Taman Sari Keraton Yogyakarta: Lebih dari Sekadar Tempat Mandi Putri Raja

Michelle Sonya
24 Aug 2018 - Waktu baca 1 menit
false

Yogyakarta memang selalu penuh pesona, menjadikannya salah satu destinasi wisata yang memberikan pengalaman yang berbeda-beda bagi setiap wisatawan. Ada yang berkunjung untuk menikmati kuliner, mengeksplorasi alam, dan ada juga yang datang untuk menguak sejarahnya. Nah, bagi para penggemar sejarah, Taman Sari Keraton Yogyakarta tentu tidak boleh dilewatkan saat liburan ke Yogyakarta.

Dikenal dengan sebutan Water Castle, taman ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1758 hingga 1768, dengan luas lebih dari 9 hektar, dan berlokasi di sebelah utara dari Keraton. Pada awalnya, taman megah ini berisikan 57 bangunan termasuk di antaranya gedung bertingkat, lengkap dengan danau buatan, jembatan gantung, kolam pemandian, dan bahkan ruang bawah tanah dengan tempat beribadah.

Konon, di pemandian inilah Sultan mencari istri di antara para permaisurinya. Umbul Pasiraman (secara langsung diartikan sebagai 'tempat pemandian') terdiri dari tiga bagian; Umbul Binangun, Umbul Muncar dan Blumbang Kuras - di sinilah putri-putri raja mandi dan juga calon-calon istri dari Sultan. Sultan akan melempar bunga mawar dari atas menara tinggi, dan permaisuri yang menangkap mawar tersebut kemudian diperistri.

Namun, Taman Sari juga memiliki banyak fungsi lainnya. Selain sebagai tempat Sultan bermeditasi, Taman Sari juga merupakan rute untuk melarikan diri apabila terjadi keadaan darurat dan kerap dijadikan benteng pertahanan. Jalur terowongan bawah tanah di taman ini ada dua. Terowongan pertama menuju Sumur Gumuling, sedangkan jalur kedua dikatakan menjadi jalan tembusan sampai ke Pantai Selatan. Konon dikatakan bahwa jalur ini merupakan jalur rahasia untuk Sultan bertemu dengan Nyai Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan. Kini, terowongan tersebut tidak dibuka untuk umum karena jalurnya yang lapuk dapat membahayakan pengunjung.

Meskipun telah mengalami kerusakan yang besar akibat gempa bumi, kelalaian, dan juga karena padatnya penduduk sekitar, Taman Sari tetap menjadi monumen nasional peninggalan abad ke-18 yang tak ternilai bagi masyarakat Indonesia. Bangunan yang tersisa diupayakan untuk dipugar secara maksimal oleh berbagai pihak. Walau yang terlihat hanya reruntuhan, keindahan Tamansari tak akan luntur dan akan selalu memesona para wisatawan yang berkunjung.

Tags:

budaya

kota yogyakarta

taman sari keraton

warisan budaya

wisata bersejarah

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan