Kenali 8 Kue Tradisional Jawa & Sejarah di Baliknya!

Xperience Team
15 May 2025 - 7 min read

Jawa, sebagai pusat budaya dan tradisi Indonesia, memiliki warisan kuliner yang kaya, salah satunya adalah kue tradisional. Kue-kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan cerita sejarah, makna budaya, dan kehangatan momen kebersamaan. Dari pasar tradisional hingga acara adat, kue tradisional Jawa hadir sebagai simbol keramahan dan kebersamaan.

Namun, di tengah gempuran makanan modern, banyak kue tradisional mulai langka. Artikel ini akan mengajak Kamu mengenal delapan jenis kue tradisional Jawa, sejarahnya, cara pembuatannya, momen tradisional saat disajikan, tempat terbaik untuk membelinya, serta upaya pelestarian oleh pelaku UMKM. Yuk, jelajahi kelezatan dan kisah di balik kue-kue ini!

1. Klepon

Klepon, kue berbentuk bola hijau dengan isian gula merah, diyakini berasal dari Jawa pada masa Kerajaan Majapahit. Nama “klepon” konon dari bunyi “plop” saat kue ini dimasukkan ke mulut. Kue ini juga dikenal di Sumatera dan Sulawesi, namun versi Jawa memiliki ciri khas warna hijau dari daun suji dan tekstur kenyal.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Tepung ketan, tepung sagu, air daun suji (untuk warna hijau), air kapur sirih, gula merah (dihaluskan untuk isian), kelapa parut, dan garam.
Cara Pembuatan: Campur tepung ketan, tepung sagu, air kapur sirih, dan air daun suji hingga adonan kalis. Ambil sedikit adonan, pipihkan, isi dengan gula merah, bentuk bola kecil. Rebus bola-bola dalam air mendidih hingga mengapung, lalu angkat. Kukus kelapa parut dengan sedikit garam selama 20 menit. Gulingkan klepon dalam kelapa parut.

Klepon sering disajikan saat acara selamatan, syukuran, atau sebagai camilan sore bersama teh atau kopi. Kue ini melambangkan kejutan manis dalam hidup, seperti gula merah yang “meledak” di mulut.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Beringharjo, Yogyakarta: Penjual kue tradisional di lantai dasar menawarkan klepon segar setiap pagi.
Warung Makan Bu Tinah, Jl. Mataram, Yogyakarta: Dikenal dengan klepon lembut dan isian gula merah yang melimpah.

UMKM seperti “Kue Tradisional Bu Sari” di Yogyakarta mengemas klepon dalam kemasan modern untuk dijual online. Mereka juga mengadakan workshop pembuatan klepon untuk anak muda, memperkenalkan resep tradisional.

2. Getuk Lindri

Getuk lindri berasal dari Jawa Tengah, khususnya Magelang dan Yogyakarta, sebagai makanan rakyat jelata pada masa kolonial. Kue ini dibuat dari singkong, bahan yang melimpah di Gunung Kidul, sebagai alternatif pangan saat beras langka. Nama “lindri” merujuk pada tekstur halus setelah digiling.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Singkong, gula pasir, vanili, pewarna makanan (merah, hijau, putih), kelapa parut, dan garam.
Cara Pembuatan: Kupas dan kukus singkong hingga empuk, lalu haluskan bersama gula pasir dan vanili. Bagi adonan, beri pewarna makanan, lalu giling hingga halus menggunakan penggiling khusus. Cetak memanjang (tebal 2 cm, lebar 4 cm), potong kecil-kecil. Kukus kelapa parut dengan garam, taburkan di atas getuk.

Getuk lindri umum disajikan saat hajatan, seperti pernikahan atau khitanan, serta sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Kue ini melambangkan kesederhanaan dan ketahanan pangan.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Getuk Trio Magelang, Jl. Mayor Kusen, Magelang: Produsen getuk legendaris dengan variasi warna dan rasa.
Pasar Kranggan, Yogyakarta: Menawarkan getuk lindri segar dengan harga terjangkau.

UMKM “Getuk Eco” di Magelang memodernisasi getuk dengan kemasan vakum dan varian rasa cokelat atau durian, menarik generasi muda. Mereka juga berkolaborasi dengan sekolah untuk mengadakan kelas memasak getuk, melestarikan resep tradisional.

3. Wajik

Wajik, kue manis dari beras ketan, sudah ada sejak era Kerajaan Mataram. Nama “wajik” merujuk pada bentuknya yang menyerupai wajik (belah ketupat), simbol kemakmuran. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai hidangan ritual.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Beras ketan, gula merah, santan, garam, dan daun pKamun.
Cara Pembuatan: Rendam beras ketan semalaman, lalu kukus hingga matang. Rebus gula merah, santan, garam, dan daun pKamun hingga mengental. Campur beras ketan ke dalam larutan gula, aduk hingga meresap. Tuang ke loyang, ratakan, dinginkan, lalu potong bentuk wajik.

