaligus mendukung keberlanjutan tradisi minuman khas NTT.

Minuman khas NTT adalah perpaduan rasa, budaya, dan kearifan lokal yang patut dirayakan. Dari moke yang menghangatkan hingga tuak manis yang menyegarkan, setiap teguk membawa cerita tentang kebersamaan dan hubungan manusia dengan alam. Rencanakan perjalanan Anda ke NTT, cicipi minuman ini di tempat asalnya, dan dukung pelestariannya dengan membawa pulang oleh-oleh lokal. Yuk, jelajahi kekayaan kuliner NTT dan bawa pulang kenangan manis bersama Traveloka!

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan