Indonesia memiliki banyak kebudayaan ukiran, seperti ukiran Toraja, salah satu ukiran yang terkenal dan memiliki makna yang mendalam, Toraja, sebuah daerah di Sulawesi Selatan, terkenal sebagai destinasi pariwisata dunia dengan tradisi dan adat istiadat yang masih terpelihara dengan baik. Tempat ini menawarkan berbagai bentuk kearifan lokal yang kaya makna dan penuh inspirasi.
Photo : istockphoto
Salah satu kearifan lokal yang terlihat di Toraja adalah seni ukirannya. Dikenal sebagai Passura’ Toraya, ukiran ini telah menjadi warisan turun-temurun selama ratusan tahun. Passura’ Toraya digunakan sebagai bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan moral dari leluhur kepada generasi berikutnya. Meskipun banyak orang di masa lalu tidak pandai baca tulis, ukiran menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, pengorbanan, kerja keras, kesetiaan dalam hubungan, dan banyak pesan bermakna lainnya yang tergambar dalam ukiran halus Toraja.
Artikel Traveloka di bawah ini akan membahas mengenai ukiran Toraja yang memiliki banyak makna di dalamnya.
Photo : istockphoto
Kelompok ini mencakup motif ukiran Toraja yang mengandung dasar lambang kearifan hidup masyarakat Toraja. Berikut adalah beberapa motif ukiran dari kelompok ini:
Ukiran ini menggambarkan bulatan matahari dengan pancaran sinarnya. Nama ini berasal dari kata "Barre" yang berarti bulatan atau lingkaran dan "Allo" yang berarti matahari. Biasanya digunakan di bagian rumah adat Toraja yang mencuat condong ke atas, baik di bagian depan maupun belakang. Makna dari ukiran ini antara lain sebagai penghormatan kepada Tuhan yang telah menciptakan matahari, serta simbol kebesaran dan kesatuan dari negeri Toraja.
Motif ukiran ini menyerupai wajah kerbau dengan "Tedong" berarti kerbau dalam bahasa Toraja. Ukiran ini melambangkan kerbau sebagai binatang peliharaan yang berharga dan memiliki fungsi ganda, termasuk sebagai alat transaksi dan persembahan. Pa'Tedong melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran, biasanya terletak pada papan besar di bagian atas rumah atau lumbung padi.
Ukiran ini menggambarkan ayam jantan serta melambangkan keberanian seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Biasanya, ukiran ini terletak pada bagian depan dan belakang rumah. Makna lainnya adalah harapan agar penghuni rumah mendapatkan keturunan yang berani dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan bijak.
Kata "Sussuk" berarti dikupas dan ukiran ini menunjukkan pola yang dikupas sejajar tanpa pewarnaan. Makna dari ukiran ini adalah kegotong-royongan dan kebersamaan dalam masyarakat yang demokratis. Ukiran ini biasanya ditemukan pada dinding rumah dan lumbung tertentu yang berperan dalam menentukan kebijakan dasar.
Kelompok ini terdiri dari motif ukiran yang melambangkan kegembiraan dan kesenangan. Berikut adalah beberapa ukiran dari kelompok ini:
Ukiran ini berbentuk segi empat yang merepresentasikan dadu, sebuah permainan judi yang dulu populer di Toraja. Ukiran ini mengingatkan tentang dampak negatif judi dan diukir pada sisi rumah.
Ukiran ini melambangkan perlindungan dari wabah penyakit dan bahaya lainnya. Ukiran ini menyerupai anyaman bambu dan biasanya ditemukan pada dinding rumah dan lumbung, dipercaya dapat menolak bala dan menjaga keamanan.
Ukiran ini melambangkan harapan agar keluarga memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang tinggi. Biasanya diukir pada dinding rumah dan lumbung.
Kelompok ini mencakup motif ukiran yang menjadi lambang tata cara persembahan kepada leluhur dan dianggap ukiran tua. Beberapa contoh motifnya adalah sebagai berikut:
Ukiran ini dianggap sebagai dasar dari semua ukiran karena diyakini berasal dari langit. Digunakan pada rumah pusaka dan dianggap sebagai simbol kebangsawanan. Biasanya ditemukan pada dinding-dinding rumah dan lumbung padi, serta bungkusan mayat bangsawan.
Ukiran ini melambangkan sumber mata air yang memberikan kehidupan dan berasal dari kata "Limbong" yang berarti danau. Biasanya diukir pada dinding samping rumah, dan menunjukkan sifat gigih dan tekad untuk memperoleh berkah dari berbagai penjuru.
Meskipun terlihat sederhana dalam bentuk garis, lekuk, warna, dan pola, ukiran Toraja tidak bisa sembarangan digunakan atau ditempatkan. Setiap elemen ukiran memiliki arti khusus, menyangkut proses penempatan, pola, dan ketaatan pada nilai-nilai yang mencerminkan doa, harapan, status sosial, kedudukan, dan peran dalam keluarga.
Filosofi ukiran Toraja tersembunyi bagi mereka yang bijaksana, namun jelas bagi orang yang sederhana dan rendah hati. Oleh karena itu, ukiran Toraja sebenarnya adalah cara untuk mengkomunikasikan pesan tentang bagaimana masyarakat Toraja memaknai hidup mereka yang sangat erat hubungannya dengan Tuhan. Ukiran ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat Toraja mengapresiasi rahmat dan bakat yang diberikan kepada mereka.
Tongkonan sebagai rumah adat masyarakat Toraja bukan sekadar bangunan fisik, melainkan pusat kehidupan sosial, budaya, dan spiritual bagi suku Toraja. Ukiran Toraja dengan berbagai simbolisme dan maknanya menjadi elemen penting yang menghiasi dan memperkuat esensi Tongkonan. Kombinasi antara Tongkonan dan ukiran Toraja menciptakan sinergi yang menggambarkan kesatuan antara langit dan bumi, surga dan manusia, serta keindahan yang terjalin dalam doa yang tak tertulis.
Dalam budaya Toraja, Tongkonan bukan hanya tempat tinggal, melainkan pusat kegiatan keluarga dan komunitas. Struktur dan ruangannya dirancang dengan filosofi yang dalam, dan setiap bagiannya memiliki fungsi serta makna tertentu. Tongkonan juga dianggap sebagai ibu bagi keluarga Toraja, dengan berbagai ruangan yang mencerminkan aspek kehidupan yang berbeda:
Area ini biasanya ditempati oleh kepala keluarga. Bagian ini melambangkan status dan tanggung jawab kepala keluarga dalam memimpin dan menjaga keharmonisan keluarga.
Area ini digunakan sebagai ruang makan atau tempat pertemuan keluarga. Tempat ini juga bisa digunakan untuk menempatkan jenazah bagi keluarga yang telah meninggal sebagai simbol penghormatan dan kenangan terhadap leluhur.
Biasanya diperuntukkan bagi tamu kehormatan atau orang penting dalam keluarga atau komunitas.
Ukiran yang menghiasi Tongkonan memiliki peran yang krusial dalam menyampaikan pesan simbolis dan nilai-nilai moral. Berbagai motif ukiran, seperti Pa'Barre Allo (matahari), Pa'Tedong (kerbau), dan Pa'Londongan (ayam jantan), memberikan makna tersendiri dan menambah dimensi spiritual pada Tongkonan. Selain menjadi dekorasi yang indah, ukiran ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi yang mentransmisikan nilai-nilai leluhur kepada generasi berikutnya.
Tongkonan dan ukiran Toraja bersama-sama membentuk identitas budaya yang kuat. Warisan berharga ini mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan leluhur yang telah diteruskan secara turun temurun. Dalam konteks ini, Tongkonan bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga tempat belajar, merayakan, dan menghormati tradisi serta budaya Toraja. Ukiran yang menghiasi Tongkonan menambahkan sentuhan artistik dan spiritual yang mendalam, menghubungkan komunitas Toraja dengan leluhur mereka, serta menjaga warisan budaya ini tetap hidup bagi generasi mendatang.
Ukiran Toraja memang menarik untuk dipelajari filosofi dan makna yang terkandung di setiap bentuknya. Tidak semua masyarakat bisa mengukir ukiran dari salah satu daerah di pulau Sulawesi ini. Maka dari itu, tidak heran rumah atau kain yang diberi ukiran Toraja memiliki harga yang sebanding dengan kesulitan dan lama pengerjaannya.
Rencanakan liburan akhir pekanmu di Sulawesi Selatan dengan aplikasi Traveloka! Semua kebutuhan perjalanan bisa kamu atur dengan mudah, mulai dari tiket pesawat, kereta, bus, hingga pemesanan hotel, semuanya dalam satu aplikasi.
Baca juga: 8 Bukit di Sulawesi yang Memanjakan Mata
Dengan Traveloka, kamu bisa menikmati harga terbaik dengan berbagai promo hotel menarik, flash sale, dan live streaming. Fitur-fitur seperti Easy Reschedule dan Bayar saat Check-In juga memberikan fleksibilitas, membuat liburan akhir pekan di Sulawesi Selatan jadi lebih praktis dan menyenangkan!
Penginapan dan Hotel di Makassar
Cari Hotel di Makassar...
Lihat Harga