Banyak orang merasa cemas atau tidak percaya diri saat membicarakan uang, terutama ketika membandingkan kondisi finansialnya dengan orang lain. Fenomena ini sering disebut sebagai money dysmorphia, sebuah istilah psikologis yang semakin sering dibahas, khususnya di kalangan generasi muda yang aktif di media sosial.
Pengaruh media sosial yang menampilkan gaya hidup mewah seringkali memicu perasaan tidak puas atau tekanan untuk memenuhi standar tertentu, meskipun kondisi finansial kita sebenarnya stabil.
Dalam artikel ini, kamu akan menemukan penjelasan lengkap mengenai apa itu money dysmorphia, faktor-faktor yang menyebabkannya, serta dampaknya terhadap kesejahteraan emosional dan finansial. Selain itu, artikel ini juga menawarkan cara-cara praktis untuk mengatasi money dysmorphia agar kamu bisa menjalani hidup dengan lebih sehat secara finansial dan merasa lebih percaya diri dalam mengelola uangmu.
Money dysmorphia adalah kondisi ketika seseorang memiliki persepsi yang keliru atau tidak realistis terhadap keadaan keuangan dirinya. Mirip dengan body dysmorphia yang berkaitan dengan citra tubuh, money dysmorphia membuat seseorang merasa tidak pernah cukup secara finansial, meskipun secara fakta keadaan ekonominya sudah baik. Akibatnya, mereka terus-menerus cemas, malu, atau membandingkan diri dengan orang lain dalam hal uang.
Orang yang mengalami money dysmorphia sering kali:
Money dysmorphia bukan sekadar masalah kurangnya informasi keuangan, melainkan gangguan persepsi yang butuh perhatian serius. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan mental serta kebiasaan finansial, seperti menunda investasi atau konsumsi berlebihan.
Seperti halnya gangguan persepsi lain, money dysmorphia bisa dipicu oleh banyak faktor, antara lain:
Media sosial membuat perbandingan gaya hidup semakin mudah. Melihat teman atau selebriti membeli barang mahal, liburan mewah, atau memamerkan “kesuksesan” bisa menimbulkan rasa minder dan merasa kurang, padahal apa yang ditampilkan seringkali bukan kenyataan sepenuhnya.
Cara seseorang dibesarkan dalam keluarga juga berperan. Jika dari kecil sering mendengar bahwa uang selalu kurang, atau dibayang-bayangi ketakutan finansial, maka kecemasan terhadap uang mudah terbawa hingga dewasa.
Tanpa pengetahuan cara mengelola uang yang benar, informasi yang didapat bisa simpang siur. Akibatnya, seseorang jadi sulit menilai apakah kondisinya sebenarnya cukup baik atau memang butuh perbaikan.
Tekanan dari lingkungan kerja, keluarga, atau komunitas tentang standar “kesuksesan” juga bisa memicu money dysmorphia. Standar yang berbeda-beda ini membuat seseorang selalu merasa tertinggal, meskipun kenyataannya sudah berada di posisi yang nyaman.
Mengatasi money dysmorphia membutuhkan waktu dan strategi yang konsisten. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba agar hubungan dengan uang semakin sehat:
Setiap kali merasa cemas terkait uang, coba catat apa pemicunya. Apakah karena membandingkan diri dengan orang lain, atau ada ketakutan tertentu? Dengan mencatat, kamu bisa mulai mengenali pola pikiran yang kurang sehat.
Tulis tujuan keuangan yang ingin dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Fokus pada kemajuan diri sendiri, bukan hasil yang didapat orang lain. Setiap orang punya perjalanan finansial yang berbeda.
Ikuti kelas, seminar, atau baca sumber terpercaya tentang keuangan. Semakin banyak pengetahuan, semakin bisa memilah mana kebutuhan sesungguhnya dan mana yang hanya keinginan.
Sebisa mungkin kurangi waktu scroll media sosial yang membuatmu membandingkan diri. Ingat, setiap orang hanya menampilkan bagian terbaik dari hidupnya.
Mulai dari hal sederhana seperti rutin menabung, membuat anggaran bulanan, hingga menggunakan fitur-fitur seperti TPayLater untuk memudahkan transaksi dan mengelola pengeluaran.
Jika money dysmorphia mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu konsultasi dengan ahli keuangan atau psikolog. Mereka bisa memberikan saran profesional sesuai kebutuhanmu.
Money dysmorphia bisa dialami siapa saja, terlepas dari latar belakang atau kondisi finansial, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Dengan mengenali gejalanya sejak awal, meningkatkan literasi keuangan, dan membangun kebiasaan sehat seperti membuat anggaran, menabung secara rutin, dan mengelola pengeluaran dengan bijak, kamu bisa memperbaiki hubungan dengan uang.
Yuk, mulai perjalanan keuangan yang lebih sehat dan seimbang dari sekarang!