7 Makanan Khas Sulawesi Tenggara yang Wajib Kamu Coba!

Xperience Team
14 May 2025 - 5 min read

Sulawesi Tenggara dikenal tidak hanya lewat keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga melalui ragam kuliner khas yang menggugah selera. Setiap hidangan mencerminkan kearifan lokal, dengan bahan-bahan yang berasal dari laut maupun daratan, menghasilkan cita rasa yang autentik dan unik. Mulai dari makanan berat hingga camilan manis, kuliner khas daerah ini menawarkan pengalaman rasa yang sulit dilupakan.

Dalam artikel ini, akan dibahas berbagai makanan paling populer dari Sulawesi Tenggara, bahan-bahan utama yang digunakan, ciri khas rasanya, pengaruh budaya setempat, serta rekomendasi kuliner yang cocok dijadikan oleh-oleh. Berikut 7 makanan khas Sulawesi Tenggara yang wajib kamu coba:

1. Lapa-Lapa

Lapa-lapa adalah makanan pokok tradisional yang menyerupai lontong, namun dibuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur) lalu dikukus. Makanan ini banyak dijumpai di kalangan masyarakat Buton dan Kendari. Biasanya disajikan bersama ikan bakar atau ayam, serta sambal khas daerah. Lapa-lapa sering menjadi hidangan wajib saat perayaan hari besar, seperti Idulfitri atau dalam acara adat sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

2. Sinonggi

Sinonggi adalah makanan khas suku Tolaki yang dibuat dari pati sagu yang dimasak dengan air panas hingga menjadi bubur kental bertekstur elastis, mirip lem. Makanan ini disajikan dalam keadaan hangat dan dimakan menggunakan sumpit kayu khusus. Sinonggi biasanya dinikmati bersama aneka lauk seperti ikan kuah kuning, sayur kelor, atau tumisan. Selain menjadi identitas kuliner Tolaki, makan sinonggi juga merupakan bentuk pelestarian budaya makan bersama dalam satu wadah.

3. Kasuami (Kasoami)

Kasuami adalah makanan pokok yang menggantikan nasi, terutama di wilayah Buton, Wakatobi, dan Muna. Terbuat dari singkong parut yang dikukus hingga matang dan dicetak menyerupai kerucut, kasuami memiliki tekstur padat namun lembut saat dikunyah. Makanan ini biasa disajikan dengan ikan asin goreng, ikan bakar, atau lauk berkuah lainnya. Karena terbuat dari singkong, kasuami dianggap lebih tahan lama dan cocok dibawa dalam perjalanan jauh atau kegiatan laut.

4. Parende

Parende adalah sup ikan khas Sulawesi Tenggara yang memiliki cita rasa asam dan pedas, sering kali menggunakan ikan kakap, kerapu, atau ikan laut lainnya. Bumbu dasar parende terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, dan perasan jeruk nipis yang memberikan rasa segar. Makanan ini sangat populer di daerah pesisir karena memanfaatkan hasil tangkapan laut segar. Parende biasanya disajikan panas dan menjadi santapan utama bersama nasi putih dan lalapan.

5. Ikan Dole

Ikan dole adalah makanan khas dari Buton yang terbuat dari daging ikan laut yang dicincang halus lalu dicampur dengan parutan kelapa dan bumbu tradisional. Adonan tersebut kemudian dibentuk menjadi segitiga dan dibungkus daun sebelum dikukus. Hidangan ini memiliki cita rasa gurih dan aroma khas kelapa yang menggoda. Ikan dole sangat cocok disantap sebagai lauk pendamping kasuami atau lapa-lapa, dan sering dihidangkan dalam acara keluarga maupun hajatan.

6. Sate Pokea

Sate pokea adalah makanan khas dari Desa Pohara, Konawe, berupa sate berbahan dasar kerang air tawar (pokea) yang ditusuk dan dibakar seperti sate pada umumnya. Sebelum dibakar, kerang direndam dalam bumbu khas berbasis rempah dan santan, memberikan rasa gurih pedas yang khas. Makanan ini sangat unik karena sulit ditemukan di luar Sulawesi Tenggara. Biasanya disajikan bersama sambal kacang atau sambal rica, dan sangat diminati sebagai jajanan pasar atau camilan sore hari.

7. Karasi

Karasi adalah kue tradisional manis yang berasal dari daerah Buton dan Wakatobi. Kue ini terbuat dari campuran tepung beras, gula, dan santan yang digoreng dengan cara unik sehingga berbentuk seperti sarang burung atau anyaman sabut kelapa. Teksturnya renyah dan ringan, sangat cocok dinikmati sebagai teman minum teh atau kopi. Karasi tidak hanya digemari sebagai camilan rumahan, tetapi juga kerap menjadi oleh-oleh khas saat berkunjung ke Sulawesi Tenggara.

Pengaruh Budaya Lokal terhadap Kuliner Sulawesi Tenggara

Kuliner Sulawesi Tenggara mencerminkan kehidupan masyarakat dari berbagai suku seperti Tolaki, Buton, Muna, dan Wakatobi, yang hidup harmonis dengan alam sekitarnya. Pengaruh budaya lokal tampak jelas melalui berbagai aspek berikut:

Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Bahan Baku:
Masyarakat Sulawesi Tenggara mengandalkan hasil alam seperti singkong, sagu, ikan laut, dan kelapa—bahan-bahan yang tersedia melimpah di daerah ini. Hidangan seperti kasuami dan sinonggi lahir sebagai bentuk adaptasi terhadap keterbatasan beras di beberapa wilayah, dengan memanfaatkan singkong dan sagu sebagai alternatif sumber karbohidrat.
Teknik Memasak Tradisional yang Dilestarikan:
Penggunaan bahan alami seperti daun pisang dan bambu, seperti dalam sajian lapa-lapa atau luluta (nasi bambu), mencerminkan metode memasak tradisional yang ramah lingkungan. Teknik pengukusan dan pembakaran masih digunakan hingga kini, diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Pengaruh Budaya Maritim:
Sebagai wilayah kepulauan, Sulawesi Tenggara kaya akan hasil laut. Hal ini tercermin dalam berbagai sajian khas seperti parende, ikan dole, dan sate pokea. Hidangan laut diolah dengan cara sederhana untuk mempertahankan rasa asli bahan, mencerminkan kedekatan masyarakat dengan laut dan nilai-nilai kesederhanaan dalam memasak.
Kuliner dalam Tradisi dan Perayaan:
Makanan tradisional seperti lapa-lapa dan sinonggi sering disajikan dalam acara-acara penting seperti pernikahan, syukuran, hingga bulan Ramadan. Sajian ini melambangkan nilai kebersamaan dan keberkahan. Camilan seperti karasi kerap hadir dalam acara keluarga, memperkuat tali silaturahmi dan keharmonisan sosial.
Akulturasi dan Pengaruh Luar:
Seiring terbukanya jalur perdagangan maritim, kuliner Sulawesi Tenggara juga mengalami akulturasi. Contohnya, kue panada—yang memiliki akar budaya Portugis—menjadi bagian dari kuliner lokal. Meski demikian, rasa lokal tetap dominan, dengan sentuhan rempah dan bahan khas daerah.

Secara keseluruhan, kuliner Sulawesi Tenggara mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan, kreativitas, dan keterikatan masyarakat pada lingkungan. Bahan-bahan sederhana diolah menjadi hidangan kaya rasa, menunjukkan kecerdasan lokal dalam memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia.

Makanan Khas Sulawesi Tenggara untuk Oleh-Oleh

Sulawesi Tenggara, khususnya kota Kendari, dikenal sebagai penghasil kacang mete berkualitas serta berbagai camilan tradisional yang cocok dijadikan buah tangan. Berikut beberapa rekomendasi makanan khas yang tahan lama dan praktis dibawa pulang:

1. Bagea

Kue kering berbahan dasar tepung sagu, kelapa parut, dan kacang kenari atau kacang tanah, diperkaya dengan rempah seperti kayu manis atau cengkeh. Bagea memiliki tekstur yang keras di luar namun lembut saat digigit, dengan rasa manis dan gurih yang khas.

Alasan Cocok untuk Oleh-Oleh: Tahan lama, mudah dikemas, dan tersedia dalam beragam rasa seperti original, pandan, dan cokelat. Bagea banyak dijumpai di pasar tradisional dan toko oleh-oleh di Kendari.
Harga: Mulai dari Rp25.000 per kemasan (tergantung ukuran).

2. Keripik Mete

Olahan kacang mete yang digoreng atau dipanggang hingga renyah, tersedia dalam varian rasa gurih, pedas, hingga manis. Mete asal Kendari dikenal memiliki kualitas tinggi dan rasa yang khas.

Alasan Cocok untuk Oleh-Oleh: Ringan, awet, dan digemari banyak kalangan. Beberapa varian populer lainnya termasuk cokelat mete dan bolu mete.
Harga: Rp30.000–Rp50.000 per kemasan.

3. Karasi

Camilan manis tradisional berbahan tepung beras dan gula merah, dengan bentuk unik menyerupai sarang burung dan tekstur renyah. Cocok dinikmati bersama teh atau kopi.

Alasan Cocok untuk Oleh-Oleh: Tahan lama, ringan, dan merepresentasikan kekayaan kuliner lokal. Mudah ditemukan di pasar atau pusat oleh-oleh.
Harga: Rp20.000–Rp35.000 per kemasan.

4. Abon Ikan Marlin

Abon yang dibuat dari ikan marlin dan dimasak dengan bumbu khas, menghasilkan rasa gurih dengan sedikit sensasi pedas. Cocok untuk lauk atau pelengkap nasi.

Alasan Cocok untuk Oleh-Oleh: Dapat disimpan dalam waktu lama, praktis dibawa, dan menghadirkan cita rasa laut Sulawesi Tenggara dalam bentuk yang modern.
Harga: Rp40.000–Rp70.000 per kemasan.

Kuliner Sulawesi Tenggara merupakan perpaduan kaya antara alam, tradisi, dan budaya maritim. Setiap sajian, mulai dari lapa-lapa yang gurih hingga karasi yang manis, menggambarkan kedekatan masyarakat dengan alam dan warisan leluhur. Penggunaan bahan-bahan lokal seperti sagu, singkong, dan ikan, serta teknik memasak tradisional, memperkuat identitas kulinernya yang autentik.

Sebagai oleh-oleh, pilihan seperti bagea, keripik mete, karasi, dan abon ikan marlin tak hanya menggugah selera, tapi juga membawa cerita budaya dari Bumi Anoa yang kaya rasa. Jadi, jangan lupa membawa pulang cita rasa khas ini sebagai kenangan lezat dari perjalanan Anda!

Rekomendasi Tempat Wisata Seru di Sulawesi Tenggara

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan