Bandung, kota yang dikenal dengan julukan Paris van Java, tak hanya mempesona dengan kafe-kafe modern atau butik-butik trendinya. Di balik gemerlapnya, tersimpan sebuah kisah epik yang nyaris terlupakan, yaitu tentang Stasiun Radio Malabar. Berada di ketinggian perbukitan Pengalengan, stasiun ini bukan sekadar bangunan tua, melainkan sebuah mahakarya teknologi komunikasi yang pernah menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Artikel ini akan mengajak kamu menelusuri jejak-jejak kejayaan Stasiun Radio Malabar, sebuah peninggalan bersejarah yang kini seolah tersembunyi di balik kabut tebal dan rimbunnya hutan pinus. Yuk kita ungkap sejarah dan pesona di balik stasiun radio legendaris ini!
BACA JUGA: 5 Mall Dekat Stasiun Bandung
Pada awal abad ke-20, komunikasi nirkabel adalah sebuah terobosan revolusioner. Pemerintah Hindia Belanda sangat menyadari pentingnya teknologi ini untuk menghubungkan koloni mereka yang luas dengan Belanda. Namun, tantangan geografis berupa jarak ribuan kilometer dan lautan luas membuat sinyal radio sulit menembus. Solusinya, mereka membutuhkan stasiun pemancar super kuat.
Lokasi yang dipilih adalah perbukitan Malabar, Pengalengan, Bandung. Ketinggiannya yang mencapai 1.600 meter di atas permukaan laut dan kondisi geografisnya yang ideal, dikelilingi perbukitan, memungkinkan sinyal radio merambat dengan lebih baik. Pembangunan dimulai pada tahun 1917, sebuah proyek ambisius yang melibatkan ribuan pekerja dan insinyur terbaik.
Stasiun ini dirancang oleh seorang insinyur jenius bernama Cornelis E. van der Heijden. Stasiun Radio Malabar dibangun dengan teknologi pemancar busur (arc-transmitter) Poulsen, yang saat itu merupakan teknologi paling canggih. Bagian paling mencengangkan adalah rentang kabel antena yang membentang di antara dua lembah, sepanjang 2 kilometer. Kabel-kabel baja raksasa ini digantung pada tiang-tiang setinggi 120 meter yang terbuat dari kayu jati, menciptakan pemandangan yang sangat spektakuler.
Pada tanggal 5 Mei 1923, Stasiun Radio Malabar mencetak sejarah gemilang dalam dunia komunikasi. Untuk pertama kalinya, sinyal radio yang dipancarkan dari Hindia Belanda berhasil diterima dengan jelas di Belanda, menandai terobosan teknologi yang luar biasa pada zamannya. Pesan telegraf yang dikirimkan pun sederhana namun sarat makna: 'Hallo Bandoeng, hier is de Radio Malabar' (Halo Bandung, ini Radio Malabar). Keberhasilan monumental ini tidak hanya menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan komunikasi di Indonesia, tetapi juga membuktikan kehebatan dan kemajuan teknologi yang berhasil dibangun di tanah Hindia Belanda, membuka jalan bagi konektivitas global yang lebih luas.
Fri, 3 Oct 2025
Susi Air
Jakarta (HLP) ke Bandung (BDO)
Mulai dari Rp 731.000
Setelah beroperasi penuh, Stasiun Radio Malabar menjadi pusat komunikasi vital. Stasiun ini tidak hanya melayani komunikasi antara Batavia (Jakarta) dan Amsterdam, tetapi juga menghubungkan Hindia Belanda dengan berbagai negara lain, termasuk Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. Stasiun ini berperan penting dalam berbagai aspek, mulai dari komunikasi pemerintahan, perdagangan, hingga penyiaran berita.
Stasiun Radio Malabar juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang luar biasa. Di area sekitar stasiun, dibangun perumahan untuk para staf dan insinyur, fasilitas listrik, dan bahkan jalur kereta api kecil untuk mengangkut material dan peralatan. Lingkungan ini menjelma menjadi sebuah perkampungan modern yang mandiri di tengah pegunungan, lengkap dengan segala kebutuhan dasar. Stasiun ini menjadi bukti betapa pentingnya peran komunikasi bagi perkembangan suatu wilayah.
Puncak kejayaan stasiun ini terjadi pada tahun 1930-an. Ia menjadi salah satu stasiun radio terbesar dan terpenting di dunia. Kehadirannya tidak hanya mempermudah urusan bisnis dan pemerintahan, tetapi juga menyatukan jarak dan waktu, membuat dunia terasa lebih dekat.
BACA JUGA: 10 Hotel dengan Sarapan Gratis di Bandung
Kejayaan Stasiun Radio Malabar tidak berlangsung selamanya. Perang Dunia II menjadi awal dari akhir kejayaannya. Saat Jepang menduduki Hindia Belanda, mereka mengambil alih stasiun ini dan menggunakannya untuk kepentingan militer. Akibatnya, stasiun ini menjadi salah satu target utama serangan Sekutu.
Pasca kemerdekaan Indonesia, stasiun ini sempat dicoba untuk dihidupkan kembali, namun kerusakan yang parah membuatnya sulit diperbaiki. Selain itu, teknologi radio terus berkembang pesat, dan teknologi pemancar busur Poulsen mulai usang. Akhirnya, pada tahun 1950-an, Stasiun Radio Malabar ditinggalkan. Sejak saat itu, bangunan-bangunan megah dan menara-menara tinggi yang menjadi simbol kejayaan masa lalu itu perlahan-lahan runtuh, dimakan usia dan kembali menyatu dengan alam.
Saat ini, yang tersisa hanyalah fondasi-fondasi bangunan, sisa-sisa tiang beton yang hancur, dan sebuah monumen kecil yang dibangun untuk mengenang kejayaannya. Hutan pinus yang rimbun kini menutupi jejak-jejak sejarah, seolah ingin menyimpan cerita itu untuk dirinya sendiri. Keindahan alam di sekitar lokasi masih memesona, namun cerita tentang stasiun radio raksasa yang pernah berdiri di sana seolah hanya menjadi dongeng yang diceritakan dari mulut ke mulut.
Bagi kamu yang tertarik mengunjungi tempat bersejarah ini, merencanakan perjalanan ke Bandung kini sangat mudah. Kamu bisa mencari tiket pesawat atau tiket kereta api dengan harga terbaik lewat aplikasi andalan. Setelah tiba di Bandung, pesanlah hotel yang dekat dengan lokasi agar lebih praktis. Atau, kalau kamu lebih suka perjalanan darat, tiket bus dan shuttle juga bisa jadi pilihan. Jangan lupa, berbagai tiket atraksi dan wisata menarik di Bandung juga siap menanti untuk melengkapi liburanmu. Semua bisa diakses dari satu tempat, jadi kamu tidak perlu repot.
Mon, 6 Oct 2025
AirAsia Indonesia
Jakarta (CGK) ke Majalengka (KJT)
Mulai dari Rp 2.253.710
Mon, 6 Oct 2025
Lion Air
Jakarta (CGK) ke Majalengka (KJT)
Mulai dari Rp 2.351.900
Sun, 19 Oct 2025
AirAsia Indonesia
Jakarta (CGK) ke Majalengka (KJT)
Mulai dari Rp 4.585.105
Meskipun kini hanya tersisa puing-puing yang sunyi dan tertutup waktu, Stasiun Radio Malabar tetap menjadi simbol penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebagai salah satu pencapaian teknologi komunikasi terbesar pada masa kolonial Belanda, situs ini menyimpan kisah kejayaan, inovasi, dan konektivitas global yang pernah dimiliki negeri ini. Ada beberapa alasan kuat mengapa kita harus terus mengenang dan melestarikan jejak bersejarah dari Stasiun Radio Malabar.
BACA JUGA: 12 Hotel dengan Fasilitas Laundry di Bandung
Stasiun ini membuktikan bahwa pada masanya, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) memiliki kemampuan teknologi yang luar biasa. Pembangunan stasiun ini tidak hanya menuntut dana besar, tetapi juga keahlian teknis yang sangat tinggi. Ia menjadi pengingat bahwa bangsa kita pernah menjadi bagian dari sejarah komunikasi dunia, sebuah fakta yang sering kali luput dari perhatian.
Stasiun Radio Malabar juga menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah. Mulai dari masa kolonial, pendudukan Jepang, hingga perjuangan kemerdekaan. Meskipun fungsinya sebagai pemancar radio telah berakhir, jejak-jejaknya menyimpan cerita tentang masa-masa sulit dan kegigihan bangsa kita.
Saat ini, lokasi Stasiun Radio Malabar menawarkan pemandangan alam yang indah. Dengan sedikit sentuhan pengembangan, tempat ini bisa menjadi destinasi wisata sejarah yang unik. Menggabungkan keindahan alam dengan edukasi sejarah, tempat ini berpotensi menarik banyak wisatawan yang haus akan cerita-cerita otentik. Puing-puing yang tersisa bisa menjadi "artefak" hidup yang menceritakan kembali kebesaran masa lalu.
Mengunjungi bekas lokasi Stasiun Radio Malabar adalah sebuah pengalaman yang unik. Kamu tidak akan menemukan bangunan utuh, tetapi kamu akan merasakan aura sejarah yang kuat. Jalan menuju lokasi memang cukup menantang, melewati perkebunan teh dan jalanan yang berliku. Namun, keindahan alam sepanjang perjalanan akan membayar semua kesulitan.
Kamu akan menemukan sisa-sisa beton dan pondasi yang masih kokoh. Di sana, kamu bisa membayangkan betapa megahnya stasiun ini dulu, dengan tiang-tiang menjulang tinggi dan kabel-kabel yang melintasi lembah. Angin sejuk pegunungan dan suara gemerisik daun pinus akan menjadi temanmu saat merenung, mencoba membayangkan bagaimana sinyal-sinyal komunikasi pertama itu melintasi lautan luas dari tempat yang kamu pijak.
Stasiun Radio Malabar mungkin kini hanya tinggal kenangan, tetapi kisahnya adalah pengingat berharga bagi kita semua. Bahwa di balik keindahan alam dan modernitas yang ada, tersimpan sejarah panjang yang membentuk kita hari ini. Mengenangnya adalah cara terbaik untuk menghargai warisan para pendahulu kita. Jadi, lain kali kamu berada di Bandung, cobalah sisihkan waktu untuk mengunjungi tempat ini, dan biarkan Stasiun Radio Malabar menceritakan kisahnya sendiri. Ini adalah perjalanan yang takkan kamu lupakan, sebuah ziarah sejarah yang otentik dan menyentuh.