Wajik disajikan saat pernikahan, Hari Raya Idulfitri, atau upacara adat seperti mitoni (syukuran kehamilan tujuh bulan), melambangkan keberkahan dan keharmonisan.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Kotagede, Yogyakarta: Penjual wajik tradisional menawarkan rasa autentik dengan gula merah asli.
Toko Oleh-Oleh Gudeg Yu Djum, Jl. Kaliurang, Yogyakarta: Menyediakan wajik kemasan untuk wisatawan.

UMKM “Wajik Ketan Bu Rini” di Solo memperkenalkan varian rasa modern seperti cokelat dan stroberi, dipasarkan melalui Instagram. Mereka juga mengikuti festival kuliner untuk mempromosikan wajik sebagai jajanan tradisional.

Rasakan nikmatnya kue Jawa asli langsung dari Yogyakarta dengan mengikuti tur 3 Hari 2 Malam berikut!

Indonesia

PAKET TOUR JOGJA HEMAT 3 HARI 2 MALAM (TOUR SUKA SUKA/HOTEL + TRANSPORT) by Buni Tours Jogja

Danurejan

Rp 1.700.000

Rp 1.445.000

4. Kue Apem

Kue apem berasal dari pengaruh budaya Arab, dengan nama dari kata “afuan” (ampunan). Konon, kue ini dibawa oleh Ki Ageng Gribig, keturunan Kerajaan Majapahit, dan populer di Jawa Tengah serta Yogyakarta saat Ramadan atau acara keagamaan.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Tepung beras, santan, gula, telur, tape singkong, garam, dan daun pKamun.
Cara Pembuatan: Campur tepung beras, santan, gula, telur, tape singkong, garam, dan air daun pKamun hingga adonan cair. Diamkan 1–2 jam hingga berbuih. Tuang ke cetakan kecil, kukus hingga matang (sekitar 20 menit).

Kue apem disajikan saat Ramadan, Idulfitri, atau upacara adat seperti ruwatan, melambangkan permohonan ampunan dan kebersihan hati.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Gede, Solo: Penjual kue apem tradisional menawarkan tekstur empuk dengan aroma tape khas.
Warung Makan Mbok Sum, Jl. Veteran, Yogyakarta: Terkenal dengan apem kukus yang lembut.

UMKM “Apem Jawa Bu Wulan” di Yogyakarta mengadakan pelatihan pembuatan kue apem untuk komunitas lokal. Mereka juga menjual apem dalam kemasan higienis melalui e-commerce, menjangkau pasar yang lebih luas.

Yuk, rasakan langsung nikmatnya Kue Apem langsung di Solo dengan mengikuti tur 1 Hari di Solo, berikut!

Indonesia

PAKET TOUR SOLO SATU HARI / start finish : Jogja (The Herritage Solo-Mangkunegaran-Kasunanan-Pasar Klewer) By Buni Tours Jogja

Gajahan

Rp 800.000

Rp 680.000

5. Nagasari

Nagasari, atau nogosari dalam bahasa Jawa, adalah kue tradisional Jawa yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Nama “nagasari” merujuk pada pohon nagasari, melambangkan keindahan dan kelembutan. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Tepung beras, tepung sagu, santan, gula, pisang raja, daun pisang, dan garam.
Cara Pembuatan: Campur tepung beras, tepung sagu, santan, gula, dan garam, masak hingga adonan kental. Potong pisang raja, letakkan di daun pisang, tuang adonan, lalu bungkus. Kukus selama 30 menit hingga matang.

Nagasari disajikan saat selamatan, pernikahan, atau sebagai jajanan pasar harian. Kue ini melambangkan kelembutan dan keharmonisan keluarga.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Legi, Solo: Menawarkan nagasari dengan pisang raja segar, dibungkus daun pisang.
Toko Kue Buah Baru, Jl. Magelang, Yogyakarta: Menyediakan nagasari dalam kemasan praktis.

UMKM “Nagasari Asli Jogja” mempromosikan nagasari melalui media sosial dan festival kuliner. Mereka juga mengemas nagasari dalam kotak ramah lingkungan untuk menarik wisatawan.

6. Kue Cucur

Kue cucur, kue goreng berbentuk bunga teratai, berasal dari budaya Betawi dan Jawa. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta sejak abad ke-19, sering dijual pedagang keliling. Nama “cucur” merujuk pada adonan yang dicucur (dituang) saat digoreng.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Tepung beras, gula aren, santan, garam, dan daun pKamun (opsional).
Cara Pembuatan: Campur tepung beras, gula aren, santan, garam, dan air daun pKamun hingga adonan cair. Panaskan minyak dalam wajan cekung, tuang adonan sedikit demi sedikit, goreng hingga pinggiran tipis dan tengah menggembung. Angkat saat berwarna cokelat keemasan.

Kue cucur disajikan saat acara adat Betawi, syukuran, atau sebagai camilan sore dengan teh manis, terutama saat musim hujan.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Ngasem, Yogyakarta: Penjual kue cucur menawarkan tekstur renyah di pinggir dan lembut di tengah.
Warung Makan Pak Slamet, Jl. Parangtritis, Yogyakarta: Menyediakan cucur hangat setiap sore.

UMKM “Cucur Jawa Bu Tuti” di Solo memodernisasi penyajian dengan menambahkan topping cokelat atau keju, menarik anak muda. Mereka juga mengikuti bazar kuliner untuk mempromosikan kue cucur.

7. Kipo

Kipo adalah kue tradisional khas Kotagede, Yogyakarta, yang mulai langka. Konon, kue ini diciptakan pada masa Kesultanan Mataram sebagai camilan keraton. Nama “kipo” berasal dari kata “iki opo” (ini apa), ungkapan kagum saat pertama kali mencicipinya.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Tepung ketan, gula merah, kelapa parut, nangka (opsional), dan pewarna hijau.
Cara Pembuatan: Campur tepung ketan dengan air hingga adonan kalis, beri pewarna hijau. Buat isian dari kelapa parut, gula merah, dan nangka. Ambil adonan, pipihkan, isi, lalu lipat kecil-kecil. Panggang di atas daun pisang hingga harum dan sedikit gosong.

Kipo disajikan saat acara keluarga, syukuran, atau sebagai oleh-oleh khas Kotagede. Kue ini melambangkan keramahan dan keunikan budaya Yogyakarta.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Kotagede, Yogyakarta: Penjual kipo tradisional masih bertahan di gang-gang pasar.
Toko Kipo Datuk, Jl. Mondorakan, Kotagede: Produsen kipo legendaris dengan resep turun-temurun.

UMKM “Kipo Kotagede Asli” mengemas kipo dalam kotak estetik dan memasarkannya melalui Instagram. Mereka juga mengadakan tur kuliner di Kotagede, mengenalkan sejarah kipo kepada wisatawan.

8. Madu Mongso

Madu mongso berasal dari Jawa Timur, khususnya Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek, namun juga populer di Jawa Tengah. Kue ini dikenal sejak abad ke-19, terbuat dari ketan hitam fermentasi, memberikan rasa manis-asam yang unik.

Bahan dan Cara Pembuatan:

Bahan: Beras ketan hitam, gula merah, gula pasir, santan, dan garam.
Cara Pembuatan: Rendam ketan hitam semalaman, fermentasi selama 2–3 hari. Kukus ketan hingga matang. Rebus gula merah, gula pasir, dan santan hingga mengental. Campur ketan dengan larutan gula, masak hingga meresap. Cetak dalam wadah kecil, bungkus seperti permen.

Madu mongso disajikan saat Lebaran, pernikahan, atau acara keluarga, melambangkan kelezatan yang tahan lama seperti madu.

Tempat Terbaik untuk Membeli:

Pasar Madiun, Jawa Timur: Menawarkan madu mongso dengan rasa autentik.
Toko Oleh-Oleh Khas Madiun, Jl. Pahlawan, Madiun: Menyediakan madu mongso kemasan untuk wisatawan.

UMKM “Madu Mongso Bu Harti” di Madiun memasarkan produk melalui e-commerce dan menawarkan varian rasa modern seperti pKamun. Mereka juga mengadakan pelatihan pembuatan madu mongso untuk komunitas lokal.

Kue tradisional Jawa seperti klepon, getuk lindri, wajik, kue apem, nagasari, kue cucur, kipo, dan madu mongso adalah warisan budaya yang patut dilestarikan. Setiap kue membawa cerita sejarah, makna budaya, dan kelezatan yang tak tergantikan. Dari pasar tradisional hingga toko oleh-oleh, kue-kue ini masih bisa dinikmati, berkat upaya pelaku UMKM yang terus berinovasi tanpa menghilangkan keautentikan. Dukung pelestarian kue tradisional Jawa dengan membeli dari UMKM lokal, mengikuti workshop kuliner, atau sekadar menikmati kue ini bersama keluarga. Apa kue tradisional Jawa favorit Kamu?

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan