0

Mas Bellboy

01 Mar 2024 - 5 min read

Jangan Keliru, Inilah Fakta dan Ciri Asli Kain Khas Bali!

Kemajemukan Bangsa Indonesia membuat setiap daerah di negeri ini memiliki ciri khas budaya masing-masing, mulai dari bahasa, kuliner, bahkan hingga pakaian. Fakta ini membuat sudah jadi hal lumrah di Indonesia, jika salah satu ciri khas masing-masing daerah dapat terlihat dari jenis kain tradisionalnya.

Saat ini, eksotisme beragam jenis kain tradisional nusantara sudah mendunia. Begitupun di Bali, kain khasnya biasa dikenal dengan kain endek! Kain endek adalah kain tenun tradisional yang dibuat masyarakat Bali sejak ratusan tahun lalu. Meski berasal dari satu wilayah yang sama, ternyata kain endek pun tersedia dalam berbagai macam lho!

Jika kamu salah satu pegiat kain khas Bali, yuk cari tahu dulu informasi selengkapnya berikut ini!

Penjelasan Kain Endek

Kain tenun tradisional yang berasal dari Bali disebut sebagai kain endek. Berbeda dengan kain tenun yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara, kain endek Bali dibuat dengan mengikat benang lungsi dan benang pakan. Teknik pengikatan ini disebut sebagai sistem tenun iket.

Jika ditelusuri dari akar bahasanya, kata endek berasal dari kata gendekan atau ngendek yang artinya diam atau tetap, tidak berubah warna.

Nama endek digunakan karena pengikatan dilakukan untuk membuat motif kain endek. Setelah diikat, lalu dicelup, benang yang diikat warnanya tetap atau tidak berubah. Dalam bahasa Bali, kondisi ini disebut sebagai ngendek atau endek. Itulah muasal kenapa kain ini disebut kain endek.

Kain endek Bali mulai dikenal hingga wilayah nusantara lain di luar wilayah Bali sejak abad ke-16.Pembuatan kain endek dapat dijumpai di sejumlah wilayah, antara lain Kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Buleleng, dan Denpasar.

Sejak Februari 2021, kain endek Bali juga telah mendapatkan legalitas berupa surat pencatatan kekayaan hak intelektual komunal (KIK) yang diterbitkan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM pada Februari 2021. Dengan begitu, payung hukum berupa legalitas ini akan melindungi kain endek sebagai budaya lokal Bali.

Proses Pembuatan Kain Endek

Setelah di atas sempat kami bocorkan sedikit bagaimana proses pembuatan kain endek khas Bali, kali ini akan kami paparkan secara detail proses pembuatan kain endek Bali yang membutuhkan waktu cukup lama karena 100 persen proses pembuatannya menggunakan tangan manusia.

Proses paling awal pembuatan kain endek dimulai dengan menyiapkan benang pakan dan benang lungsi untuk diberi warna sebelum proses penenunan dan pemintalan. Benang-benang ini akan diangkat menggunakan tali rafia, sebelum dicelupkan ke dalam zat pewarna.

Proses pencelupan dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan banyaknya warna yang akan digunakan pada motif pada kain endek. Proses selanjutnya adalah benang diangkat dan dikeringkan dan dipisah sesuai pola.

Teknik ikat yang berkembang di Bali adalah teknik single ikat di benang pakan dan double ikat di kedua benang pakan dan lungsi. Dengan proses yang panjang tersebut, maka tak heran jika satu kain membutuhkan waktu pembuatan kurang lebih satu bulan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi, sejumlah pengrajin kain endek menggunakan teknik airbrush untuk pembuatan motif. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pembuatan, sehingga lebih efisien.

Namun tetap saja, teknik pembuatan motif dengan cara pencelupan paling digemari oleh pembeli dari dalam maupun luar negeri. Hal itu pula yang membuat harga kain endek dengan teknik pembuatan tradisional berharga lebih mahal.

Ciri khas Kain Endek

Shutterstock.com

Untuk mengingatkan sekali lagi, nama endek di ambil dari katai kata “gendekan” atau “ngendek” yang berarti diam atau tetap, tidak berubah warnanya. Ciri khas utama dari kain endek adalah warna dan motifnya yang tidak akan berubah jika kain endek dibuat menggunakan pewarna alami.

Ciri khas lain dari kain endek adalah motif-motifnya yang menjadi simbol dari keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna. Di luar itu sebenarnya ada pula motif kain endek yang bersumber dari tokoh pewayangan mitologi bali. Satu lagi yang menjadi ciri khas dari kain endek adalah dominasi warna cerah seperti kuning, oranye, hijau, merah, biru, dan violet.

Cara penggunaan kain endek pun punya ciri khas tersendiri tersendiri. Bagian dari kain satu ini terdiri atas sarung, kain panjang, dan selendang. Bagian selendang biasanya digunakan oleh laki-laki, sementara kain panjang dipakai oleh perempuan.

Sejarah Kain Endek

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembuatan kain endek mulai masuk dalam catatan sejarah sejak abad ke-16. Saat itu, aktivitas warga menenun kain endek dapat dijumpai di sejumlah wilayah, antara lain Kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Buleleng, dan Denpasar.

Kain Endek mulai berkembang sejak tahun 1975, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung yang berpusat di salah satu desa bernama Desa Sulang.

Setelah Indonesia merdeka, penetrasi kain endek sebagai cinderamata atau souvenir khas Bali berkembang cepat. Pada tahun 1985-1995 kain Endek berkembang pesat karena adanya dukungan dari pemerintah. Pada masa ini, proses produksi kain Endek mulai menggunakan alat tenun bukan mesin.

Kemudian pada tahun 1996-2012, kain endek sempat mengalami penurunan akibat dari banyaknya persaingan. Penurunan ini juga disebabkan karena bahan baku yang sulit didapat.

Namun, pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang kembali karena murahnya bahan baku dan mulai diminati sebagai bahan membuat seragam. Bahkan di Bali, sudah ada pemilihan Duta Endek untuk melestarikan kain satu ini.

Bahan Utama Kain Endek

Bahan kain endek Bali yang paling utama yaitu benang pakan dan benang lungsin. Yang dimaksud dengan pakan adalah benang yang dipasang secara horizontal pada alat tenun. Sedangkan benang lungsin adalah benang yang disusun secara vertikal sebelum proses penenunan.

Untuk pewarna, terdapat kain endek yang menggunakan pewarna dari bahan alami tumbuh-tumbuhan, ada pula kain endek yang menggunakan pewarna sintesis dari zat kimia. Kedua perwarna akan memberikan kualitas yang berbeda.

Ciri – ciri kain endek Bali yang asli dengan pewarna alami akan kelihatan kurang cerah dan sedikit kusam. Hal ini akan mempengaruhi sifat kain endek yang tidak mudah pudar setelah dicuci dan tidak panas jika digunakan. Kain endek yang memakai pewarna alami, kualitas warnanya lebih kuat dibandingkan dengan pewarna buatan.

Jika kain endek dibuat menggunakan pewarna buatan, maka warna kain nampak lebih cerah dibandingkan kain endek dari pewarna alami. Namun kain Endek menggunakan pewarna buatan lebih cepat pudar dan mudah robek, jika perawatan setelah pemakaian tidak diperhatikan.

Aneka Motif Kain Endek

Shutterstock.com

Terdapat beraneka macam motif kain endek yakni: motif endek encak saji, motif endek wajik ukir, motif endek patra, motif endek rang rang, motif endek wayang, motif endek songket, motif endek jumputan.

Motif kain endek encak saji adalah motif kain endek yang biasanya dipilih untuk upacara keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Misalnya untuk hiasan di pura – pura, alat persembahan, dan keperluan adat istiadat.

Motif endek wajik ukir adalah motif yang dipenuhi dengan pola berbentuk wajik. Motif ini juga sering disebut sebagai motif Klungkung. Pengembangan motif tidak hanya terinspirasi dari motif klasik kain Endek. Lingkungan alam Bali juga dijadikan inspirasi desain

Adapun motif endek patra yakni motif flora dan fauna seperti capung, kupu-kupu, pepohonan, maupun ilalang yang biasa digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Motif endek rang-rang adalah kombinasi warna cerah seperti ungu, merah, orange maupun kuning dan motif lubang kecil – kecil pada kain, yang kerap digunakan oleh remaja di acara formal maupun semiformal.

Motif lain dari kain endek adalah motif endek Wayang. Motif yang satu ini dinamai motif endek wayang karena memang menggunakan corak pewayangan pada desainnya. Mulai dari tokoh tokoh wayang, kendaraan wayang, bunga, dan yang lainnya. Motif ini biasanya digunakan oleh orang berumur di atas 40 tahun dan tidak cocok digunakan oleh remaja.

Motif yang satu ini disebut jumputan karena dibuat dengan teknik jumput. Teknik jumput maksudnya pada kain endek ditaruh motif yang diinginkan, kemudian kain tersebut dilipat lalu diikat. Teknik pengikatan dibuat berbeda beda agar motifnya makin menarik. Setelah itu kain akan dicelupkan ke dalam zat pewarna yang berbeda beda. Pada saat dicelupkan pewarna tersebut akan membentuk motif motif yang menarik pada kain.

Harga dari tiap-tiap motif kain endek bermacam-macam, bergantung dari jenis pewarnanya serta metode pemintalannya, mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 450.000. Jika kamu tertarik dengan kain endek khas Bali, jangan lupa masukan kain tenun ini ke dalam list oleh-oleh saat kamu berwisata ke Bali

Agar perjalanan wisatamu ke Bali berjalan lancar, pastikan pesan tiket pesawat dan hotelnya hanya dengan aplikasi Traveloka. Dengan paket Traveloka tiket pesawat plus hotel kamu berkesempatan untuk liburan hemat kemana saja di seluruh dunia. Jadi, jangan ragu untuk download aplikasinya sekarang juga!

Penginapan dan Hotel di Bali

Cari Hotel di Bali dengan promo Traveloka

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan