Stasiun Tangerang

Fakta Menarik Stasiun KRL Tangerang

1. Tidak Sengaja Dibangun

Lokasi Stasiun Tangerang tidak begitu mencolok karena bagian depannya dipadati oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi. Pembangunannya juga tidak disengaja karena pada awalnya hanya akan dibangun jalur lintas barat Batavia hingga ke Anyer.

Kemudian perusahaan kereta api Belanda bernama Staatsspoorwegen (SS) melanjutkan pembangunan jalur persimpangan dari Duri ke Tangerang. Jalur susulan sepanjang 19 km ini kemudian diresmikan pada 2 Januari 1899 dan disusul beberapa stasiun atau halte lain.

2. Pernah Mengangkut Topi Bambu yang Mendunia

Semasa awal beroperasi, Stasiun Tangerang tidak hanya digunakan sebagai tempat naik-turun penumpang tetapi juga barang. Terdapat aneka barang yang melintasi stasiun ini seperti hasil pertanian karena lokasinya yang berada di daerah Karesidenan Batavia. Tanah di daerah tersebut banyak dikuasai oleh orang Cina yang ditanami padi, ketela, dan lainnya.

Selain hasil pertanian, ada pula kerajinan tangan dari hasil pekerjaan rumah tangga atau industri kecil. Salah satu hasil karya yang paling banyak dikerjakan adalah topi dari bambu yang dikenal sebagai Topi Tangerang. 

Topi Tangerang begitu populer pada tahun 1913 dengan angka produksi lebih dari 5 juta buah dengan harga satuannya 26 sen. Model dan bahannya unik membuat produk ini diborong oleh orang Cina dan Eropa dengan dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Sempat Lumpuh Beberapa Tahun Pasca Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak lantas membuat masyarakat hidup tenang. Keamanan di beberapa daerah termasuk Tangerang juga masih belum stabil karena terdapat pasukan Jepang dan ancaman dari Sekutu.

Masuknya sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia membuat pertempuran kembali meletus dan merusak berbagai sarana dan prasarana. Rel, wesel, dan alat-alat sinyal di stasiun rusak sehingga hubungan kereta Jakarta-Tangerang sempat terputus. 

Kemudian pasca pengakuan kedaulatan Belanda tahun 1949, pemerintah kembali berbenah dan melakukan upaya rehabilitasi perkeretaapian yang sempat hancur. DKA (saat ini KAI) mulai melakukan perbaikan dan pada tahun 1954 DKA melakukan penentuan klasifikasi stasiun.

Stasiun Lainnya