Jawa, sebagai pusat budaya dan tradisi Indonesia, memiliki warisan kuliner yang kaya, salah satunya adalah kue tradisional. Kue-kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan cerita sejarah, makna budaya, dan kehangatan momen kebersamaan. Dari pasar tradisional hingga acara adat, kue tradisional Jawa hadir sebagai simbol keramahan dan kebersamaan.
Namun, di tengah gempuran makanan modern, banyak kue tradisional mulai langka. Artikel ini akan mengajak Kamu mengenal delapan jenis kue tradisional Jawa, sejarahnya, cara pembuatannya, momen tradisional saat disajikan, tempat terbaik untuk membelinya, serta upaya pelestarian oleh pelaku UMKM. Yuk, jelajahi kelezatan dan kisah di balik kue-kue ini!
Klepon, kue berbentuk bola hijau dengan isian gula merah, diyakini berasal dari Jawa pada masa Kerajaan Majapahit. Nama “klepon” konon dari bunyi “plop” saat kue ini dimasukkan ke mulut. Kue ini juga dikenal di Sumatera dan Sulawesi, namun versi Jawa memiliki ciri khas warna hijau dari daun suji dan tekstur kenyal.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Klepon sering disajikan saat acara selamatan, syukuran, atau sebagai camilan sore bersama teh atau kopi. Kue ini melambangkan kejutan manis dalam hidup, seperti gula merah yang “meledak” di mulut.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM seperti “Kue Tradisional Bu Sari” di Yogyakarta mengemas klepon dalam kemasan modern untuk dijual online. Mereka juga mengadakan workshop pembuatan klepon untuk anak muda, memperkenalkan resep tradisional.
Getuk lindri berasal dari Jawa Tengah, khususnya Magelang dan Yogyakarta, sebagai makanan rakyat jelata pada masa kolonial. Kue ini dibuat dari singkong, bahan yang melimpah di Gunung Kidul, sebagai alternatif pangan saat beras langka. Nama “lindri” merujuk pada tekstur halus setelah digiling.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Getuk lindri umum disajikan saat hajatan, seperti pernikahan atau khitanan, serta sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Kue ini melambangkan kesederhanaan dan ketahanan pangan.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Getuk Eco” di Magelang memodernisasi getuk dengan kemasan vakum dan varian rasa cokelat atau durian, menarik generasi muda. Mereka juga berkolaborasi dengan sekolah untuk mengadakan kelas memasak getuk, melestarikan resep tradisional.
Wajik, kue manis dari beras ketan, sudah ada sejak era Kerajaan Mataram. Nama “wajik” merujuk pada bentuknya yang menyerupai wajik (belah ketupat), simbol kemakmuran. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai hidangan ritual.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Wajik disajikan saat pernikahan, Hari Raya Idulfitri, atau upacara adat seperti mitoni (syukuran kehamilan tujuh bulan), melambangkan keberkahan dan keharmonisan.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Wajik Ketan Bu Rini” di Solo memperkenalkan varian rasa modern seperti cokelat dan stroberi, dipasarkan melalui Instagram. Mereka juga mengikuti festival kuliner untuk mempromosikan wajik sebagai jajanan tradisional.
Rasakan nikmatnya kue Jawa asli langsung dari Yogyakarta dengan mengikuti tur 3 Hari 2 Malam berikut!
Indonesia
PAKET TOUR JOGJA HEMAT 3 HARI 2 MALAM (TOUR SUKA SUKA/HOTEL + TRANSPORT) by Buni Tours Jogja
Danurejan
Rp 1.700.000
Rp 1.445.000
Kue apem berasal dari pengaruh budaya Arab, dengan nama dari kata “afuan” (ampunan). Konon, kue ini dibawa oleh Ki Ageng Gribig, keturunan Kerajaan Majapahit, dan populer di Jawa Tengah serta Yogyakarta saat Ramadan atau acara keagamaan.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Kue apem disajikan saat Ramadan, Idulfitri, atau upacara adat seperti ruwatan, melambangkan permohonan ampunan dan kebersihan hati.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Apem Jawa Bu Wulan” di Yogyakarta mengadakan pelatihan pembuatan kue apem untuk komunitas lokal. Mereka juga menjual apem dalam kemasan higienis melalui e-commerce, menjangkau pasar yang lebih luas.
Yuk, rasakan langsung nikmatnya Kue Apem langsung di Solo dengan mengikuti tur 1 Hari di Solo, berikut!
Indonesia
PAKET TOUR SOLO SATU HARI / start finish : Jogja (The Herritage Solo-Mangkunegaran-Kasunanan-Pasar Klewer) By Buni Tours Jogja
Gajahan
Rp 800.000
Rp 680.000
Nagasari, atau nogosari dalam bahasa Jawa, adalah kue tradisional Jawa yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Nama “nagasari” merujuk pada pohon nagasari, melambangkan keindahan dan kelembutan. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Nagasari disajikan saat selamatan, pernikahan, atau sebagai jajanan pasar harian. Kue ini melambangkan kelembutan dan keharmonisan keluarga.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Nagasari Asli Jogja” mempromosikan nagasari melalui media sosial dan festival kuliner. Mereka juga mengemas nagasari dalam kotak ramah lingkungan untuk menarik wisatawan.
Kue cucur, kue goreng berbentuk bunga teratai, berasal dari budaya Betawi dan Jawa. Kue ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta sejak abad ke-19, sering dijual pedagang keliling. Nama “cucur” merujuk pada adonan yang dicucur (dituang) saat digoreng.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Kue cucur disajikan saat acara adat Betawi, syukuran, atau sebagai camilan sore dengan teh manis, terutama saat musim hujan.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Cucur Jawa Bu Tuti” di Solo memodernisasi penyajian dengan menambahkan topping cokelat atau keju, menarik anak muda. Mereka juga mengikuti bazar kuliner untuk mempromosikan kue cucur.
Kipo adalah kue tradisional khas Kotagede, Yogyakarta, yang mulai langka. Konon, kue ini diciptakan pada masa Kesultanan Mataram sebagai camilan keraton. Nama “kipo” berasal dari kata “iki opo” (ini apa), ungkapan kagum saat pertama kali mencicipinya.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Kipo disajikan saat acara keluarga, syukuran, atau sebagai oleh-oleh khas Kotagede. Kue ini melambangkan keramahan dan keunikan budaya Yogyakarta.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Kipo Kotagede Asli” mengemas kipo dalam kotak estetik dan memasarkannya melalui Instagram. Mereka juga mengadakan tur kuliner di Kotagede, mengenalkan sejarah kipo kepada wisatawan.
Madu mongso berasal dari Jawa Timur, khususnya Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek, namun juga populer di Jawa Tengah. Kue ini dikenal sejak abad ke-19, terbuat dari ketan hitam fermentasi, memberikan rasa manis-asam yang unik.
Bahan dan Cara Pembuatan:
Madu mongso disajikan saat Lebaran, pernikahan, atau acara keluarga, melambangkan kelezatan yang tahan lama seperti madu.
Tempat Terbaik untuk Membeli:
UMKM “Madu Mongso Bu Harti” di Madiun memasarkan produk melalui e-commerce dan menawarkan varian rasa modern seperti pKamun. Mereka juga mengadakan pelatihan pembuatan madu mongso untuk komunitas lokal.
Kue tradisional Jawa seperti klepon, getuk lindri, wajik, kue apem, nagasari, kue cucur, kipo, dan madu mongso adalah warisan budaya yang patut dilestarikan. Setiap kue membawa cerita sejarah, makna budaya, dan kelezatan yang tak tergantikan. Dari pasar tradisional hingga toko oleh-oleh, kue-kue ini masih bisa dinikmati, berkat upaya pelaku UMKM yang terus berinovasi tanpa menghilangkan keautentikan. Dukung pelestarian kue tradisional Jawa dengan membeli dari UMKM lokal, mengikuti workshop kuliner, atau sekadar menikmati kue ini bersama keluarga. Apa kue tradisional Jawa favorit Kamu?