Bahasa Ngapak yang Dipakai Di Jawa, Seperti Apa Contohnya?

Travel Bestie
08 Oct 2024 - 6 min read

Bahasa Ngapak adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang biasa digunakan di daerah barat Jawa Tengah, terutama di wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen, atau yang sering disebut Barlingmascakeb.

Dialek ini punya beberapa ciri khas yang bikin beda dari dialek Jawa lainnya (dialek Yogya-Solo). Salah satu ciri utamanya adalah pengucapan vokal “o” yang jadi “a”, misalnya kata “ngopo” jadi “ngapa.” Hal ini bikin logat Ngapak terdengar lebih tegas dan berbeda.

Selain itu, penutur bahasa Ngapak juga dikenal dengan gaya bicaranya yang langsung dan tanpa basa-basi atau yang sering disebut “ceplas-ceplos” dan “apa adanya.” Ada juga beberapa kosakata yang berbeda, termasuk istilah khas seperti "kencot" yang artinya "lapar" yang cuma ada dalam bahasa Ngapak.

Dialek ini bukan cuma soal bahasa, tapi juga bagian dari identitas masyarakat di sana. Dalam artikel ini, kita akan lihat lebih dalam kenapa disebut bahasa Ngapak dan bagaimana contoh-contoh penggunaannya di Jawa.

Alasan Di Balik Penamaan Bahasa Ngapak

Pengistilahan "bahasa Ngapak" muncul karena ciri khas cara pengucapannya yang tegas, terutama pada konsonan "k." Misalnya saja, kata "apa" diucapkan jadi "apak" dengan bunyi "k" yang jelas, berbeda dengan dialek Jawa lain, seperti di Yogya-Solo, di mana bunyi "k" di akhir kata sering dihilangkan sehingga terdengar lebih lembut yang menjadi "apa'." Kesan pengucapan yang tegas inilah yang membuat dialek ini disebut "ngapak-ngapak."

Selain itu, bahasa Ngapak juga dikenal dengan dominasi vokal "a" dibandingkan vokal "o" yang lebih sering digunakan di daerah lain. Contohnya saja, di Ngapak, kata "ngopo" diucapkan jadi "ngapa." Perbedaan pengucapan ini membuat bahasa Ngapak terdengar lebih lugas dan khas.

Menariknya, orang yang menggunakan Bahasa Ngapak sering disebut ‘adoh ratu cedhak watu,’ yang berarti mereka tinggal jauh dari pusat kerajaan, baik secara geografis maupun kultural. Karena jarak yang jauh dari pusat budaya Jawa di Yogyakarta dan Surakarta, pengaruh bahasa kerajaan yang lebih halus tidak banyak masuk ke daerah Banyumas dan Kedu.

Dari sudut pandang linguistik, ngapak sebenarnya merupakan salah satu bentuk bahasa Jawa Ngoko, yaitu bentuk bahasa yang lebih santai dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dibandingkan dengan dialek Yogya-Solo yang lebih halus dan banyak menggunakan bahasa krama (bahasa yang lebih sopan), bahasa Ngapak lebih sederhana dan to the point tanpa banyak basa-basi.

Perbedaan utama antara bahasa Ngapak dan dialek Jawa lain juga bisa dilihat dari cara pengucapan huruf-huruf, seperti "h," "d," "g," "b," dan "k," yang dalam Bahasa Ngapak diucapkan dengan lebih jelas dan tegas. Hal ini bukan hanya membedakan cara berbicara, tapi juga mencerminkan budaya masyarakat yang bangga dengan identitas lokal mereka meski jauh dari pengaruh kerajaan.

Contoh Bahasa Ngapak yang Dituturkan Di Jawa

Bahasa Ngapak, yang sering muncul di daerah seperti Banyumas, Cilacap, Tegal, dan Purbalingga, digunakan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari.

Terdapat banyak kosakata unik yang membuat Bahasa Ngapak terasa khas. Beberapa contoh perbedaan antara Bahasa Ngapak dan dialek Jawa:

Kata "apa" Ngapak: Apa (dengan "a" terbuka di akhir) Jawa Halus: Apo'
Kata "kemana" Ngapak: Kamana Jawa Halus: Ngendi
Kata "tidak" Ngapak: Ora Jawa Halus: Boten
Kata "bagaimana" Ngapak: Kaya apa Jawa Halus: Kados pundi

Selain itu, ada banyak istilah dalam Bahasa Ngapak yang sering digunakan, seperti:

1.
Abab: tiupan napas
2.
Aben: setiap, setiap kali
3.
Adhul/Madhul: tidak rapi, berantakan
4.
Amoh: lunak, rapuh, empuk
5.
Andon: numpang sebentar
6.
Ayid: licin berlendir
7.
Ayuh: ayo, mari
8.
Bada-budu: menggerutu, mengomel, marah-marah
9.
Balela/Mbalela: membelot, menentang perintah
10.
Bancik: tumpu
11.
Barat: angin, badai
12.
Basa anu/Basanu: jangan-jangan
13.
Batir: teman
14.
Blaketaket: enak sekali, penuh citarasa
15.
Bledhug: bakar
16.
Bodin: singkong, ubi kayu
17.
Borot: bocor
18.
Bunek: pikiran kusut, kalut
19.
Cal-cul: mudah melepas sesuatu
20.
Cengklungen: rasa bosan karena telah lama menunggu
21.
Cindhek: pendek
22.
Ciwek: cengeng
23.
Clamit: suka meminta
24.
Cok/Cokane: kadang-kadang, biasa
25.
Cunong: dahi yang menonjol
26.
Deleng/Ndeleng: melihat
27.
Dénéng: mengapa, kok
28.
Dhéla: bentar
29.
Dhénéng: ternyata
30.
Dhong: kadang, waktu, giliran, ketika
31.
Dhongol: muncul
32.
Dleser: agak miring
33.
Dopok: bual
34.
Eman: sayang
35.
Endhong: datang, kunjung
36.
Entong: habis
37.
Esog: taruh
38.
Esot: lepas
39.
Ewuh: rasa tidak enak, serba salah
40.
Gadhil: taring
41.
Gadug: sampai
42.
Gambléh: menggantung, lepas dari bingkai
43.
Gamblok: menumpang
44.
Gari: tinggal
45.
Gedobos: bual
46.
Gembéléng: bersikap sombong
47.
Genah: memang, jelas
48.
Golét: mencari
49.
Gésék: ikan asin
50.
Gigu: perasaan jijik
51.
Giri-giri: tergesa, terburu-guru
52.
Gisik: pantai
53.
Goroh: bohong
54.
Grathil: suka iseng, tangan usil
55.
Guder: oles, lumur
56.
Hajat: perlu, kepentingan
57.
Hawa: cuaca, udara
58.
Hum: disepakati banyak orang
59.
Idek: injak
60.
Idhep: merasa, berperasaan
61.
Inkup/Mingkup: kuncup
62.
Ineb: tutup
63.
Ingkrig: jalan terus tanpa menggubris
64.
Inthil: ikut ke mana pun pergi
65.
Inyong: saya
66.
Ithir: mengalir kecil
67.
Janggar: bunga yang tidak jadi buah, tidak menikah tua
68.
Janggleng: berdiri
69.
Japluk: cemberut
70.
Jebes/Kejebes: basah
71.
Jebod: rusak berat, habis-habisan
72.
Jengat: cuat, mencuat
73.
Jengkok: kursi kecil tanpa sandaran punggung
74.
Jobin: ubin, batu lantai yang dicetak persegi
75.
Jujag: nakal
76.
Kalingané: terbukti, ternyata
77.
Kambi: sekalian, dengan
78.
Kaplak: tua (kasar)
79.
Kasab: mencari nafkah, bekerja
80.
Kayong: agaknya
81.
Krowak: hilang sebagian
82.
Layah: cobek besar terbuat dari tembikar
83.
Lengob: pandir, tolol
84.
Lethek: lusuh, kotor, keruh
85.
Liron: barang pengganti
86.
Longan: bawah tempat tidur, kolong
87.
Mangas-maangas: panas hati
88.
Mémé: menjemur
89.
Mirasa: ada rasanya, enak, sedap
90.
Mrengkel: menjadi keras
91.
Muwur: menanam biji pada ceruk yang disediakan, suap kepada pemilih di sebuah pemilihan dari calon
92.
Naming: tetapi, hanya
93.
Ngampar: rendah
94.
Njeketet: menggigil karena takut
95.
Ngromyang: mengingau, meracau, bicara tanpa sadar
96.
Nyap-nyap: berbicara cepat dan sekenanya
97.
Olah: masak
98.
Oni: bunyi
99.
Owel: berat hati
100.
Owor: bersikeras minta bagian
101.
Oyot/Ngoyot: raut, meraut
102.
Pamah: kunyah
103.
Pédahé: mentang-mentang
104.
Pingkel: tertawa berkepanjangan
105.
Pothél: patah, tanggal
106.
Pulung: mangsa, kepastian
107.
Rayat: pembantu rumah tangga, orang suruhan
108.
Réyok: raup
109.
Rika: Anda (panggilan kepada mereka yang lebih tua)
110.
Royal: main perempuan
111.
Rungseb: kacau, gaduh
112.
Santlap: teguran keras
113.
Sekang: asal, dari
114.
Singsot: siul, bersiul
115.
Sorog: kunci
116.
Sumeng: sakit, meriang, panas
117.
Tari/Tarén: minta persetujuan
118.
Tégé: sayur bening
119.
Tilas: bekas
120.
Toh/Totoh: taruhan, bertaruh
121.
Tuk: lewat, melalui
122.
Ucul: lepas
123.
Udhar: lepas, terurai
124.
Ujar: ucap, kata
125.
Umpet: sembunyi
126.
Uying-uyingen: kurus menahun
127.
Watek: watak manusia
128.
Wluku: bajak, alat pembajak sawah
129.
Yag-yagan: berjalan di luar jalur
130.
Yuh: kata ajakan ayo, mari

Percakapan Bahasa Ngapak dan Artinya

Bahasa Ngapak terasa khas dan unik. Di bawah ini, beberapa contoh percakapan yang menggambarkan interaksi dalam bahasa Ngapak beserta artinya dalam bahasa Indonesia.

Contoh Percakapan 1: Menyapa Teman

Ngapak: "Ayuh, dhéla! Kowe wis mangan durung?"
Artinya: "Ayo, sebentar! Sudah makan belum?"

Dalam percakapan ini, istilah "Ayuh, dhéla!" digunakan untuk mengajak berbicara lebih dekat atau langsung, sedangkan "Kowe wis mangan durung?" menanyakan apakah teman sudah makan.

Contoh Percakapan 2: Menanyakan Kabar

Ngapak: "Gimana kabarmu, Blaketaket?"
Artinya: "Bagaimana kabarmu, enak sekali?"

Ungkapan ini menunjukkan bahwa pembicara merasakan kelezatan atau kebaikan dari kabar teman, menciptakan suasana yang akrab dan hangat.

Contoh Percakapan 3: Mengajak Berkumpul

Ngapak: "Kambi, kita ngumpul bareng di rumahku sore iki."
Artinya: "Sekalian, kita kumpul bersama di rumahku sore ini."

Ajakan ini menunjukkan keinginan untuk berkumpul, di mana "Kambi" berarti "sekalian" dan "ngumpul bareng" menggambarkan aktivitas berkumpul yang dilakukan bersama.

Contoh Percakapan 4: Meminta Pendapat

Ngapak: "Dénéng, menurutmu, apik ora rencana iki?"
Artinya: "Mengapa, menurutmu, apakah rencana ini baik?"

Di sini, "Dénéng" berfungsi untuk meminta pendapat tentang suatu rencana, mencerminkan keterlibatan dalam diskusi.

Contoh Percakapan 5: Mengeluh

Ngapak: "Ngomel terus, ojo nganti Bada-budu!"
Artinya: "Jangan menggerutu terus, sampai marah!"

Percakapan ini menggambarkan frustasi, di mana "Ngomel terus" menunjukkan keluhan yang berulang.

Contoh Percakapan 6: Dialog Tamu dan Tuan Rumah

Tamu: "Kulanuwun, mangga."
Artinya: "Permisi, silakan."

Tamu meminta izin untuk masuk, dan tuan rumah merespons dengan ramah.

Tamu: "Apa bener kiye umahe Budi?"
Artinya: "Apa benar ini rumah Budi?"

Tamu menanyakan keabsahan rumah tersebut.

Tuan rumah: "Iya, kiye nyong, rika sih sapa ya?"
Artinya: "Iya ini saya, kamu sih siapa ya?"

Tuan rumah mengonfirmasi identitas dan menanyakan siapa tamu tersebut.

Tamu: "Nyong kongkonane Pak Rusdi, jere ken nagih utang ming rika."
Artinya: "Saya suruhannya Pak Rusdi, katanya suruh nagih utang sama kamu."

Tamu menjelaskan maksud kedatangannya.

Tuan rumah: "Ealah, mbokan sih arep aweh duit, malah nagih utang, wis lunga nganah lah, nyong lagi ra due duwit."
Artinya: "Ealah, kirain mau ngasih duit, malah nagih utang, dah pergi sana, aku lagi gak punya duit."

Tuan rumah merasa kesal, mengira tamu akan memberi uang, tetapi justru datang untuk menagih utang.

Pernyataan penutup: "Hahaha, nerima tamu malah tamunya mau nagih utang, apes bener nih yang punya rumah."
Artinya: "Hahaha, menerima tamu malah tamunya mau nagih utang, benar-benar sial bagi tuan rumah."

Contoh Percakapan 7: Menanyakan Hasil Lamaran Kerja

Nida: "Mbekayu, rika wis krungu kabare lamaran kerjane rika urung?"
Artinya: "Mbak, kamu sudah denger lamaran kerjamu belum?"

Dalam percakapan ini, Nida menanyakan kepada Dewi tentang hasil lamaran kerjanya.

Dewi: "Urung loh da, ko wis krungu urung?"
Artinya: "Belum loh da, kamu sudah denger belum?"

Dewi menjawab bahwa dia belum mendapatkan kabar.

Nida: "Nyong mau ndeleng neng internet, langka jenenge rika lho."
Artinya: "Aku tadi lihat internet, gak ada nama kamu lho."

Nida menjelaskan bahwa dia tidak menemukan nama Dewi di internet.

Dewi: "Jane sih nyong wis mbatin, wong wingi pas wawancara ra teyeng ngomong."
Artinya: "Sebenarnya sih aku sudah berprasangka, orang kemarin pas wawancara gak bisa ngomong."

Dewi mengungkapkan perasaannya yang pesimis setelah wawancara.

Nida: "Oh kaya kue, ya sing sabar ya mbekayu, tolih mengko ana maning lowongane."
Artinya: "Oh kaya gitu, yang sabar ya mba, kan nanti ada lagi lowongannya."

Nida memberi semangat agar Dewi bersabar dan percaya bahwa akan ada kesempatan lain.

Dewi: "Iya da, moga-moga."
Artinya: "Iya da, mudah-mudahan."

Dewi menanggapi dengan harapan untuk mendapatkan pekerjaan di lain waktu.

Pernyataan penutup: "Gimana, sedih kan kalau lamaran kerjaannya gak diterima?"
Artinya: "Bagaimana, sedih kan kalau lamaran kerjanya tidak diterima?"

Percakapan ini menggambarkan momen emosional ketika seseorang merasa kecewa karena tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Begitu menariknya bahasa ngapak mendorong rasa penasaran banyak orang untuk mendengarnya langsung dari penuturnya di daerah bahasa ini berasal. Jika kamu adalah salah satunya yang penasaran dan ingin traveling ke daerah bahasa ngapak, persiapkan akomodasi dan transportasimu di Traveloka, mulai dari hotel hingga tiket pesawat, dengan harga terbaik.Temukan juga pilihan tiket atraksi di daerah tujuan lewat Traveloka. Gunakan segera promo menarik dari Traveloka selama persediaan masih ada!

Jeep Gunung Telomoyo Magelang - Jawa Tengah

Jalan Malioboro

Rp 550.000

Discover flight with Traveloka

Sat, 7 Jun 2025

Citilink

Surabaya (SUB) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 892.700

Tue, 27 May 2025

Citilink

Palembang (PLM) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 892.800

Fri, 6 Jun 2025

Citilink

Bali / Denpasar (DPS) ke Jakarta (HLP)

Mulai dari Rp 1.169.700

Dalam Artikel Ini

• Alasan Di Balik Penamaan Bahasa Ngapak
• Contoh Bahasa Ngapak yang Dituturkan Di Jawa
• Percakapan Bahasa Ngapak dan Artinya
• Contoh Percakapan 1: Menyapa Teman
• Contoh Percakapan 2: Menanyakan Kabar
• Contoh Percakapan 3: Mengajak Berkumpul
• Contoh Percakapan 4: Meminta Pendapat
• Contoh Percakapan 5: Mengeluh
• Contoh Percakapan 6: Dialog Tamu dan Tuan Rumah
• Contoh Percakapan 7: Menanyakan Hasil Lamaran Kerja

Penerbangan yang Ditampilkan dalam Artikel Ini

Sat, 7 Jun 2025
Citilink
Surabaya (SUB) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 892.700
Pesan Sekarang
Tue, 27 May 2025
Citilink
Palembang (PLM) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 892.800
Pesan Sekarang
Fri, 6 Jun 2025
Citilink
Bali / Denpasar (DPS) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 1.169.700
Pesan Sekarang
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan