8 Kue Khas Bali yang Unik dan Lezat!

Xperience Team
27 May 2025 - 6 min read

Pasar tradisional Bali tak hanya menawarkan bahan pangan segar, tetapi juga menjadi surga bagi pencinta kuliner khas daerah. Di antara deretan kios, aroma kelapa panggang dan daun pisang berpadu dengan tampilan aneka kue tradisional berwarna-warni yang dikenal sebagai jaje. Jaje bukan sekadar camilan; kue-kue ini memiliki makna budaya dan spiritual yang dalam di kehidupan masyarakat Bali. Mulai dari jaje laklak yang lembut, jaje uli yang kenyal, hingga jaje klepon yang manis dan meletup di mulut, semuanya sering hadir dalam berbagai momen penting—seperti upacara adat, perayaan keluarga, hingga teman ngopi santai.

Dengan ragam bentuk, rasa, dan filosofi, jaje mencerminkan kekayaan tradisi kuliner Pulau Dewata. Artikel ini akan mengulas jenis-jenis jaje yang populer, bahan dan cara pembuatannya, peran penting dalam adat istiadat, rekomendasi tempat membeli oleh-oleh, hingga tips menyajikannya sendiri di rumah.

8 Jenis Kue Tradisional Bali

Bali memiliki ragam jaje yang kaya, masing-masing dengan tekstur, rasa, dan makna budaya yang unik. Berikut delapan kue tradisional yang wajib kamu coba:

1. Jaje Laklak: Kue mungil mirip serabi, berdiameter 3–5 cm, dengan tekstur lembut dan sedikit renyah di pinggir. Biasanya berwarna putih atau hijau (dari daun suji), disajikan dengan siraman gula merah cair (kinca) dan taburan kelapa parut, memberikan rasa manis-gurih. Cocok untuk sarapan atau camilan.

2. Jaje Uli: Kue kenyal berbahan ketan, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna merah kecokelatan atau putih. Rasanya gurih dengan aroma kelapa, sering dipadukan dengan tape ketan untuk sensasi manis-asam. Jaje uli adalah pasangan setia jaje begina dalam upacara adat.

3. Jaje Cerorot: Kue basah berbentuk kerucut, dibungkus janur (daun kelapa muda), dengan rasa manis legit dari gula kelapa dan santan. Bentuknya yang unik seperti terompet membuatnya disukai anak-anak dan jadi hidangan wajib di pernikahan atau Nyepi.

4. Jaje Sumping: Kue kukus berbungkus daun pisang, berisi pisang, kelapa parut, atau labu. Teksturnya lembut, dengan rasa manis-gurih yang harum dari daun pisang. Sering disajikan di pesta atau upacara seperti potong gigi.

5. Jaje Bendu: Khas Jembrana, kue ini berbentuk lonjong, dibungkus daun pisang, dengan kulit tipis dari tepung ketan dan isian gula unti (kelapa parut dan gula merah). Rasanya gurih-legit, cocok untuk teman kopi.

6. Jaje Dadar: Lembaran tipis seperti crepe, berwarna hijau dari daun suji atau pandan, diisi kelapa parut dan gula merah, lalu digulung. Teksturnya lembut dengan rasa manis-gurih, sering jadi camilan pasar yang disukai semua umur.

7. Jaje Klepon: Bola-bola ketan kenyal berisi gula merah cair, ditaburi kelapa parut kering. Ketika digigit, gula merahnya “meletup” di mulut, memberikan sensasi manis yang khas. Warnanya hijau alami dari pandan atau suji.

8. Jaje Wajik: Kue ketan manis berbentuk belah ketupat, dibungkus kulit jagung atau daun pisang, dengan rasa legit dari gula merah. Teksturnya lengket dan padat, sering disajikan sebagai sesajen atau camilan di acara keluarga.

Setiap jaje mencerminkan kreativitas dan tradisi Bali, dari bentuk sederhana hingga makna mendalam dalam budaya setempat.

Kue yang Disajikan Saat Upacara Adat

Jaje adalah elemen penting dalam upacara Hindu Bali (Panca Yadnya), digunakan sebagai sesajen untuk dewa, leluhur, atau roh, sekaligus simbol nilai spiritual:

Jaje Laklak: Konon diperkenalkan oleh Dang Hyang Nirartha sebagai persembahan untuk Bhuta-Bhuti (roh halus). Hadir di Galungan, Kuningan, atau ritual harian, disajikan dengan jaje tape untuk menghormati Ratu Niang Sakti.
Jaje Uli dan Begina: Wajib ada di pernikahan, potong gigi, atau Galungan. Jaje uli (merah-putih, kenyal) melambangkan bhakti kepada orang tua sebagai Guru Rupaka, sementara jaje begina (warna-warni, digoreng) melambangkan saksi dewa.
Jaje Cerorot: Disajikan di Nyepi, pernikahan, atau syukuran, dengan bentuk kerucut melambangkan harmoni. Populer dalam Manusa Yadnya.
Jaje Sumping dan Bendu: Digunakan dalam pernikahan, potong gigi, atau acara gotong royong. Sumping melambangkan kemakmuran, bendu sering jadi sesajen di Jembrana.
Jaje Dadar: Sering muncul di upacara kecil atau Galungan sebagai sesajen sederhana, melambangkan kelembutan dan keseimbangan karena teksturnya yang lentur.
Jaje Klepon: Digunakan dalam ritual harian atau Nyepi, dengan bentuk bulat melambangkan persatuan dan keutuhan. Populer sebagai sesajen di Piodalan (hari suci pura).
Jaje Wajik: Hadir di upacara besar seperti pernikahan atau Galungan, melambangkan kelanggengan dan kemanisan hidup. Sering diletakkan dalam banten besar.

