Mungkin masih banyak yang tidak tahu bahwa di Kabupaten Garut, tepatnya di Desa Cikelet, ada sebuah kampung yang unik bernama Kampung Adat Dukuh. Kampung ini memiliki budaya religi yang cukup kuat dan arsitektur bangunan yang serupa. Hal tersebut dilakukan demi menjaga keharmonisan dan keserasian hidup berdampingan dengan orang lain.
Hanya di Kampung Adat Dukuh juga, kamu akan melihat bagaimana kehidupan tradisional di masa lalu yang masih terjaga hingga saat ini. Tertarik untuk mengunjungi Kampung Adat Dukuh dalam waktu dekat? Kamu bisa simak terlebih dahulu informasi berikut ini.
indonesiakaya.com
Kampung Adat Dukuh didirikan oleh seorang tokoh agama bernama Syekh Abdul jalil sekitar abad ke-17. Kampung ini berdiri di atas tanah seluas 13 hektar, yang terbagi menjadi 5 hektar untuk pemukiman penduduk, dan sisanya adalah hutan.
Syekh Abdul Jalil merupakan salah satu sosok penting yang sangat dihormati oleh masyarakat. Beliau ini terkenal akan kepandaiannya sebagai tokoh yang cukup berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Kabupaten Garut.
Beliau menghabiskan sisa hidupnya di Kampung Adat Dukuh, dan makamnya kini telah menjadi salah satu wisata religi yang tidak pernah sepi dari para peziarah, baik dari warga sekitar, hingga yang datang dari luar daerah.
Baca juga: 10 Wisata Desa Adat di Indonesia Paling Unik
Masyarakat yang berada di Kampung Adat Dukuh 100 persen menganut agama Islam. Mereka adalah sekelompok orang yang terkenal akan ketaatan dalam beribadah. Mulai dari shalat lima waktu, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, mengadakan pengajian rutin, hingga menyembelih hewan kurban setiap Hari Raya Idul Adha.
Kampung Adat Dukuh saat ini dihuni oleh sekitar 175 orang saja, yang terbagi atas 70 Kepala Keluarga. Diketahui pula setidaknya terdapat 45 bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal, 1 bangunan madrasah, dan 1 masjid.
Kehidupan di Kampung Adat Dukuh sangat jauh dari perkembangan zaman. Kamu tidak akan melihat bangunan yang dibangun dari tumpukan bata dan semen, karena masyarakat sekitar masih menggunakan anyaman bambu sebagai dinding, dan daun dari pohon rumbia sebagai atap.
Kamu juga tidak akan melihat kabel listrik yang semrawut dan gemerlap lampu malam seperti di desa-desa lain pada umumnya, karena tidak adanya pasokan listrik menuju Kampung Adat Dukuh. Untuk penerangan dan beraktivitas di malam hari, mereka masih menggunakan lentera yang berbahan bakar dari minyak kelapa.
Penolakan dari segala hal yang bersifat elektronik, akibat perkembangan zaman yang sangat cepat seperti sekarang. Diyakini oleh masyarakat Kampung Adat Dukuh sebagai solusi terbaik untuk menjauhkan mereka dari kemudharatan (Kerusakan) di dunia.
indonesiakaya.com
Adat Istiadat di Kampung Adat Dukuh masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Masyarakat sekitar percaya bahwa hal tersebut adalah amanah dari leluhur yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan berdasar pada aturan-aturan yang telah ada sebelumnya. Beberapa adat istiadat tersebut diantaranya:
Upacara Moros merupakan salah satu kegiatan tahunan, yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Adat Dukuh sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt telah memberikan hasil pertanian yang melimpah kepada mereka.
Kegiatan ini bukanlah sebuah pertunjukan atau aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga, Melainkan sebuah acara pemberian hasil pertanian masyarakat Kampung Adat Dukuh kepada aparat pemerintahan, khususnya kepala Kecamatan dan Kelurahan setempat. Upacara Moros biasanya dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Beberapa hasil pertanian yang diberikan, biasanya berupa beras, jagung, singkong, bahkan ada juga yang memberikan buah-buahan seperti Pisang, Mangga, Semangka, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Masyarakat Kampung Adat Dukuh terkenal akan sifat orang-orangnya yang ramah tamah. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kegiatan yang diadakan khusus untuk menyambut para tamu dari luar kampung. Kegiatan ini diberi nama Ritual Ngahaturan Tuang.
Ritual Ngahaturan Tuang merupakan kegiatan menawari makanan kepada para tamu. Masyarakat Kampung Adat Dukuh mencoba menirukan adab yang telah mereka pelajari dari para leluhur, tentang bagaimana cara memuliakan tamu dengan baik.
Bukan hanya membuat para tamu merasa senang dan tenang, lebih-lebih mereka harus mencari cara bagaimana membuat para tamu tersebut terkesan dan tidak bosan untuk berkunjung kembali ke Kampung Adat Dukuh.
Kapan ritual ini dilaksanakan? Tentu saja tidak setiap hari. Biasanya ritual ini diadakan saat para tamu meminta bantuan doa, kepada sesepuh di Kampung Adat Dukuh untuk beberapa alasan, seperti agar dilancarkan usaha, dimudahkan bertemu dengan jodoh, dan beberapa alasan lainnya.
Upacara Cebor Opat Puluh merupakan aktivitas mandi menggunakan air dari pancuran yang dicampur dengan air khusus (telah didoakan oleh sesepuh), selama empat puluh kali siraman di Jamban umum.
Kenapa harus empat puluh? Ada apa dengan angka tersebut? Angka empat puluh sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang terjadi pada para nabi terdahulu. Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada usia 40. Begitu juga dengan Nabi Musa AS yang mendapatkan mukjizat sebuah kitab bernama Taurat dalam 40 hari.
Pemilihan jumlah empat puluh siraman dipercaya masyarakat Kampung Adat Dukuh sebagai angka yang baik. Mereka mengharapkan sesuatu yang baik akan terjadi setelah melakukan Upacara Cebor Opat Puluh.
Selain ketiga adat istiadat tersebut, masih ada banyak kegiatan turun temurun yang masih dilestarikan oleh Masyarakat Kampung Adat Dukuh, seperti Upacara Shalawatan, Terbang Gembrung, Terbang Sejak, dan yang lainnya.
Sebagaimana Masyarakat yang patuh terhadap apa yang diajarkan oleh leluhurnya. Masyarakat Kampung Adat Dukuh juga tetap berpegang teguh dengan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan.
Berikut ini beberapa larangan yang masih dijadikan pedoman agar mendapatkan kehidupan yang tenang di dunia.
Masyarakat Kampung Adat Dukuh tidak mengenal transaksi jual beli, ada sebutan lain yaitu “Ngangentosan” atau mengganti.
Seiring dengan berkembangnya zaman, aturan tersebut memiliki celah yang memungkinkan masyarakatnya untuk berdagang kebutuhan pokok dan cemilan untuk anak-anak.
Meskipun begitu, tetap ada peraturan yang cukup mengikat. Bagi siapa saja yang hendak berdagang, dia tidak boleh mengambil untuk yang banyak dari pembeli. Harus ada niatan untuk membantu masyarakat lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Saat Syekh Abdul Jalil masih hidup, Beliau pernah memiliki seorang teman yang menjabat sebagai seorang Bupati. Beliau meyakini bahwa temannya tersebut seseorang yang dapat dipercaya. Pada akhirnya kepercayaan yang tersebut ternodai oleh kebohongan temannya sendiri.
Atas kejadian tersebut, Beliau bersumpah agar kelak anak cucunya tidak akan ada satupun yang boleh melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Diketahui mata pencaharian mayoritas masyarakat Kampung Adat Dukuh adalah Petani. Meskipun begitu mereka juga memelihara hewan ternak khusus yang berkaki dua, seperti ayam dan itik.
Bukan tanpa alasan, menurut leluhur mereka binatang berkaki empat, seperti sapi, kambing, dan kerbau akan merusak area persawahan. Jika sawah rusak, petani sekitar akan rugi dan gagal panen. Efeknya berimbas pada perekonomian masyarakat yang akan semakin sulit.
Demikian beberapa informasi mengenai Kampung Adat Dukuh. Cukup menarik dan menambah wawasan ya? Bagi kamu yang tertarik untuk berkunjung ke Kampung satu ini, kamu bisa segera agendakan perjalanan seru bersama Traveloka.
Penginapan dan Hotel di Garut
Cari Hotel dengan prom...
Lihat Harga
Kamu bisa booking tiket kereta hingga hotel terdekat dengan lebih mudah dan harga yang lebih murah, hanya dengan berlangganan di Aplikasi Traveloka.