0

Mas Bellboy

08 May 2024 - 4 min read

Mengenal 5 Upacara Adat Sumatera Utara yang Masih Dijalankan

Tahukah Anda kalau upacara adat Sumatera Utara masih dilakukan hingga generasi sekarang? Masyarakat adat yang berada di provinsi tersebut masih berusaha menjaga warisan budaya dari nenek moyang tersebut. Meskipun beberapa di antaranya sudah mengalami perkembangan karena pengaruh budaya modern.

Sumatera Utara dikenal dengan keberagaman etnisnya, yang mencakup suku Batak, Nias, Mandailing, dan lainnya. Setiap suku memiliki upacara adat Sumatera Utara sendiri. Tentunya, tradisi tersebut mencerminkan identitas dan kekayaan budayanya. Bahkan, semua acara adat ini memiliki sejarah masing-masing. Hal ini membuat peninggalan leluhur tersebut semakin menarik untuk didalami.

Kali ini, Anda akan diajak menjelajahi keindahan dan makna di balik upacara adat Sumatera utara yang sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa upacara adat yang menarik untuk disaksikan sendiri bila ada kesempatan untuk mendatangi provinsi tersebut.

Upacara Adat dari Sumatera Utara

1. Upacara Fahombo

Upacara Fahombo merupakan upacara adat suku Nias untuk menyambut perubahan hidup para laki-laki dari anak-anak menjadi dewasa. Upacara ini dilakukan dengan melompati sebuah batu besar. Upacara ini juga cukup terkenal, bahkan upacara ini diabadikan pada uang kerja Rp1.000.

Upacara Fahombo tersebut dipercaya mengandung unsur magis dan spiritual. Kabarnya, ada campur tangan roh leluhur untuk menyukseskan acara tersebut. Biasanya, tradisi ini diawali dengan anak laki-laki yang sudah puber disiapkan untuk melompati batu besar. Batu ini sebagai pertanda anak tersebut sudah meneruskan ke tahapan kehidupan berikutnya.

Saat ini, Upacara Hombo Batu tersebut berubah fungsi menjadi pertunjukan olahraga. Tentunya, ini menjadi atraksi yang diminati oleh para wisatawan lokal dan mancanegara. Uniknya lagi, tidak semua laki-laki Nias berhasil melewati batu tersebut, lho. Bahkan, hal ini sulit untuk mereka walaupun sudah berlatih dari kecil.

2. Upacara Mangulosi

Upacara Mangulosi berasal dari suku Batak Toba, Sumatera Utara. Sebenarnya, ini berasal dari kata ulos yang berarti kain tenun yang menjadi ciri khas suku Batak. Kain tenun yang satu ini memang bukan cuma sebagai fashion statement saja. Namun, juga memiliki makna tersendiri. Anda perlu mengetahui arti corak dan warnanya, ya, supaya tidak salah pakai.

Masyarakat adat Batak Toba sangat loyal dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang. Bagi mereka, kebudayaan leluhur dapat mempertingkat kualitas hidup. Salah satu cara melestarikannya adalah dengan melakukan Upacara Mangulosi.

Sebenarnya, ini merupakan tradisi yang menjadi bagian dari acara gembira atau duka. Misalnya, acara pernikahan adat dan kematian. Bentuk upacara adat ini sebenarnya adalah mengalungkan kain ulos untuk pihak penyelenggara pesta. Untuk acara pernikahan, kain tersebut akan dikalungkan ke kedua mempelai. Namun, ketika acara kematian ulos akan ditaruh di tubuh jenazah.

Upacara Mangulosi ini sebenarnya merupakan ungkapan kasih sayang, simpati, doa dan restu terhadap seseorang. Bisa dibilang ini sebagai tradisi yang menghibur orang yang sedang kehilangan juga. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, ulos sendiri adalah simbol kehangatan bagi yang memakainya.

Upacara Mangulosi ternyata tidak dilakukan oleh sembarang orang. Hanya yang dituakan kepada kerabat yang mempunyai kedudukan lebih rendah. Misalnya, dari orang tua ke anaknya.

3. Upacara Gundala-Gundala

Upacara Gundala-Gundala berasal dari suku Karo yang ada di Sumatera Utara. Tradisi yang berbentuk tarian tersebut mengandung unsur magis dan spiritual. Pada masa lalu, budaya lokal ini dipercaya dapat memanggil hujan. Terutama ketika terjadi kemarau panjang.

Upacara adat khas Karo tersebut tercipta dari seorang raja bernama Sibayak. Saat itu, raja tersebut bertemu dengan burung raksasa. Ternyata, burung itu adalah jelmaan petapa sakti, Gurda Gurdi. Ia pun kemudian mengajak hewan tersebut pulang. Lalu, dijadikan penjaga anaknya.

Burung raksasa tersebut menyimpan kekuatan yang berada di paruhnya. Namun sayangnya, Gurda Gurdi tersentuh oleh putri raja. Ia pun memberontak dan marah. Karena khawatir melukai anaknya, Raja Sibayak mengirim pasukan untuk mengatasi burung sakti tersebut. Sampai akhirnya, Gurda Gurdi berhasil dikalahkan dan mati.

Kematian Gurda Gurdi membuat masyarakat Karo menjadi berduka. Sang pencipta pun seakan-akan ikut bersedih sehingga langit menjadi mendung dan hujan pun seperti menangisi kepergiannya.

Dari legenda inilah, Upacara Gundala-Gundala pun terlahir. Itu sebabnya, tarian yang dibawakan dalam ritual ini terkesan memiliki kesedihan yang mendalam. Para penari akan mengenakan atribut topeng dengan busana unik. Kalau Anda menyimaknya dengan saksama, pasti akan merasa sedih juga melihat tradisi adat tersebut.

4. Upacara Mangongkal Holi

Satu lagi upacara adat Sumatera Utara yang masih memiliki unsur mistis dan spiritual. Namanya Upacara Mangongkal Holi. Ini merupakan tradisi masyarakat Batak yang menggali kembali tulang-belulang kerabat atau nenek moyang yang berada di daerah lain. Kemudian tulang-belulang tersebut dipindahkan ke tempat mendiang dilahirkan. Umumnya, nantinya sudah disiapkan tugu di tempat peristirahatan yang baru.

Upacara Mangongkal Holi ini adalah simbol penghormatan kepada tetua atau orang tua yang sudah tiada. Tradisi ini dimaksudkan agar generasi selanjutnya tetap mengenal nenek moyang atau leluhurnya. Jadi, para keturunan dari setiap keluarga dapat mengetahui dan memahami leluhurnya.

Tradisi Mangongkal Holi ini sudah berlangsung sejak masa lalu. Jauh sebelum masuknya ajaran-ajaran agama ke Sumatera Utara. Upacara adat ini ada karena keyakinan leluhur bawa orang yang sudah tiada juga masih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keluarganya yang masih hidup.

Upacara Mangongkal Holi juga mengalami perkembangan dan sedikit berubah ketika agama Kristen mulai dikenal masyarakat adat Batak. Acara ini dijadikan simbol penghormatan keluarga terhadap para tetua atau orang tua yang sudah meninggal. Dalam prakteknya, tradisi ini pun sudah tidak lagi dimediasi oleh dukun. Bahkan, sudah melibatkan pihak gereja untuk berdoa.

Tradisi yang sudah turun-temurun tersebut ternyata juga memakan waktu yang cukup lama. Setidaknya, acara ini berlangsung selama tiga hari lamanya. Keluarga harus siap menyediakan jamuan. Tak lupa ada acara menyembelih kerbau ataupun babi.

Upacara Mangongkal Holi ini juga bisa menjadi ajang silaturahmi keluarga. Pasalnya, untuk melakukan ritual, seluruh keluarga besar harus berkumpul terlebih dulu. Termasuk, kerabat yang tinggal di luar Sumatera Utara. Tradisi ini tidak dilakukan semua orang di suku Batak. Hal ini karena memerlukan biaya yang cukup banyak. Namun, keluarga yang menyelenggarakan acara tersebut mendapat keistimewaan di masyarakat setempat.

Ketika Anda punya dapat berlibur sambil mencicipi Kota Medan atau menikmati keindahan Danau Toba, Tidak boleh lupa untuk melihat secara langsung keunikan upacara adat Sumatera Utara. Jangan lupa untuk mampir ke destinasi wisata budaya untuk memahami lebih dalam kesenian khas daerah tersebut.

Ini saatnya untuk mempersiapkan jadwal perjalanan Anda dengan baik. Pastikan Anda sudah melakukan riset terlebih dulu untuk tempat-tempat wisata. Setelah itu, segera booking semua transportasi dan akomodasi yang diperlukan selama perjalanan Anda melalui aplikasi Traveloka! Ini pastinya mempersingkat waktu Anda untuk berpikir dan mencari tempat terbaik.Nikmati juga potongan harga spesial, mulai dari diskon dan cashback yang ada di Traveloka. Anda akan merasa dipermudah untuk merencanakan liburan impian Anda. Bahkan, bisa memilih tiket tempat wisata budaya untuk melihat upacara adat Sumatera Utara yang mau dikunjungi. Jangan ragu untuk mengunduh aplikasi Traveloka dan atur perjalanan Anda sekarang!

Penginapan dan Hotel di Sumatera Utara

Cari Penginapan dan Hotel di Sumatera Utara dengan Promo Traveloka

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan