Keindahan alam Papua pastinya sudah diketahui banyak masyarakat di dalam dan luar negeri. Mulai dari keindahan lautnya dan pegunungannya yang eksotik. Tak cuma itu, provinsi yang berada di paling timur Indonesia ini juga kaya akan budaya. Bahkan, masyarakat adatnya masih melestarikannya hingga saat ini. Salah satu yang bisa Anda lihat adalah upacara adat Papua.
Daerah yang dijuluki Bumi Cenderawasih tersebut punya sejumlah suku yang budayanya luar biasa unik. Bahkan, berbeda dengan bagian Indonesia lainnya. Suku-suku, seperti Asmat, dani, Biak, dan Yali memiliki tradisi serta kepercayaan yang berbeda satu sama lain. Tak heran kalau upacara adat Papua sangat beragam dan menarik untuk dipelajari.
Kali ini, Anda akan diajak menelusuri keindahan dan kekayaan makna dalam upacara adat Papua. Dari acara ini, Anda dapat meresapi tradisi kaya dan mendalam dari suku-suku yang tinggal di wilayah ini. Berikut ini sejumlah upacara adat yang biasa dilakukan di provinsi tersebut.
Foto: id.wikipedia.org
Sebuah upacara adat biasanya menjadi bagian dari ritual kepercayaan yang sudah dianut sejak zaman dahulu. Terkadang, tradisi ini sudah dilakukan selama satu abad. Salah satu yang paling terkenal di Papua adalah Upacara Bakar Batu. Untuk apa acara ini dilakukan? Berikut ini penjelasannya.
Sebenarnya, Upacara Bakar Batu ini dimaknai sebagai rasa terima kasih dan syukur masyarakat Papua kepada sang pencipta. Itu sebabnya, biasanya acara ini dilakukan ketika ada kabar baik di lingkungan warga. Misalnya, kabar kelahiran, penobatan kepala suku, pernikahan, dan juga persiapan berperang.
Sebenarnya, upacara ini juga merupakan wujud gotong royong masyarakat Papua terhadap satu sama lain. Mereka akan berkumpul di satu tempat untuk memasak dan makan-makan bersama. Tentunya, makanan yang disajikan tidak dimasak di atas kompor. Namun, memakai batu yang dibakar hingga sudah panas membara. Dari sini, sudah tahu mengapa nama tradisi tersebut adalah Upacara Bakar Batu.
Upacara Bakar Batu ini umumnya dilakukan masyarakat adat yang tinggal di pegunungan Papua. Misalnya, dari daerah Pegunungan Bintang, Yahukimo, Lembah Baliem, Nabire, Paniai, Dekai, dan juga Pegunungan Tengah. Tentunya, tradisi ini punya nama lain, seperti Mogo Gapil di Paniai serta Kit Oba Isago di Wamena.
Pada masa lalu, biasanya masyarakat Papua akan membakar daging babi dalam Upacara Bakar Batu. Namun karena alasan toleransi, mereka juga membakar daging ternak lain, seperti ayam, sapi, dan juga kambing. Anda dapat ke sana langsung untuk mencoba masakan dari tradisi tersebut, lho. Pasti akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan untuk Anda.
Foto: gramedia.com
Perlu Anda ketahui, suku Asmat merupakan masyarakat adat yang jumlah populasinya terbesar di Papua. Suku ini juga dikenal memiliki sejumlah upacara adat yang diwariskan secara turun-menurun hingga generasi saat ini. Salah satu yang paling menarik perhatian dan dikenal adalah Upacara Kematian Suku Asmat. Dalam acara ini, pastinya akan terasa magis dan juga khusyuk.
Upacara Kematian Suku Asmat ini unik karena masyarakat tersebut tidak mengubur atau membakar jenazah orang yang sudah meninggal. Lalu, apa yang dilakukan pada jenazah kerabat yang sudah wafat? Suku tersebut akan meletakan jenazah ke atas sebuah perahu lesung.
Untuk mengantar arwah kerabat menyeberang ke dunia lain, keluarga yang ditinggalkan menyiapkan perbekalan, seperti sagu. Jenazah tersebut kemudian dibiarkan berlayar sendiri ke laut. Umumnya, jenazah tersebut diletakan di atas anyaman bambu sampai nantinya membusuk dimakan usia.
Uniknya, setelah jenazah tersebut berubah menjadi tulang belulang, masyarakat adat Asmat akan kembali mencari perahu tersebut. Kemudian, mereka akan menyimpan tulang ke dalam pokok kayu. Bagian tengkorak kepala akan berperan sebagai bantal bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal ini mencerminkan rasa cinta anggota keluarga yang tidak habis meskipun sudah tidak ada di dunia ini.
Menurut kepercayaan masyarakat Asmat, sebuah kematian tidak terjadi secara kebetulan atau alami. Namun, wafatnya seseorang ini disebabkan oleh roh-roh jahat yang sengaja mengganggu. Biasanya, kalau ada ada kerabat yang sakit, suku Asmat akan memagari rumah dari dahan nipah.
Dahan nipah ini dipercaya dapat mengusir arwah-arwah jahat yang mengganggu kesehatan seseorang. Umumnya, masyarakat adat Asmat tidak akan memberi obat atau makan orang yang tengah sakit. Mereka akan berdiam diri sambil mengelilingi orang tersebut. Ketika akhirnya orang itu wafat, mereka akan bergantian memeluk jenazah. Setelah itu, mereka akan mengguling-gulingkan badan di lumpur.
Papua juga memiliki Upacara Adat Tindik Telinga, lho. Kira-kira siapa yang daun telinga yang akan dilubangi, ya? Tradisi ini dalam bahasa setempat disebut Ero Era Tu Ura. Biasanya, orang yang akan ditindik adalah anak-anak yang berusia tiga sampai lima tahun. Tentunya, ini acara yang diramaikan oleh seluruh anggota keluarga dan kerabat terdekat.
Siapa yang melakukan Upacara Tindik Telinga? Tentunya, bukan dilakukan oleh orang tua masing-masing anak, ya. Tradisi ini akan dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Aebe Siewi. Namun ketika proses penindikan, seluruh anggota keluarga dari anak dan tetangga dapat menyaksikan secara langsung.
Sebelum proses penindikan telinga dilakukan, anak akan duduk di atas tikar yang dikelilingi anak-anak lain. Setelah itu, kedua daun telinga si anak akan dilubangi dengan alat khusus. Upacara Tindik Telinga ini dilakukan karena masyarakat adat Papua percaya telinga merupakan bagian tubuh yang harus dipelihara. Dengan menindik bagian kuping tersebut, dipercaya anak akan lebih jelas mendengarkan suara-suara yang baik dan terjaga dari suara-suara buruk.
Upacara Adat Wor merupakan tradisi yang dilakukan turun-temurun oleh suku Biak di Papua. Masyarakat adat tersebut ternyata tersebar di beberapa tempat. Itu sebabnya, budaya tersebut dikenal di beberapa Bumi Cendrawasih. Dalam bahasa Biak, kata wor bermakna adanya hubungan religius dan spiritual di masyarakat.
Masyarakat adat Biak percaya kalau Upacara Adat Wor ini harus dilakukan oleh keluarga inti. Selain itu, tradisi ini juga mengajak kerabat terdekat dari suami dan istri. Fungsi dari tradisi ini adalah untuk meminta perlindungan kepada sang pencipta dan pemilik alam semesta.
Suku Biak juga percaya, upacara ini dapat melindungi seseorang ketika berada di fase perubahan fase hidup. Misalnya, ketika anak mengalami pubertas, kelahiran, kehamilan, hingga kematian.
Nah, tadi Anda sudah melihat upacara-upacara adat Papua yang tersebar di seluruh wilayahnya. Pastinya, semua memiliki keunikan dan keindahan makna tersendiri. Tak heran, banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi Bumi Cenderawasih tersebut. Selain budaya, Anda juga bisa menikmati alam Papua yang masih asri.
Namun, ke sana untuk melihat upacara adat Papua itu sulit? Siapa bilang? Anda bahkan dapat mengatur perjalanan ke pulau terbesar di timur Indonesia tersebut dengan jari-jari. Salah satu caranya, booking semua transportasi dan akomodasi yang diperlukan selama perjalanan Anda melalui aplikasi Traveloka! Ini juga dapat mengurangi kemungkinan adanya scam.
Nikmati juga potongan harga spesial, mulai dari diskon dan cashback yang ada di Traveloka. Anda akan merasa dipermudah untuk merencanakan liburan impian Anda. Bahkan, bisa memilih tiket tempat wisata yang mau dikunjungi. Jangan ragu untuk mengunduh aplikasi Traveloka dan atur perjalanan Anda sekarang!
Penginapan dan Hotel di Jayapura
Cari Hotel dengan prom...
Lihat Harga