Sejak pesawat terbang pertama kali ditemukan, keberadaan bandara menjadi kunci vital bagi hubungan antar suatu daerah. Terkadang pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari berapa banyaknya bandara di negara tersebut. Kira-kira apa saja bandara tertua di Indonesia, ya?
Sama seperti negara lain, Indonesia juga menyadari pentingnya peran bandara. Bahkan beberapa bandara tertua di Indonesia sudah ada sejak penjajahan Belanda. Namun, sejumlah bandara sudah ada sejak masa-masa awal sudah tidak beroperasi lagi sekarang.
Penasaran apa saja bandara tertua di Indonesia? Berikut ini daftarnya.
Jauh sebelum Bandara Kualanamu menjadi pintu gerbang bagi kota Medan dan sekitarnya, ada Bandara Polonia Medan. Bandara Polonia mulai beroperasi pada tahun 1928, menjadikannya salah satu bandara tertua di Indonesia. Namanya sendiri berasal dari tanah perkebunan milik seorang pengusaha berkebangsaan Polandia yang sebelumnya berada di lokasi tersebut.
Meskipun resmi dibuka pada tahun 1928, bandara ini konon sudah dibangun sejak tahun 1872. Asal muasalnya berdiri Bandara ini saat pengusaha partikelir asal Polandia, Baron Michalsky mendapatkan konsesi tanah untuk kebun tembakau di Sumatera Timur (Sekarang Sumatera Utara).
Baron memberi nama tanah tersebut Polonia yang terinspirasi dari tanah kelahirannya, Polandia. Nama tersebut tetap bertahan bahkan setelah tanahnya berpindah tangah di tahun 1879 menjadi perkebunan milik Deli Mattchappih (Deli Mij). Nah, saat itulah Deli sebagai pemilik baru membangun sebagian lahan sebagai landasan pacu pesawat terbang.
Sebelum merdeka di tahun 1945, pemerintah Jepang menjadikan bandara ini sebagai salah satu bandara tempat pesawat militer Jepang hilir mudik. Begitu pun di orde baru, ketika bandara ini terus berkembang dan melayani perjalanan domestik dan juga internasional.
Namun sebuah tragedi di tahun 2005 membuat bandara ini akhirnya ditutup untuk penerbangan komersial. Pada tahun 2005, terjadi kecelakaan pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines. Kecelakaan ini mengakibatkan 101 penumpang tewas. Sejak itu bandara ditutup dan hanya menjadi pangkalan udara TNI.
Bandara Adisutjipto Yogyakarta merupakan salah satu bandara tertua di Indonesia yang masih beroperasi hingga saat ini. Kalau melihat sejarahnya, bandara ini dibangun pada tahun 1940 dan digunakan oleh Militaire Luchtvaart (Angkatan Udara Belanda) pada tahun 1942. Bandar udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo.
Tak lama setelah diresmikan di tahun 1942, kota Yogyakarta diduduki oleh tentara Jepang dan bandara ini diambil alih Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Selama masa penjajahan Jepang, bandara tersebut tetap dimanfaatkan sebagai basis operasi udara.
Namun di November 1945, bandara beserta fasilitasnya dapat dikuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang dipimpin oleh Bapak Umar Slamet. Selanjutnya, Pemerintah Republik Indonesia menjadikan bandara ini sebagai pangkalan AU untuk mempertahankan kemerdekaan. Barulah di tahun 1959 namanya menjadi Adisutjipto yang kita kenal selama ini.
Pada tahun 1992, bandara itu resmi masuk dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I dan melayani penerbangan sipil. Kemudian pada 21 Februari 2004, Bandara Adisutjipto berubah menjadi bandara udara internasional. Hingga kini volume penerbangan dari dan ke Bandara Adisutjipto selalu bertambah menjadikannya salah satu bandara tertua yang masih aktif.
Bandara Husein Sastranegara (Foto: dok. Angkasa Pura II)
Rupanya bandara di Bandung ini sudah cukup lama, loh. Namun dulu namanya bukanlah Husein Sastranegara melainkan Lapangan Terbang Andir. terletak di Jalan Pajajaran No. 156, Kelurahan Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Bandara ini adalah peninggalan Hindia Belanda yang dulunya disebut Lapangan Terbang Andir.
Di tahun 1928, Lapangan Terbang Andir mulai melayani penerbangan sipil dengan rute Bandung-Batavia. Setelah 1942, lapangan tersebut diambil alih Jepang hingga 1945. Saat itu, lapangan terbang yang bernama Andir menjadi basis angkatan udara serta tentara Jepang.
Saat Indonesia merdeka, lapangan udara tersebut mengalami vakum sejak 1945 sampai 1949. Dari 1969-1973, TNI AU mengalihfungsikan bandara ini sebagai pangkalan militer. Barulah pada 1973, bandara ini digunakan sebagai penerbangan komersial. Namanya juga beralih menjadi Bandara Husein Sastranegara, yang berasal dari nama pilot militer AURI yang gugur dalam latihan terbang tahun 1946.
Foto: dok. Pangkalan TNI AU Suryadarma
Juga dikenal dengan nama Pangkalan Udara Kalijati (Vliegveld Kalidjati), kini wilayah tersebut sudah berganti nama menjadi Lapangan Udara Suryadarma. Bandara ini sebenarnya bukan bandara untuk penerbangan komersial dan fungsinya lebih kepada tugas militer.
Lapangan udara ini dibangun pada 30 Mei 1914 bersamaan dengan dibentuknya PVA (Proef Vlieg Afdeling), yaitu suatu Bagian Penerbangan Percobaan dari Pasukan Hindia Belanda (KNIL). Kemudian mulai tanggal 1 Agustus 1921 Pemerintah Hindia Belanda mulai membuka Sekolah Penerbang di PU Kalijati diikuti perubahan PVA menjadi LA (Luchtvaat Afdeling), yaitu bagian penerbangan yang terdiri dari VD (Vlieg Dienst) atau Dinas Terbang dan TD (Technise Dienst) atau Dinas teknik.
Keberadaan bandara ini sangat vital dalam sejarah kemerdekaan. Sama seperti nasib lapangan Udara militer lainnya, di tahun 1942 tantara Jepang mengambil alih Lapangan Udara Kalijati dan mengusir tentara Hindia Belanda menuju Bandung.
Setelah terdesak, Belanda mengajukan perundingan kepada tentara Jepang di Lapangan Terbang Kalidjati. Rupanya hasil dari perundingan ini, Belanda memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya di Indonesia kepada Jepang tanpa syarat.
Di tahun 1949 pemerintah Indonesia menggunakan bandara ini sepenuhnya menjadi Pangkalan TNI AU, karena lokasinya yang strategis. Di tempat ini diadakan kegiatan latihan berbagai jenis pesawat dan helikopter. Kemudian pada tanggal 7 September 2001 nama Kalijati resmi diubah menjadi Suryadarma.
Salah satu bandara tertua di Indonesia ada di Surabaya, Jawa Timur. Bandara Darmo pertama kali di bangun di tahun 1929 pada masa Hindia Belanda di kawasan Goenoengsarieweg yang sekarang bernama Jalan Gunung Sari. Pada perkembangannya bandara ini lebih dikenal sebagai Bandara Darmo, karena memang masih berada di kawasan Darmo.
Karena merupakan salah satu bandara terbesar saat itu di Jawa Timur, Bandara Darmo memegang peran yang penting. Awalnya bandara ini digunakan untuk fungsi militer, tapi berkembang dan melayani penerbangan juga untuk sipil.
Di tahun 1928, bandara ini mulai membuka rute penerbangan dari Batavia menuju Surabaya. Saat itu rute penerbangan sipil dari Batavia menuju Surabaya. Namun kegiatan penerbangan tersebut baru benar-benar terjadi di kota Surabaya pada tahun 1929.
Fakta menarik dari bandara ini adalah pernah disambangi Amelia Earhart, yang merupakan penerbang wanita legendaris asal Amerika Serikat. Ia pernah singgah di lapangan terbang ini sebelum kembali melanjutkan misi perjalanan keliling dunia.
Di tahun 1940 kegiatan penerbangan komersial Bandar Udara Darmo mulai dipindahkan secara berkala ke Lapangan Tanjoeng Perak di daerah Morokrembangan. Kini kawasan Bandara Darmo telah berubah menjadi kawasan pemukiman penduduk dan instalasi militer.
Tiket Bus & Shuttle ke berbagai destinasi
Tiket Bus & Shuttle ke...
Lihat Harga
Merencanakan perjalanan melalui transportasi udara memang menyenangkan. Namun rata-rata bandara di Indonesia dibangun di daerah yang cukup jauh dan tidak dekat dengan pemukiman. Nah, masalah transportasi dari airport bisa menjadi masalah. Biar tidak repot, lakukan pesan airport transfer di Traveloka.
Layanan ini membuat perjalanan kamu dari dan ke bandara menjadi lebih mudah serta praktis. Ada juga berbagai promo menarik seperti kode kupon Traveloka dan promo bank yang bisa membuat kamu mendapatkan potongan harga yang cukup besar. Pesan semuanya di Traveloka!