Bali, sebuah pulau yang selalu menjadi magnet bagi wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Nama-nama seperti Kuta, Seminyak, atau Uluwatu sudah sangat familiar, dikenal dengan pantainya yang ramai dan sunset yang memukau. Namun, di balik hiruk pikuknya, Bali menyimpan sebuah permata tersembunyi yang menawarkan pengalaman berbeda: Desa Penglipuran.
Desa ini tidak hanya terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, tetapi juga sebagai gerbang menuju sebuah keajaiban alam yang menakjubkan, yaitu Hutan Bambu Penglipuran. Artikel ini akan mengajak kamu menyelami pesona magis hutan bambu ini, menelusuri setiap sudutnya, dan memahami mengapa ia menjadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Bali. Siapkan dirimu untuk merasakan ketenangan sejati, jauh dari keramaian dan bisingnya kota.
BACA JUGA: Apa Itu Melukat, Ritual Adat di Bali?
Sebelum sampai di hutan bambu, kamu akan lebih dulu melewati Desa Penglipuran, sebuah desa adat yang arsitekturnya sangat unik. Desa ini berlokasi di Kabupaten Bangli, dan namanya berasal dari kata Penglipuran yang berarti "tempat untuk melipur lara" atau "tempat untuk menyembuhkan kesedihan". Nama ini sungguh pas, mengingat suasana desa yang sangat tenang dan menyejukkan hati.
Desa Penglipuran memiliki tata ruang yang sangat teratur. Rumah-rumah penduduk dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Bali yang khas, terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu dan kayu. Setiap rumah memiliki gerbang yang seragam, berjejer rapi di sepanjang jalan utama yang menanjak. Desa ini juga bebas dari kendaraan bermotor, membuatmu bisa berjalan santai sambil menikmati keindahan di setiap sudut. Kebersihannya yang luar biasa membuat siapa pun yang datang merasa kagum. Tidak ada sampah yang berserakan, dan halaman setiap rumah selalu tertata rapi. Ini adalah cerminan dari filosofi hidup masyarakatnya yang memegang teguh tradisi.
Keteraturan dan kebersihan Desa Penglipuran tidak lepas dari filosofi Tri Hita Karana, sebuah konsep hidup masyarakat Bali yang berarti tiga penyebab kebahagiaan. Filosofi ini mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan). Masyarakat desa ini mempraktikkan filosofi ini dengan sangat baik. Mereka menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan melalui ritual keagamaan, menjaga tali silaturahmi yang erat, dan tentu saja, menjaga kelestarian alam, yang salah satunya terwujud dalam Hutan Bambu Penglipuran.
Mon, 13 Oct 2025
AirAsia Indonesia
Jakarta (CGK) ke Bali / Denpasar (DPS)
Mulai dari Rp 744.000
Sat, 25 Oct 2025
Sriwijaya Air
Jakarta (CGK) ke Bali / Denpasar (DPS)
Mulai dari Rp 783.300
Mon, 6 Oct 2025
Lion Air
Jakarta (CGK) ke Bali / Denpasar (DPS)
Mulai dari Rp 899.400
Setelah melewati pemukiman penduduk, kamu akan tiba di pintu masuk Hutan Bambu Penglipuran. Hutan ini menutupi area seluas sekitar 45 hektar, menjadi paru-paru utama desa dan salah satu ikon terpentingnya. Begitu melangkah masuk, kamu akan langsung merasakan perubahan suasana yang drastis.
Udara di dalam hutan bambu terasa jauh lebih sejuk dan segar. Sinar matahari hanya bisa menembus sesekali melalui celah-celah dedaunan bambu yang rapat, menciptakan efek cahaya yang dramatis dan fotogenik. Suara-suara alam seperti gesekan batang bambu yang tertiup angin akan menjadi melodi yang menenangkan. Pohon-pohon bambu raksasa menjulang tinggi, seolah membentuk sebuah kanopi hijau yang melindungi dari dunia luar. Suasana ini sangat berbeda dari hutan pada umumnya, di mana kamu akan merasakan sebuah ketenangan yang magis dan tak terlupakan.
Hutan Bambu Penglipuran bukan sekadar tempat wisata, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa. Sekitar 40% dari total area desa adalah hutan bambu ini. Selain berfungsi sebagai area resapan air dan penjaga ekosistem, hutan ini juga menjadi sumber bahan baku bagi penduduk. Mereka menggunakan bambu untuk membangun rumah, membuat kerajinan tangan, hingga alat-alat rumah tangga. Pengelolaan hutan bambu ini dilakukan secara tradisional dan lestari, memastikan bahwa sumber daya alam tidak habis dan warisan ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Bagi masyarakat Penglipuran, hutan bambu juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Ia dianggap sebagai area suci yang dilindungi, dan ada larangan untuk merusak atau menebang pohon bambu sembarangan. Aturan adat yang kuat menjaga kelestarian hutan ini, menjadikannya salah satu contoh terbaik dari kearifan lokal dalam menjaga lingkungan.
Kunjungan ke hutan bambu penglipuran akan terasa kurang lengkap tanpa mencoba berbagai aktivitas seru di dalamnya.
Jalur setapak di dalam hutan bambu sangat cocok untuk trekking santai. Jalannya yang tidak terlalu sulit memungkinkan semua orang untuk menjelajah. Setiap langkahmu akan memberikan pemandangan yang berbeda dan menakjubkan. Hutan Bambu Penglipuran adalah surga bagi para fotografer. Efek cahaya yang unik, formasi bambu yang artistik, dan suasana mistis akan menghasilkan foto-foto yang luar biasa.
Luangkan waktu sejenak untuk berhenti berjalan, duduk, dan nikmati keheningan yang ditawarkan hutan ini. Dengarkan suara alam, rasakan sejuknya udara, dan biarkan dirimu terhanyut dalam ketenangan. Ini adalah terapi terbaik untuk melepaskan penat dari rutinitas harian.
Setelah puas menjelajahi hutan bambu, kembalilah ke desa. Berinteraksilah dengan penduduk setempat. Mereka sangat ramah dan terbuka. Kamu bisa melihat langsung bagaimana mereka membuat kerajinan, memasak makanan tradisional, atau sekadar berbincang-bincang tentang kehidupan mereka. Ini adalah kesempatan emas untuk belajar tentang budaya Bali yang otentik.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner khas Desa Penglipuran. Salah satu yang paling terkenal adalah Loloh Cemcem, sebuah minuman tradisional yang terbuat dari daun cemcem (sejenis daun rambutan). Minuman ini memiliki rasa asam manis yang segar dan dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan. Selain itu, ada juga berbagai camilan tradisional yang dijual di warung-warung kecil di sepanjang jalan desa.
Bagi kamu yang tinggal di luar Bali, tidak perlu khawatir soal akomodasi dan transportasi. Merencanakan perjalanan ke Bali kini sangat mudah. Kamu bisa mencari tiket pesawat atau setibanya di Bali atau pesan hotel yang nyaman dan strategis. Atau, kalau kamu lebih suka perjalanan darat, tiket bus dan shuttle juga bisa jadi pilihan. Jangan lupa, berbagai tiket atraksi dan wisata menarik di Bali juga siap menanti untuk melengkapi liburanmu. Semua bisa diakses dari satu tempat, jadi kamu tidak perlu repot.
Agar kunjunganmu ke Hutan Bambu Penglipuran berjalan lancar dan menyenangkan, berikut beberapa panduan dan tips yang bisa kamu ikuti.
Hutan Bambu Penglipuran terletak di Desa Adat Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Jaraknya sekitar 45 km dari Denpasar. Jika kamu berangkat dari Kuta atau Seminyak, perjalanan akan memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam, tergantung kondisi lalu lintas. Kamu bisa menggunakan kendaraan sewa, taksi online, atau bergabung dengan tur wisata.
Harga tiket masuk ke Desa Penglipuran (termasuk akses ke hutan bambu) adalah sekitar Rp25.000 per orang untuk wisatawan domestik dan Rp30.000 untuk wisatawan mancanegara. Jam operasionalnya biasanya dari pagi hingga sore hari. Sebaiknya datang di pagi hari untuk menghindari keramaian dan teriknya matahari.
Di area desa dan sekitar hutan bambu, sudah tersedia fasilitas yang memadai. Ada area parkir yang luas, toilet umum yang bersih, dan banyak warung yang menjual makanan, minuman, serta suvenir khas.
Hutan Bambu Penglipuran adalah lebih dari sekadar objek wisata. Ia adalah sebuah monumen hidup yang merefleksikan harmoni antara manusia dan alam. Kunjungan ke tempat ini akan memberikanmu pelajaran berharga tentang kearifan lokal, pentingnya menjaga lingkungan, dan indahnya hidup yang sederhana. Jadi, saat kamu punya waktu luang dan ingin mencari pengalaman yang autentik dan menenangkan di Bali, jangan ragu untuk datang ke Hutan Bambu Penglipuran. Rasakan sendiri pesona magisnya dan bawa pulang kenangan yang tak terlupakan.