Meriam Puntung: Legenda, Sejarah, dan Pesona Wisata di Istana Maimun

Xperience Team
16 May 2025 - 5 min read

Meriam Puntung di halaman Istana Maimun, Medan, menjadi salah satu daya tarik yang sarat nilai sejarah dan budaya. Diletakkan dalam sebuah miniatur Rumah Adat Karo dan dikelilingi hiasan kain kuning serta hijau, meriam ini tampak mencolok di tengah area istana yang asri. Di sekitarnya, bunga melati turut menambah nuansa sakral, sementara wisatawan tampak antusias mengabadikan momen, termasuk anak-anak yang mengenakan kostum adat Melayu. Lebih dari sekadar benda bersejarah, Meriam Puntung menjadi simbol penting dalam kisah Kesultanan Deli. Konon berusia lebih dari 400 tahun, meriam ini lekat dengan legenda yang menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas budaya setempat.

Konon, meriam ini adalah jelmaan seorang pangeran yang rela berkorban demi kerajaannya, dan hingga kini, ia masih memikat hati siapa saja yang datang. Dari kisah mistis Putri Hijau hingga ritual tahunan yang sakral, situs ini adalah destinasi wajib bagi pecinta sejarah, budaya, dan petualangan. Yuk, jelajahi asal-usul, daya tarik, nilai budaya, dan tips berkunjung ke Meriam Puntung yang legendaris!

Asal-Usul dan Legenda Meriam Puntung

Meriam Puntung lahir dari legenda yang mengguncang Kerajaan Haru (Aru) di Delitua, Sumatera Utara, pada tahun 1612. Cerita rakyat mengisahkan Putri Hijau, seorang putri dengan kecantikan memukau yang konon memancarkan aura hijau zamrud dari tubuhnya. Bersama dua saudaranya, Mambang Yasid dan Mambang Khayali (atau Mambang Sakti), ia hidup di bawah naungan Kerajaan Haru. Kecantikan Putri Hijau sampai ke telinga Sultan Aceh, yang bertekad mempersuntingnya. Namun, kedua saudaranya menolak pinangan itu dengan tegas, karena Sultan Aceh dikenal licik dan ambisius. Penolakan ini memicu amarah, dan Sultan Aceh mengirim pasukan besar untuk menyerang Haru.

Pertempuran sengit pun terjadi. Ketika Haru mulai terdesak, Mambang Khayali, adik bungsu yang penuh kesaktian, mengambil keputusan heroik. Dengan mantra dan doa, ia menyatu dengan sebuah meriam, mengorbankan tubuhnya untuk menjadi senjata pamungkas. Meriam itu menembakkan mortar tanpa henti, menghancurkan barisan musuh. Namun, panas dan tekanan membuat meriam memerah, lalu patah menjadi tiga bagian. Satu patahan terlempar ke Desa Sukanalu di Tanah Karo, satu lagi ke Deli Serdang, dan sisanya tetap di medan perang. Meski Haru kalah, perjuangan ini menjadi tonggak berdirinya Kesultanan Deli di bawah Panglima Gocah Pahlawan, seorang panglima Aceh yang membelot. Meriam Puntung kemudian dipindahkan ke Istana Maimun pada abad ke-19, menjadi simbol keberanian dan pengorbanan.

Ada variasi cerita lokal yang menyebutkan bahwa Putri Hijau sendiri memiliki kesaktian, dan meriam adalah hadiah dari laut yang ia gunakan untuk melawan Aceh. Meski berbeda, semua versi menegaskan aura mistis meriam ini, yang hingga kini dianggap keramat oleh warga Medan.

Daya Tarik Wisata Sejarah Meriam Puntung

Meriam Puntung tersimpan di halaman Istana Maimun, sebuah istana megah yang dibangun pada 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Meriam ini ditempatkan dalam miniatur Rumah Adat Karo, dihiasi bunga segar, kain kuning atau hijau (warna Kesultanan Deli), dan baskom air di ujung patahan. Keunikan meriam ini terletak pada suara gemericik air yang terdengar jika kamu mendekatkan telinga ke lubangnya—fenomena yang menambah aura mistisnya. Teksturnya yang lapuk namun kokoh, dengan panjang sekitar 2 meter, membuatnya tampak hidup, seolah menyimpan rahasia berabad-abad. Setiap 1 Muharram, meriam dimandikan dengan air bunga dan diolesi minyak dalam ritual adat, menarik wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi ini.

Istana Maimun sendiri adalah daya tarik utama. Arsitekturnya memadukan gaya Melayu, Persia, dan Eropa, dengan chandelier kristal yang memukau, lantai ubin bermotif, dan warna kuning cerah yang mendominasi. Di dalam, kamu bisa menjelajahi singgasana megah, koleksi foto keluarga sultan, perabot Belanda kuno, senjata tradisional, dan replika pakaian adat. Sewa kostum Melayu (Rp 20,000–30,000) memungkinkanmu berfoto ala bangsawan, sementara pemandu wisata berbagi cerita tentang sejarah kesultanan. Tiket masuk istana Rp 10,000 (dewasa) dan Rp 5,000 (anak-anak), dengan tambahan Rp 3,000 untuk melihat Meriam Puntung.

Untuk pengalaman lengkap, jelajahi atraksi sekitar. Tjong A Fie Mansion (1,3 km) menawarkan wawasan tentang peran komunitas Tionghoa di Medan, sementara Masjid Raya Al-Mashun (1 km) memukau dengan arsitektur Moorish-nya. Pencinta kuliner bisa mampir ke Jalan Selat Panjang (2 km) untuk soto Medan atau durian Ucok, atau mencoba Soto Kesawan di dekat istana. Kadang-kadang, Istana Maimun menggelar pertunjukan tari Melayu atau musik tradisional, jadi cek jadwal sebelum datang.

Nilai Budaya dan Cerita Rakyat Meriam Puntung

Meriam Puntung adalah jantung budaya Melayu di Medan, melambangkan keteguhan, pengorbanan, dan keberanian leluhur. Legenda Putri Hijau dan Mambang Khayali bukan hanya dongeng—ia mencerminkan nilai-nilai kesetiaan kepada keluarga dan tanah air, yang masih dijunjung tinggi dalam tradisi Melayu. Warga lokal sering meninggalkan bunga atau doa di dekat meriam, percaya ia memiliki kekuatan spiritual. Ritual pemandian tahunan pada 1 Muharram, diiringi doa dan taburan air bunga, menunjukkan penghormatan mendalam terhadap warisan Kesultanan Deli.

Cerita rakyat ini juga memperkuat identitas Medan sebagai kota multikultural, menggabungkan unsur Melayu, Karo, dan Aceh. Legenda Meriam Puntung diwariskan melalui lisan, buku anak-anak, dan bahkan pertunjukan seni lokal, memastikan generasi muda tetap terhubung dengan akar budayanya. Dalam festival budaya Medan, seperti Hari Jadi Kota Medan, meriam sering disebut sebagai simbol perjuangan, menginspirasi kebanggaan komunitas. Bagi wisatawan, kisah ini menawarkan jendela ke dunia mistis dan historis Sumatera Utara, menjadikan Meriam Puntung lebih dari sekadar benda—ia adalah narasi hidup.

Explore budaya lainnya yang ada di Medan dan Sumatera Utara dengan mengikuti Tur 1 hari, beli tiketnya di Traveloka!

Indonesia

1 Day Tour Medan - Parapat - Danau Toba

Ronggur Nihuta

Rp 1.249.969

Rp 994.380

Lokasi Meriam Puntung

Meriam Puntung berada di Istana Maimun terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 66, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Lokasinya strategis dan mudah dijangkau dari pusat kota atau 10–15 menit berkendara dari Lapangan Merdeka. Kawasan Medan Maimun penuh pesona sejarah, dengan bangunan kolonial, pasar tradisional seperti Pasar Petisah (2 km), dan warung-warung lokal. Kamu bisa sampai ke sini dengan mobil pribadi, ojek online, becak motor (betor, Rp 10,000–15,000), atau bus Trans Mebidang (halte terdekat: Kesawan). Parkir tersedia dengan biaya Rp 3,000 (motor) dan Rp 5,000 (mobil). Istana buka setiap hari pukul 08.00–17.00 WIB, kecuali saat acara khusus.

Tips Berkunjung ke Situs Ini

Biar kunjunganmu ke Meriam Puntung dan Istana Maimun seru dan nyaman, simak tips berikut:

1.
Pilih Waktu Pagi: Datang antara 08.00–10.00 WIB untuk suasana sepi dan udara segar. Hindari sore saat Ramadhan, karena banyak warga ngabuburit di halaman istana.
2.
Kenakan Pakaian Sopan: Pakai baju lengan panjang, celana panjang, atau rok panjang untuk menghormati nilai budaya situs ini. Bawa topi atau payung untuk melindungi dari panas Medan.
3.
Anggarkan Biaya: Siapkan Rp 3,000 untuk Meriam Puntung, Rp 10,000 untuk masuk istana (dewasa), dan Rp 20,000–30,000 untuk sewa kostum. Bawa uang tunai untuk parkir, makanan, atau suvenir.
4.
Abadikan Momen: Bawa kamera atau smartphone untuk foto di singgasana atau dekat Meriam Puntung. Sudut terbaik adalah dari samping meriam dengan latar istana.
5.
Ikuti Tur atau Ngobrol dengan Lokal: Pemandu wisata (gratis, tapi beri tip Rp 10,000–20,000) punya cerita menarik tentang meriam. Warga lokal di sekitar juga sering berbagi versi legenda yang unik.
6.
Cek Event Budaya: Ritual pemandian Meriam Puntung pada 1 Muharram adalah highlight. Cek media sosial Dinas Pariwisata Medan untuk jadwal tari Melayu atau acara lain.
7.
Rencanakan Itinerary: Kombinasikan kunjungan dengan Tjong A Fie Mansion, Masjid Raya Al-Mashun, atau kuliner di Jalan Selat Panjang. Alokasikan 2–3 jam untuk istana dan 1–2 jam untuk atraksi lain.
8.
Hormati Ritual: Jika ada upacara di dekat meriam, jaga jarak dan hindari menyentuh dekorasi seperti bunga atau kain.

Setelah berkunjung melihat Meriam Puntung, ajak diri anda untuk relaksasi atau lanjut bermain dengan si Kecil di Medan, agar pengalaman berlibur kamu lebih lengkap!

Meriam Puntung adalah permata budaya Medan, menganyam sejarah Kesultanan Deli, legenda Putri Hijau, dan tradisi Melayu dalam satu pengalaman yang tak terlupakan. Dari gemericik air mistis di ujung meriam hingga kemegahan singgasana Istana Maimun, situs ini menawarkan perjalanan melintasi waktu yang memikat hati. Apakah kamu siap merasakan pesona meriam berusia empat abad ini dan menyelami kekayaan budaya Sumatera Utara?

Rencanakan kunjunganmu ke Istana Maimun sekarang, dan lanjutkan petualanganmu ke sudut-sudut bersejarah lain di Medan, melalui Traveloka!

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan