Cerita di Carita jam 20:30 an tiba di hotel, hotel Kondominium Carita Selatan parkiran penuh, saya sampai mutar keluar masuk untuk cari parkiran yang kosong setelah menurunkan keluarga dan barang-barang, setelah dapat parkir saya dikasih info sama petugas hotel, Pak ada fenomena Krakatau jarang jarang terjadi bisa dilihat dari pantai, dalam hati. Wah seru nih, langsung aku naik lantai 2 (3 plus dasar) lalu cek keluarga lagi beres-beres barang di kamar masing-masing, setelah itu saya ajak anak-anak untuk turun ke bawah daripada main HP saja di kamar, siapa tahu ada pemandangan bagus di bawah, dan ternyata istri dan si kecil tertarik juga untuk ikut jam 21:00 an lewat kita turun, sampai pantai ternyata gelap gulita, penampakan Krakatau tidak ada, lalu istri dan anakku saya ajak untuk jalan bermaksud cari jagung bakar. Anakku nomor 2 karena takut suara ombak balik lagi ke kamar (hal ini paling aku syukuri kemudian), baru beberapa langkah tiba-tiba ombak cukup besar datang. Saya sudah mulai tidak enak, dan celana pun pada basah (padahal jarak bibir pantai masih lumayan dan rada dalam) akhirnya saya putuskan ajak kembali ke kamar, saat perjalanan kembali ke kamar, anak pertama saya cukup penasaran dan kembali melihat keadaan, karena hati dan pikiran saya sudah tidak enak, saya panggil terus anak pertamaku untuk kembali ke kamar. Dan untungnya mau mendengarkan dan mengikuti aku, masuk ke lorong menuju tangga, baru beberapa langkah luapan air ombak cukup kuat dan keras membuatku terjatuh dan tersungkur. Terbawa arus (dalam hati yang terpikirkan adalah anakku yang kecil yang baru 11 bulan bersama ibunya), di titik ini saya sadar betul betapa lemahnya diriku yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong keluargaku. Bahkan menolong diri sendiri pun tak sanggup, hanya bisa pasrah ikut arus air mengalir, ternyata kami tersapu sampai parkiran depan hotel karena bangunan kondominium dan parkiran depan menurun, ada tangga kecil masuk kondominium. Ketika air surut kita tidak ikut kebawa arus balik dan tertahan di area tersebut, saya berusaha untuk bangkit dan mencari si kecil dan ibunya, Alhamdulillah ternyata masih tidak jauh dariku. Si kecil masih dalam pelukan erat ibunya walaupun dalam kondisi tergeletak dan kesakitan, mungkin terbentur dinding atau tangga. Segera saya ambil si kecil dan berusaha membantu ibunya bangun untuk segera mencari tempat aman, lalu saya tengok kanan kiri anakku yang pertama pun selamat dan masih dekat saya. Selanjutnya kami segera naik ke lantai 2 mengamankan diri, si kecil segera kami bersihkan dan ganti baju hangat, setelah kami cek sepertinya aman, tidak ada luka apapun (ini semua berkat ibunya yang sigap memberi rasa aman). Anakku nomor 2 yang sudah lari ke kamar duluan nangis panik dan ketakutan. Lalu kami berusaha membersihkan diri sekenanya dan mencoba untuk tetap tenang. HP pun pada hilang terbawa arus, dan tersisa 1 (satu), itu pun mati karena basah kuyup. Jam 22:05 saya cek ke bawah lagi lihat keadaan, saya lihat di lantai dasar cukup berantakan, orang-orang pada panik dan pergi meninggalkan lokasi, kondominium jadi sepi, hanya tersisa beberapa mobil saja di parkiran, saya coba tenangkan diri dan cari informasi, ternyata arah jalan balik ke arah Cilegon pun terputus dan berbahaya karena menyisir pantai disarankan kalau mau kembali lewat Pandeglang. Karena sudah cukup lelah karena baru sampai, dan mencoba berpikir jernih dalam kepanikan karena harus menenangkan anak-anak juga, saya putuskan untuk tinggal, karena saya anggap ini lebih aman posisi kita di kamar cukup tinggi daripada kita berkendara dalam keadaan panik dan buru-buru cek ketersediaan makanan. Akhirnya saya coba turun cek toko toko di seberang sudah pada tutup, turun ke bawah ada beberapa botol air minum yang masih utuh bekas terbawa arus saya ambilin buat menjaga kebutuhan malam ini lalu kami coba istirahat, saya hanya berdoa dan berharap tidak terjadi apa-apa malam ini dan bisa kembali pulang esok hari, Alhamdulillah anak-anak bisa tertidur dengan nyenyak, walau saya dan istri tidak tenang kami coba untuk bisa tidur malam ini, terdengar suara ambulan terus bolak-balik sampai pagi hari diringi hujan dan suara petir silih berganti, ternyata sampai juga pagi, lalu kami berberes untuk kembali ke rumah. Rute lewat Pandeglang dan Serang. Di perjalanan ramai ambulan datang menuju lokasi. Bersyukur kami bisa selamat dan melewati ini semua, tulisan ini saya buat untuk anak-anakku, supaya nanti dibaca. Dan tahu bahwa ibunya luar biasa dalam menjaganya dan sebagai pengingat kami di kemudian hari. Ternyata kita bukan apa-apa dibandingkan kekuatan dan keajaiban Ilahi, terima kasih dan syukur selalu kupanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah menjaga kami sekeluarga.