Menurut lontar Tegesing Sarwa Banten, warna dan bentuk jaje membawa makna simbolis, seperti merah-putih untuk harmoni dan bulat untuk keutuhan, memperkaya sesajen dengan nilai spiritual.

Tempat Membeli Oleh-Oleh Khas Bali

Untuk membawa pulang kelezatan jaje Bali, berikut tempat terbaik untuk membeli:

1. Pasar Tradisional:

Pasar Badung (Denpasar): Pusat jajanan tradisional, menawarkan jaje laklak, uli, klepon, dan dadar segar di pagi hari (Rp 5,000–10,000/porsi). Cocok untuk suasana lokal.
Pasar Sukawati (Gianyar): Terkenal dengan jaje cerorot, bendu, dan wajik, tersedia di pedagang kue dengan harga Rp 5,000–15,000 per porsi.
Pasar Sindhu (Sanur): Menyediakan jaje laklak, sumping, dan klepon untuk sarapan atau oleh-oleh, ideal untuk wisatawan pantai (Rp 5,000–10,000).

2. Toko Oleh-Oleh:

Krisna Oleh-Oleh Bali (Kuta, Sunset Road): Menjual jaje uli, bendu, dan wajik dalam kemasan vakum, tahan hingga seminggu (Rp 30,000–60,000). Cocok untuk perjalanan jauh.
Bali Buda (Ubud, Kerobokan): Menawarkan jaje organik seperti sumping, laklak, dan dadar, dengan harga Rp 15,000–25,000 per porsi.

3. Warung dan Bakery:

Warung Makan Made (Denpasar): Menyediakan jaje laklak, uli, dan klepon segar, sering dikemas untuk oleh-oleh (Rp 10,000–20,000).
Pie Susu Dhian (Kuta): Selain pie susu, menjual jaje uli, sumping, dan wajik dalam kotak suvenir (Rp 40,000–70,000 per boks).

Tips Memilih: Pilih jaje yang baru dibuat (perhatikan tekstur dan aroma), tanyakan tanggal pembuatan untuk kemasan vakum, dan simpan di tempat sejuk. Pasar tradisional ideal untuk harga murah dan pengalaman lokal, toko oleh-oleh cocok untuk kemasan praktis.

Untuk kamu yang ingin membawa buah tangan dari Bali, dapatkan voucher oleh-oleh khas Bali berikut di Traveloka!

Tips Penyajian di Rumah

Menyajikan jaje Bali di rumah bisa jadi pengalaman seru yang membawa nuansa Pulau Dewata. Berikut tipsnya:

1.
Jaje Laklak: Tata 5–6 kue di piring anyaman bambu, taburi kelapa parut kukus (tambahkan sedikit garam untuk rasa gurih), dan siram dengan kinca (gula merah cair dengan daun pandan dan nangka). Sajikan hangat dengan kopi Bali.
2.
Jaje Uli: Potong bulat atau lonjong, sajikan dengan tape ketan hitam untuk kombinasi manis-asam, di atas daun pisang. Cocok sebagai dessert setelah nasi campur Bali.
3.
Jaje Cerorot: Keluarkan dari janur, tata di piring kecil, sajikan dengan teh manis hangat. Tambahkan kelapa parut untuk anak-anak.
4.
Jaje Sumping dan Bendu: Panaskan di kukusan (5 menit) untuk tekstur lembut, sajikan di daun pisang dengan kopi tubruk. Sumping bisa dipadukan dengan es krim kelapa.
5.
Jaje Dadar: Potong gulungan menjadi irisan kecil, tata di piring keramik, sajikan dengan teh hijau atau es kelapa muda untuk kesegaran.
6.
Jaje Klepon: Sajikan segar di piring kecil, taburi kelapa parut kering, dan nikmati dengan teh pandan. Hindari menumpuk kue agar gula merah tidak bocor.
7.
Jaje Wajik: Potong kecil-kecil, sajikan di daun pisang sebagai camilan manis. Cocok dengan teh hitam atau sebagai penutup makan malam.
8.
Penyimpanan: Simpan jaje uli, sumping, wajik di kulkas (tahan 3–7 hari); jaje bendu di suhu ruang (1–2 hari). Jaje laklak, cerorot, klepon, dan dadar sebaiknya dimakan dalam 24 jam.
9.
Bahan Berkualitas: Gunakan gula Bali asli dan kelapa segar. Cari daun suji atau pandan di pasar Asia untuk warna dan aroma autentik.
10.
Presentasi: Gunakan piring keramik Bali atau anyaman, hias dengan bunga kamboja untuk vibes Bali.

Untuk membuat jaje di rumah, mulai dengan jaje laklak atau klepon karena bahannya sederhana. Gunakan teflon untuk laklak jika tak ada cetakan tanah liat, dan ikuti resep dari buku seperti “Jajanan Khas Pulau Dewata” oleh Ayu Rini

Jaje Bali adalah perpaduan sempurna antara rasa, tradisi, dan spiritualitas, membawa kehangatan Pulau Dewata dalam setiap gigitan. Dari jaje laklak yang manis-gurih, jaje klepon yang meletup, hingga jaje wajik yang legit, kue-kue ini menghidupkan cerita upacara adat, pasar pagi, dan kebersamaan masyarakat Bali. Baik kamu mencicipinya di Pasar Sukawati, membawanya dari Krisna Oleh-Oleh, atau menyajikannya di rumah dengan kinca dan daun pisang, jaje selalu menghadirkan pesona Bali. Jadi, jaje mana yang ingin kamu coba dulu?

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan