Pura Luhur Uluwatu, atau biasa dikenal dengan Pura Uluwatu, merupakan satu dari 6 pura utama di Bali yang dipercaya sebagai pilar spiritual dan penjaga pulau dari roh-roh jahat. Berada di ketinggian lebih dari 90 meter dari permukaan laut, pura ini menawarkan pemandangan spektakuler yang tidak bisa didapatkan di tempat lain.
Sesuai dengan namanya - 'Ulu' berarti di atas dan 'Watu' artinya batu -, Pura ini berdiri dengan anggun di atas tepian batu tebing yang tinggi. Wisatawan dapat dengan mudah melihat indahnya hamparan Samudera Hindia dari area pura ini. Pemandangan ini bahkan lebih cantik bila dilihat di sore menjelang malam hari, saat matahari mulai tenggelam di batas cakrawala. Semburat cahaya keemasan akan memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Mungkin inilah salah satu alasan kuat mengapa Pura Uluwatu selalu ramai pengunjung di sepanjang tahun.
Memasuki area Pura Uluwatu bisa melalui dua pintu; pintu Selatan dan pintu Utara. Dikelilingi oleh hutan kecil, pura ini memiliki flora dan fauna menarik. Salah satunya yang selalu jadi perbincangan di kalangan wisatawan adalah ratusan primata yang berdiam (atau lebih tepatnya, berlarian) di area pura ini. Monyet-monyet ini dipercaya sebagai penjaga dan pelindung pura, jadi jangan kaget akan jumlahnya yang terus-menerus meningkat setiap tahunnya.
Sejarah Pura Uluwatu
Tidak ada catatan pasti akan kapan dibangunnya pura ini, namun menurut prasasti, tertulis bahwa Pura Uluwatu merupakan hasil dari usulan seorang pendeta suci Majapahit, yakni Mpu Kunturan.
Di tahun 1550, seorang pendeta suci dari Jawa Timur, Dhang Hyang Dwijendra, memilih pura ini sebagai tempat terakhir dari perjalanan spiritualnya, atau yang bisa dinamakan 'Ngaluhur' (dari sinilah dinamakan Pura 'Luhur' Uluwatu). Umat Hindu di Bali percaya bahwa pendeta suci tersebut mencapai titik spiritual tertingginya saat tersambar petir dari dewa-dewa, dan sejak itu ia benar-benar menghilang dari muka bumi.
Uniknya, pura ini awalnya sangat sulit untuk dijangkau atau dijelajahi hingga tahun 1983. Kemudian di tahun 1999, sebagian dari pura ini terbakar karena sambaran petir. Setelah itu, pura ini melewati beberapa proses restorasi untuk menjaga kemegahan dan keindahannya.
Tahukah Kamu?
Semua pengunjung yang datang ke Pura Uluwatu diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan, mengingat ini adalah tempat suci. Pengunjung juga harus memakai sarung dan selendang yang dipinjamkan di pintu masuk. Wisatawan dihimbau untuk tidak mengusili atau menggoda monyet-monyet setempat. Mereka memiliki reputasi untuk mencuri atau merampas barang bawaan wisatawan. Tapi, jangan khawatir. Kamu dapat membeli makanan khusus untuk diberikan kepada monyet-monyet tersebut agar teralih perhatiannya dari barang bawaanmu, seperti kacamata, kamera, dan lain-lain.
Sumber:raditya / Shutterstock.com
Tidak hanya dikenal dengan pemandangan yang memukau dan primatanya (yang terkadang jahil), Pura Uluwatu juga digemari karena pertunjukan Tari Kecak yang spektakuler. Kunjungi Pura Uluwatu mendekati jam matahari terbenam untuk menyaksikan langsung magisnya penampilan Tari Kecak dilatari langit luas dan lautan lepas. Pertunjukan yang memukau ini dipentaskan setiap hari pada pukul 18:00 WITA, tepat saat langit berwarna ungu keemasan.