Informasi Seputar Stasiun Pati
Pati adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang saat ini tidak dilalui oleh jalur kereta api. Meski begitu, dahulu Pati memiliki stasiun bernama Stasiun Pati yang sekarang sudah menjadi stasiun kereta api non-aktif. Dengan kata lain, Stasiun Pati saat ini tidak lagi aktif melayani naik-turun penumpang kereta api.
Stasiun Pati dulunya berlokasi di daerah Puri, Pati, Kabupaten Pati. Jika berangkat dari Alun-Alun Pati, masyarakat hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 6 menit untuk tiba di lokasi stasiun.
Sekarang area Stasiun Pati telah beralih fungsi menjadi kafe hingga rumah. Bangunan eks Stasiun Pati pun sudah tak terlihat, karena tertutup oleh toko dan rumah-rumah masyarakat yang ada di area tersebut.
Untuk menuju kawasan Puri, masyarakat bisa menaiki angkot atau transportasi online. Jika menggunakan angkot, silakan mencari angkot yang menuju ke arah Pasar Puri Baru Pati. Lokasi pasar tersebut hanya berjarak sekitar 4 menit dari Stasiun Pati.
Pilihan Transportasi dari Stasiun Pati
Tak banyak transportasi umum yang bisa ditemukan di area Puri, Pati. Di zaman sekarang masyarakat Pati lebih suka bepergian dengan kendaraan pribadi sehingga pengguna angkutan pun turun drastis.
Alhasil, semakin ke sini semakin banyak angkutan umum di Pati yang berhenti beroperasi. Data di tahun 2022 menyebutkan bahwa hanya ada tiga trayek angkot yang masih bertahan yaitu Pati-Trangkil, Pati-Juwana, dan Juwana-Batangan. Beberapa angkot tersebut terlihat melewati daerah Pasar Puri Baru. Selain angkot, masyarakat yang ada di Puri sudah bisa menggunakan layanan transportasi online untuk menjangkau kawasan lain dengan lebih cepat.
Fasilitas Stasiun Pati
Seiring dinonaktifkannya Stasiun Pati, tidak ada informasi terbaru yang menyebutkan tentang fasilitas di Stasiun Pati.
Rute dan Jadwal Kereta di Stasiun Pati
Rute kereta api Stasiun Pati tidak tersedia, karena stasiun ini sudah berhenti beroperasi.
Fakta Unik Stasiun Pati
Bicara tentang fakta unik Stasiun Pati, di bawah ini adalah sejarah tentang Stasiun Pati yang mungkin belum banyak orang tahu.
-
Diresmikan oleh Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij
Sejarah berdirinya Stasiun Pati dimulai pada tahun 1883. Di bawah kendali Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), pembangunan Stasiun Pati dilakukan bersamaan dengan pengerjaan jalur rel kereta api Kudus-Pati-Juwana yang membentang sejauh 37 kilometer.
Sebagai informasi tambahan, Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) sendiri merupakan salah satu perusahaan kereta api di zaman Hindia Belanda.
Perusahaan ini dulunya bertanggung jawab atas jalur kereta api yang ada di sekitar Semarang dan wilayah Muria Raya, Jawa Tengah.
Pada tahun 1884 disebutkan bahwa pengerjaan jalur rel kereta api sudah selesai dan dibuka untuk umum. Di tahun yang sama Stasiun Pati juga diresmikan oleh SJS.
Mulanya Stasiun Pati menempati bangunan kecil dan hanya memiliki dua jalur rel kereta api. Seiring berjalannya tahun, hasil perkebunan di daerah Pati mulai berkembang. Imbasnya, Stasiun Pati turut direnovasi dengan menambah jalur menjadi empat jalur dan percabangan jalur ke Perhutani.
Dengan adanya perluasan jalur di Stasiun Pati, harapannya mobilitas penumpang dan komoditas hasil perkebunan menggunakan kereta api jadi makin mudah dan lancar. Sejak saat itu, Stasiun Pati pun kian ramai.
-
Dulunya Termasuk DAOP IV Semarang
Saat masih aktif melayani naik-turun penumpang, Stasiun Pati berada di bawah kendali DAOP IV Semarang. Stasiun ini termasuk stasiun kereta api kelas I.
Secara geografis Stasiun Pati terletak di ketinggian kurang lebih 21 meter di atas permukaan laut dan tidak jauh dari Taman Stasiun Puri Pati dan Tugu Bumi Mina Tani.
Adapun rute kereta api yang bisa diakses melalui Stasiun Pati saat itu adalah kereta api rute Semarang-Rembang.
Selain melewati Stasiun Pati, kereta api Semarang-Rembang juga melewati Stasiun Tawang, Stasiun Demak, Stasiun Kudus, Stasiun Juwana, dan Stasiun Rembang. Layanan kereta api Semarang-Rembang ini diketahui terus beroperasi hingga tahun 1970-an.
Eksistensi Stasiun Pati mulai mengalami kemunduran setelah di awal tahun 1970-an terjadi pembangunan sarana perhubungan secara besar-besaran.
Di tahun itu pemerintah mulai mengeluarkan instruksi untuk membangun jalan-jalan raya yang bertujuan untuk mempermudah proses distribusi.
Jalan-jalan ini dibangun dengan menghubungkan pusat-pusat daerah, termasuk daerah-daerah di Jawa Tengah seperti Demak, Semarang, Kudus, Pati, dan Rembang.
Seiring pembangunan jalan raya yang semakin berkembang, jumlah transportasi umum seperti bus dan angkot pun semakin bertambah. Alhasil, masyarakat saat itu mulai banyak yang beralih dari kereta api ke kendaraan jalan raya.
Di sisi lain kualitas layanan kereta api disebut semakin menurun, karena jam keberangkatan sering terlambat dan lokomotif sering rusak atau mati di jalan.
Melihat kondisi tersebut, peminat kereta api jadi semakin berkurang. Pada akhirnya tahun 1974 jalur kereta api menuju Pati dan sekitarnya ditutup, karena kalah saing dengan angkutan umum dan mobil pribadi.