Saat kamu menginjakkan kaki di Sulawesi Selatan, terutama di kota Makassar, sebaiknya siapkan satu ungkapan sederhana dari hati: “matássiró kasuada”. Bukan hanya sekadar padanan “terima kasih” dalam Bahasa Indonesia, tetapi mengandung penghormatan, kerendahan hati, dan rasa syukur yang tulus.
Frasa ini sangat kaya budaya; ia merupakan cerminan nilai sosial masyarakat Makassar yang sangat menghargai hubungan antarindividu. Mengucapkannya bukanlah basa-basi semata, melainkan simulasi sikap sopan santun yang membuatmu terasa langsung ‘diterima’ oleh masyarakat setempat—layaknya tamu yang dihormati dan disambut hangat.
Bahasa Makassar sendiri merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia, dan memiliki struktur bahasa yang kaya dan halus, terutama pada kata-kata formal seperti ucapan terima kasih. Matássiró, secara harfiah berarti “aku menerima dengan tulus,” sementara kasuada dapat diartikan “gratuitous” atau “diberikan secara cuma-cuma.”
Kedua kata inilah yang saat digabungkan menghasilkan semacam ungkapan syukur yang dalam dan menghormati. Oleh sebab itu, terdengar seperti “aku menerima pemberianmu dengan hati tulus”, sebuah nuansa jauh lebih halus ketimbang ungkapan biasa dalam percakapan sehari-hari.
Keunikan makin terasa ketika kita memahami bahwa frasa ini bisa divariasikan sesuai situasi dan hubungannya. Misalnya, “matássiró allo-pamma’tru” diungkapkan untuk guru atau tokoh dihormati, sementara “matássiró aking” dipakai untuk teman sebaya. Ragam semacam ini mempertegas bahwa masyarakat Makassar memiliki penghargaan tinggi terhadap perbedaan usia, status, dan hubungan sosial. Ungkapan ini bukan hanya etika verbal, tetapi sekaligus etiket sosial yang menegaskan posisi tiap orang dalam interaksi sehari-hari.
Kata matássiró berasal dari akar kata bahasa Makassar asir, yang berarti kasih atau pemberian, menunjukkan bahwa kata terima di sini bukan sekadar menerima secara mekanis. Sedangkan kasuada, secara harfiah bermakna “diberikan secara gratis,” menandakan bahwa apa pun yang diterima dianggap sebagai pemberian tulus tanpa pamrih.
Jika diartikan secara bebas, maka frasa ini mengandung dua makna sekaligus: rasa syukur yang mendalam dan penghormatan tulus terhadap pemberi. Filosofi inilah yang membedakan ungkapan ini dari ucapan terima kasih biasa—lebih dalam, lebih bermakna, dan sarat nilai sosial.
Karena struktur ini sudah melekat dalam budaya, masyarakat Makassar tak jarang merasa “tidak enak” atau bahkan malu jika gagal menyampaikan ucapan tersebut. Ada istilah lokal makessingi’, yaitu rasa malu etis ketika seseorang lupa membalas kebaikan atau dianggap tidak menghargai orang lain.
Dengan mengucap matássiró kasuada, kamu bukan hanya menutup interaksi dengan rapi, tetapi juga menunjukkan integritas dan empati sosial—kedua hal yang amat terhormat dalam budaya setempat.
Baca juga: 8 Rekomendasi Tempat Bersejarah di Makassar
Bahasa Makassar memiliki sistem kata ganti personal yang cukup kompleks. Ada bentuk khusus untuk lawan bicara berdasarkan usia dan sosoknya—kalau lawan bicara lebih tua, ada kata ganti khusus untuk menunjukkan penghormatan. Hal ini tercermin pula dalam bentuk penghormatan dalam ucapan terima kasih yang bisa berbeda jika ditujukan kepada guru, orang yang dihormati, atau teman sebaya.
Selain itu, honorifikanya lebih rumit dibanding Bahasa Indonesia, dan menunjukkan tingkat ketelitian sosial yang tinggi. Kemudian ada pengaruh bahasa Melayu dan Portugis yang masuk ke kosakata Makassar, warisan interaksi sejarah masa kolonial. Pengucapan “Matássiró kasuada” biasanya terdengar lembut dan penuh rasa hormat, bukan dalam nada cepat atau terburu-buru.
Dalam budaya Makassar, nilai kebersamaan (komunalitas) dan rasa saling memiliki begitu kuat. Saat seseorang mengucap “matássiró kasuada”, ia tidak hanya membalas jasa atau tanda terima, tetapi juga menegaskan ikatan kolektif dan tanggung jawab sosial masing-masing orang.
Ungkapan ini memiliki dimensi spiritual dan religius, menunjukkan bahwa apa pun bentuk interaksi adalah amanah dan dibarengi rasa syukur. Seseorang yang tidak bisa menyampaikan ungkapan tersebut dipercaya akan kehilangan “auranya” sebagai pribadi yang bersyukur—karena dalam budaya ini, rasa tanggung jawab dan penghargaan saling terkait secara etis.
Saat berada di Makassar, ada baiknya kamu mempelajari beberapa tata krama yang sederhana namun bermakna mendalam. Pertama, saat bertemu atau berpamitan dengan penduduk, selalu menunduk sedikit sambil menyapa dengan hangat.
Jika kamu menggunakan “matássiró kasuada”, lakukan dengan senyum ramah dan kontak mata singkat sebagai tanda ketulusan. Kedua, ketika berkunjung ke rumah atau tempat ibadah, lepas sandal sebelum masuk, serta jangan mengambil makanan sebelum dipersilakan. Ketiga, saat makan di warung lokal atau rumah makan sederhana, menyantap dengan tangan kanan adalah pilihan budaya yang dihargai.
Keempat, kalau berbincang dengan yang lebih tua atau dari kalangan religius, gunakan panggilan hormat seperti “Daeng” (untuk pria) atau “Eyang” (untuk wanita). Kelima, jika hendak meminta foto bersama atau dokumentasi, tanyakan dengan sopan, jangan langsung mengambil gambar tanpa izin.
Dengan menerapkan etiket sederhana dan mengucapkan matássiró kasuada di akhir percakapan, kamu akan mendapat respons hangat, senyum tulus, dan bahkan cerita sejarah setempat yang lebih banyak.
Baca juga: 7 Lagu Daerah Makassar Populer, Wajib Tahu!
Bagi kamu yang merencanakan liburan ke kota Makassar dan sekitarnya—mulai dari memesan tiket pesawat, memilih hotel dekat Pantai Losari, hingga membeli tiket atraksi wisata ke Benteng Rotterdam atau kebun teh Malino—ungkapkan rasa terima kasih dalam bahasa lokal.
Saat mendarat di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, sekalipun staf bandara sudah profesional, penggunaan matássiró kasuada akan meninggalkan kesan bahwa kamu menghargai mereka lebih dari sekadar pelaksana tugas. Demikian pula saat menyantap kuliner berat di rumah makan, menggunakan frasa ini dapat membuka ruang perbincangan hangat dan keramahan lebih dalam.
Thu, 17 Jul 2025
Lion Air
Jakarta (CGK) ke Makassar (UPG)
Mulai dari Rp 1.078.700
Wed, 30 Jul 2025
Lion Air
Balikpapan (BPN) ke Makassar (UPG)
Mulai dari Rp 748.400
Thu, 24 Jul 2025
Lion Air
Kendari (KDI) ke Makassar (UPG)
Mulai dari Rp 695.400
Ketika kamu sudah menyiapkan paket perjalanan komplit—terdiri dari tiket pesawat, hotel strategis di pusat kota, bus shuttle menuju perjalanan darat, hingga tiket kereta atau tur ke Toraja—selipkan niatan belajar frasa lokal semacam matássiró kasuada.
Tidak hanya ditujukan pada semua yang membantu perjalananmu, tetapi juga pada penduduk setempat yang kamu temui dalam kehidupan harian. Menggunakan bahasa lokal dan adat lokal membuat perjalananmu terasa seperti rumah ke-2, bukan sekadar tur singkat.
Indonesia
One Day Tour Makassar
Mariso
Rp 468.000
Bahasa memang jembatan budaya. Dengan belajar dan menggunakan frasa terima kasih dalam bahasa Makassar, perjalananmu tidak hanya meninggalkan gambar indah, tetapi juga cerita persahabatan, kehangatan interaksi antarmanusia, dan lapisan makna budaya. Seperti doa kecil, satu kata sederhana bisa membuka pintu keramahan dan membuatmu bukan sekadar turis, tetapi juga tamu yang diterima dengan hati.
Indonesia
Gammara Hotel Makassar
•
8.5/10
Mariso
Rp 819.199
Rp 614.399
Mengunyah nasi putih hangat di rumah makan lokal Makassar mungkin tidak serumit saat menyusun itinerary. Namun, ketika kamu menutup pertemuan dengan frasa matássiró kasuada, kamu sudah melakukan penghormatan yang lebih besar daripada sekadar menghabiskan paket wisata.
Itu menunjukkan bahwa kamu meresapi nilai budaya, menghargai orang-orang yang kamu temui, serta menghormati warisan bahasa leluhur. Yuk, pesan tiket pesawat, tiket kereta api, tiket bus, hingga hotel hanya dengan satu aplikasi. Nikmati mudahnya liburan dengan Traveloka! Selamat mendalami bahasa dan budaya Makassar, dan semoga perjalananmu jadi kenangan manis dengan sejuta pelajaran budaya!